Mark Karpeles, Sosok di Balik Jatuhnya MtGox

Belum lama ini, Mark Karpeles, terdakwa kasus penggelapan 850 ribu Bitcoin di bursa MtGox, menolak tuduhan jaksa di Pengadilan Distrik Tokyo. Karpeles diancam hukuman penjara selama 10 tahun. Mantan CEO MtGox itu merasa tidak bersalah dalam kasus yang menghebohkan dunia pada tahun 2014 silam itu.

Jaksa menuduh Karpeles menggunakan dana nasabah MtGox untuk kepentingan pribadi. Disinyalir, Karpeles mentransfer 341 juta yen (sekitar US$3 juta) dana nasabah ke rekening pribadinya untuk berinvestasi di bisnis pengembangan peranti lunak.

Karpeles juga dituduh memanipulasi data sistem perdagangan MtGox untuk memanipulasi saldo, serta diduga berperan besar menghancurkan kepercayaan pengguna Bitcoin.

Pria kelahiran 1985 di Chenove, Perancis ini memang tidak asing dengan dunia hukum meskipun ia adalah seorang pengembang peranti lunak dan administrator jaringan. Setelah lulus dari Lycee Louis Armand di Perancis pada tahun 2003, Karpeles bekerja di Linux Cyberjoueurs sebagai developer bahasa pemrograman PHP. Di sana ia berkontribusi menulis kode bagi extension library resmi PHP.

Latar belakangnya di bidang ilmu komputer adalah pula salah satu pengalaman hukum Karpeles. Ia didakwa bersalah melakukan tindak kriminal komputer dan penipuan transfer uang ketika masih remaja. Menurut Dailytech, pengadilan memvonis Karpeles dengan tiga bulan penjara tetapi tidak dilaksanakan.

Karpeles mulai mengenal dunia Bitcoin pada tahun 2011 saat ia membeli mayoritas saham bursa kripto MtGox sebesar 88 persen dari pendirinya, Jed McCaleb. McCaleb membangun bursa tersebut sebab merasa perlu adanya bursa fiat-kripto untuk membesarkan pasar kripto. Tetapi, ketika ia menerima deposit senilai puluhan ribu dolar, ia mulai kewalahan dan menjual perusahaan tersebut ke Karpeles.

Setelah menguasai MtGox, Karpeles mulai menulis ulang peranti lunak bursa tersebut, dan ia berhasil menjadikan MtGox sebagai bursa Bitcoin paling besar di dunia. Sayangnya, pengurusan kode MtGox masih terpusat pada Karpeles seorang. Kendati ada tim developer yang ia pekerjakan, hanya Karpeles yang memiliki izin membenarkan bug dan pembenahan keamanan.

Seorang mantan pegawai MtGox yang enggan disebutkan namanya, berkata source code bursa tersebut amat berantakan. Jika ada bug, bisa berminggu-minggu sebelum Karpeles menanganinya. Karpeles juga terkenal sering meliburkan diri ketika ada keadaan darurat, seperti saat situs MtGox mati, tetapi ia malah tidak masuk selama dua hari. Karena itu, Karpeles disebut lebih cocok sebagai developer teknologi dibanding CEO sebuah perusahaan.

Akibat perilaku Karpeles yang tidak dapat ditebak, tanda-tanda kejatuhan MtGox mulai tampak pada tahun 2011 ketika terjadi peretasan yang mengakibatkan kerugian mencapai hampir US$9 juta. Jesse Powell dan Roger Ver, dua pendukung awal Bitcoin yang kini menjadi tokoh besar di dunia kripto, membantu Karpeles menangani peretasan tersebut hingga tuntas.

Kendati nama baik MtGox masih dipercaya oleh nasabahnya setelah kasus peretasan tersebut, Karpeles tampaknya belum kapok. Alih-alih meningkatkan keamanan dan menguatkan infrastruktur MtGox, ia malah sibuk mengerjakan proyek-proyek lain yang menghabiskan banyak waktu dan biaya, seperti membangun sebuah kafe Bitcoin di gedung kantor yang ia tempati.

Karpeles sempat menyumbang lima ribu Bitcoin untuk mendirikan Bitcoin Foundation, yayasan nirlaba untuk membantu pengembangan teknologi Bitcoin. Yayasan ini dibuat untuk menciptakan standar dan mempromosikan Bitcoin. Karpeles menjadi anggota dewan yayasan tersebut hingga Februari 2014.

Pada tahun 2014, terjadilah peretasan MtGox yang termasyhur itu. Dana nasabah senilai US$460 juta yang disinyalir dicuri oleh peretas, dan dana tambahan sebesar US$27 juta yang raib dari rekening MtGox, memaksa Karpeles menyatakan perusahaan tersebut bangkrut dan harus tutup. Kendati demikian, orang-orang yang mengenal Karpeles dan MtGox secara mendalam tidak terkejut terhadap kejadian peretasan itu.

Menanggapi peretasan yang terjadi, dalam sebuah konferensi pers untuk mengumumkan kebangkrutan MtGox, Karpeles berkata, “Kami memiliki kelemahan di sistem kami, dan Bitcoin kami hilang. Kami telah menyebabkan banyak masalah dan gangguan bagi banyak orang, dan saya meminta maaf atas apa yang terjadi.”

MtGox mengajukan kebangkrutan di Jepang pada 28 Februari 2014, dan di Amerika pada Maret 2014. Karpeles ditangkap oleh kepolisian Jepang pada 1 Agustus 2015 atas dugaan mengakses sistem komputer MtGox untuk memalsukan data saldo bursa tersebut.

Ia juga ditangkap ulang atas dugaan penggelapan uang. Karpeles dilepas dengan jaminan pada Juli 2016, tetapi tidak boleh meninggalkan Jepang. Pada 10 Juli 2017, Karpeles mengaku tidak bersalah atas tuduhan penggelapan uang dan manipulasi data.

Peristiwa MtGox sempat membuat harga Bitcoin jatuh terpuruk dan menyebabkan nasabah kehilangan banyak uang. Hasil penyelidikan MtGox memutuskan kerugian nasabah akan diganti sebesar US$400 per Bitcoin. Keputusan ini disinyalir akan menyisakan selisih nilai harta yang sangat besar bagi Karpeles. Berdasarkan harga Bitcoin di awal tahun 2018, hasil sidang tersebut berarti Karpeles memegang Bitcoin senilai hampir US$2 milyar. [ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait