Demi Dewa Bitcoin, ICO Harus Dilarang Sekarang Juga!

Dimaz Ankaa Wijaya
Peneliti pada Blockchain Research Joint Lab Universitas Monash, Australia


Aktivitas Initial Coin Offering (ICO) dalam beberapa tahun belakangan ini telah berhasil mengumpulkan total dana hingga miliaran dollar AS. Sebagai sebuah metode untuk mengumpulkan dana awal, ICO merupakan salah satu pilihan yang amat menarik.

ICO pada dasarnya tidak banyak berbeda dengan metode crowdfunding lain seperti Kickstarter atau bahkan tidak jauh berbeda pula dengan IPO (Initial Public Offering). Hanya saja, ada beberapa hal yang membedakan ICO dengan IPO. Seperti yang telah disampaikan dalam artikel ini, para penyelenggara ICO tidak memiliki produk sama sekali sebagai sesuatu yang ditawarkan kepada publik, sehingga mereka yang memutuskan untuk membeli “janji-janji” para pembuat ICO ini hanya menggantungkan asa mereka pada kejujuran pemilik proyek.

ICO dapat diluncurkan dengan amat mudah karena longgarnya regulasi, terutama produk-produk yang menawarkan utility token, di mana dana hasil ICO, menurut janji mereka, akan digunakan untuk membangun sebuah aplikasi atau ekosistem baru yang berusaha memecahkan persoalan-persoalan tertentu.

Selain itu, partisipasi ICO dalam bentuk mata uang kripto popular seperti Bitcoin dan Ethereum juga membuat banyak orang merasa tertarik karena kemudahan pembayaran yang ditawarkan. Partisipasi ICO dilakukan dengan menukar mata uang kripto popular dengan token yang mereka buat, umumnya dalam rupa ERC-20 yang diluncurkan di ekosistem Ethereum, yang pada dasarnya belum memiliki nilai. Valuasi token-token ini biasanya menanjak seiring meningkatnya popularitas proyek dan atau rilisnya produk-produk yang mereka janjikan di awal kampanye ICO.

Anda, para kolektor Bitcoin dan Ethereum tentu saja tidak bahagia setiap kali melihat harga Bitcoin dan Ethereum di pasar lokal ataupun internasional. Sejak kenaikan yang amat signifikan di akhir tahun 2017 (to the moon!), Bitcoin lesu sejak awal tahun 2018. Berita-berita positif yang terus diguyur media-media bertema mata uang kripto pun hingga saat ini tidak tampak hasilnya dalam mengerek harga Bitcoin dan Ethereum hingga ke angka yang bisa membahagiakan para kolektor.

Tidak dapat dipungkiri bahwa ICO berkontribusi dalam gembosnya harga Bitcoin dan Ethereum. Miliaran dollar uang fiat yang disuntikkan seluruh manusia pecinta Bitcoin di muka bumi ke pasar Bitcoin dan Ethereum, yang kemudian dikumpulkan oleh para inisiator ICO pada akhirnya akan dijual kembali ke pasar mata uang kripto dan menarik uang fiat yang susah payah Anda semua kumpulkan. Pada akhirnya, ICO membuat suplai Bitcoin dan Ethereum di pasaran terlalu banyak dan membanting harga kembali ke bumi.

Dengan alasan ini, saya yakin Anda mulai membenci ICO. ICO membuat pilihan “investasi” semakin beragam. Berkontribusi dalam sebuah ICO berarti menggantungkan asa terhadap proyek yang di-ICO-kan agar dapat meraih sukses besar (dan keuntungan berlipat) di masa depan (entah kapan) dengan menggadai Bitcoin, Ethereum, atau mata uang kripto lain yang sudah mapan.

Namun Anda jangan khawatir. Satoshi Nakamoto telah memikirkan hal ini masak-masak. Dua tahun lagi, yakni tahun 2020 adalah saat di mana upah penambangan terpotong separuhnya. Para penambang Bitcoin yang saat ini menerima 12,5 BTC untuk setiap blok yang diproduksi, pada tahun 2020 hanya akan menerima 6,25 BTC saja. Pengurangan upah, yang diistilahkan dengan block reward halving itu diperkirakan terjadi pada 24 Mei 2020, berdasarkan data dari Bitcoinblockhalf.

Hal ini sejalan dengan visi Satoshi yang dituangkannya dalam konsep “controlled supply” (suplai yang terkendali), hingga Bitcoin selesai ditambang pada tahun 2140 nanti, dengan total suplai sebanyak 21 juta BTC. Dengan mengecilnya upah penambangan, maka diharapkan suplai pasar juga mengecil. Dengan mengecilnya suplai pasar, maka diharapkan harga Bitcoin akan meningkat tajam, sebagaimana yang terjadi setelah reward halving pada 2016 dan 2017.

Bagaimana dengan Ethereum? Jangan tanya saya, tanyalah Vitalik Buterin sang jenius. Berbeda halnya dengan Bitcoin, tidak ada batasan suplai dalam sistem Ethereum yang dibuat oleh Vitalik. Oleh karena itu, tentu saja kita tidak dapat berharap hal yang sama terjadi dalam Ethereum, seperti halnya harapan kita pada Bitcoin di masa mendatang.

Rumus Ethereum amatlah berbeda jika dibandingkan dengan Bitcoin. Ethereum menggantungkan harga koin pada meningkatnya utilitas sistem smart contract dan para pembuatnya (Vitalik dan kawan-kawan) berkeyakinan bahwa semakin tinggi manfaat Ethereum, maka semakin mahal pula koin Ether. Meski pada kenyataannya, kita tahu hanya Cryptokitties—game tentang kucing-kucing imut yang dapat dikoleksi, diternak dan diperjualbelikan—saja yang terdengar gaungnya. Selebihnya, kita tahu bahwa Ethereum saat ini laku keras sebagai materi kursus.

Jangan putus harapan akan lambo di masa mendatang. Tetaplah membeli Bitcoin (dan Ethereum jikalau memang terpaksa), jauhi ICO dan terus berharap pada Satoshi Nakamoto. []

Terkini

Warta Korporat

Terkait