Menerka Rupa Blockchain di Masa Depan

Dimaz Ankaa Wijaya
Peneliti pada Blockchain Research Joint Lab Universitas Monash, Australia


Blockchain, yang pertama kali diimplementasikan di tahun 2009 dalam sistem pembayaran Bitcoin, telah menjelma menjadi jargon yang (terlalu) sering digunakan dalam komunitas teknologi, serta digadang-gadang sebagai teknologi yang mampu mengubah masa depan. Sebagai teknologi yang relatif baru, blockchain memang belum banyak diimplementasikan di dalam dunia nyata.

Kesuksesannya di bidang mata uang kripto (cryptocurrency) membuat banyak orang tertarik untuk membawa teknologi ini ke bidang lain, misalnya manajemen rantai pasok (supply chain management), perekaman transaksi barang antik dan barang berharga lainnya, hingga kemungkinan adopsi teknologi blockchain ke dalam sistem mata uang fiat yang selama ini dikendalikan oleh bank sentral negara-negara di dunia.

Di antara berbagai fitur yang ada di dalam blockchain, transparansi merupakan karakteristik istimewa yang membuat semua pihak dapat melihat semua informasi yang terkirim di dalam sistem. Meskipun transparan, informasi yang terlihat oleh semua pihak ini tidak serta-merta dapat diubah seenaknya, karena ada mekanisme tertentu yang tertanam dalam sistem blockchain agar informasi ini aman dari pengubahan yang tidah sah.

Fitur transparansi ini amat mudah dilihat dalam blockchain milik mata uang kripto. Dengan bantuan aplikasi yang biasa dinamakan “blockchain explorer”, semua pihak dapat mengeksplorasi semua transaksi yang telah terekam di dalam blockchain dan juga transaksi-transaksi yang sedang mengantri untuk direkam ke dalam blok-blok baru. Tidak hanya pihak pengirim dan penerima dana saja yang dapat melihat transaksi mereka, melainkan semua orang dapat mengakses informasi transaksi keuangan yang direkam dalam blockchain mata uang kripto.

Salah satu pertanyaan besar yang menggelayut di kepala banyak orang barangkali seperti ini: apakah para penyedia layanan blockchain akan membiarkan semua pihak mengakses informasi yang tersimpan dalam blockchain mereka? Pertanyaan ini tentu saja amat sahih, karena di banyak sistem yang terkomputerisasi, data-data yang tersimpan di dalam basis data amat sensitif dan sangat berharga bagi institusi tersebut. Sebagai contoh, informasi transaksi platform e-commerce. Informasi ini amat berharga jika dikaitkan dengan analisis tren penjualan, analisis karakteristik barang yang laku terjual, tidak terjual dan dapat memproduksi “insight” tentang bagaimana sebaiknya para pedagang mengemas produk mereka. Hampir mustahil pemilik informasi seberharga ini mempublikasikan data-data mereka yang bisa menjadi tambang emas baru dengan teknik-teknik machine learning dan data science.

Dengan tipisnya kemungkinan implementasi transparansi dalam berbagai bidang yang mungkin memanfaatkan teknologi blockchain untuk berbagi informasi, maka amat diperlukan sebuah metode khusus untuk mengamankan data-data berharga agar tetap menjadi milik mereka, yang di sisi lain sang pemilik data juga dapat meraup keuntungan dari pemanfaatan teknologi blockchain.

Metode-metode kriptografi seperti Fully Homomorphic Encryption (FHE) yang mulai populer sejak beberapa tahun belakangan ini terus dikembangkan agar data-data terenkripsi masih dapat diproses tanpa harus melalui proses dekripsi terlebih dahulu. Meskipun tentu saja diperlukan komputasi yang lebih besar untuk memproses data-data yang dienkripsi dengan teknik FHE, alternatif ini perlu dilirik sebagai salah satu solusi.

Solusi lain yang barangkali lebih realistis adalah dengan menggunakan teknik off-chain dan on-chain. Teknik off-chain digunakan untuk menyimpan informasi ke dalam basis data privat, sementara teknik on-chain dilakukan dengan menyimpan “commitment” dari informasi yang disimpan dalam basis data privat tersebut ke dalam blockchain yang tersedia secara umum.

Dengan menggunakan teknik off-chain dan on-chain, maka penyedia layanan dapat mengamankan informasi berharga sekaligus memberikan jaminan kepada para pengguna bahwa informasi yang disimpan dalam basis data mereka tidak pernah berubah.

Teknologi blockchain memang sudah berusia satu dekade. Namun, hingga saat ini pengembangannya terus dilakukan untuk meningkatkan kapasitas, kapabilitas, dan fungsionalitas blockchain agar dapat diterapkan ke dalam berbagai sistem yang hingga saat ini masih.

Dengan segala keterbatasan dan kebutuhan yang amat beragam, bukan tidak mungkin kita akan melihat bentuk blockchain yang jauh berbeda ketimbang blockchain yang kita lihat sekarang ini di dalam mata uang kripto. Namun, tentu saja, sistem ini masih jauh dari maturity, dan barangkali kita akan meraup potensi yang jauh lebih besar dengan sistem blockchain yang ada di masa depan. []

Terkini

Warta Korporat

Terkait