Ada 3 alasan utama mengapa Anda harus bullish terhadap Bitcoin. Hal itu dipaparkan oleh Bruce Ng dan Juan M. Villaverde dari WeissCrypto, divisi khusus dari perusahan besar Weiss Ratings.
Pertama, Bitcoin kian mengungguli emas di tengah krisis ekonomi. Untuk menopang perekonomian di tengah kepanikan pandemi COVID-19, Bank Sentral AS alias The Fed semakin bersemangat dengan kebijakan moneternya.
“Itulah sebabnya, baru-baru ini The Fed mencetak sekitar US$2,9 triliun uang kertas baru dalam waktu hanya 13 minggu. Itu setara dengan US$22 juta per menit. Dengan ukuran apa pun, langkah itu adalah korupsi uang pada skala industri,” sebut Bruce dan Juan.
Maksud kedua penulis adalah langkah bank sentral dengan menambah pasokan uang ke dalam ekonomi adalah konsep yang berseberangan dengan emas dan Bitcoin yang pasokannya relatif lebih langka.
Ini mencerminkan dolar AS pada prinsipnya tidak bernilai dan semakin tidak bernilai dalam kurun waktu tertentu yang panjang.
Secara historis, kata mereka, investor beralih kepada emas sebagai tempat yang aman ketika mereka kehilangan kepercayaan pada uang kertas.
“Kali ini, mereka akan beralih ke Bitcoin juga. Dan memang, kinerja keduanya sudah meningkat. Namun, Bitcoin telah naik lebih cepat, mengungguli emas sejak kepanikan ekonomi melanda. Dan ini baru permulaan,” sebutnya.
Kedua, Uang mengalir dari institusi ke Bitcoin. Beberapa pekan yang lalu, pengusaha ternama, Paul Tudor Jones membeli Bitcoin dengan uangnya sendiri sebesar US$210 juta.
Kemudian ada perusahaan Grayscale dengan instrumen investasinya, GBTC memiliki lebih banyak Bitcoin lagi, yang digunakannya sebagai tolak ukur produknya.
“Bahkan ada perusahaan modal ventura Andreessen Horowitz yang kian agresif menggelontorkan modal hingga US$500 juta ke beragam perusahaan rintisan,” katanya.
Menurut mereka, langkah ketiga perusahaan itu bukan hanya sebagian dari “smart money” dari arah Wall Street, tetapi besarnya ukuran uang mengalir ke pasar kecil, seperti Bitcoin dapat memiliki dampak yang sangat eksplosif.
“Sebagai contoh, kapitalisasi pasar Bitcoin, US$170 miliar, hanya 1/25 dari ukuran pasar saham AS (sekitar US$37 triliun). Jadi, kalau hanya 1 atau 2 persen yang masuk ke sektor aset kripto, itu pun lebih dari cukup untuk mengirim Bitcoin ke ketinggian yang tidak terbayangkan,” katanya.
Ketiga, Model Stock-to-Flow (S2F), harga Bitcoin bisa mencapai US$70 ribu per BTC pada tahun depan.
Model S2F didasarkan pada gagasan yang masuk akal, bahwa semakin langka suatu komoditas, maka semakin bernilailah komoditas itu. S2F mengukur kelangkaan dengan membandingkan produksi tahunan dengan jumlah yang tersedia untuk membeli dan menjual (pasokan beredar).
“Emas memiliki skor S2F sebanyak 62. Sebaliknya, hanya dibutuhkan 22 tahun produksi perak saat ini untuk menyamai pasokannya. Kelangkaan relatif yang lebih rendah dari perak adalah faktor kunci yang membuat perak kurang berharga daripada emas,” sebut mereka.
Kedua penulis tidak memaparkan skor S2F Bitcoin berbanding emas. Berdasarkan data dari Digitalik, saat ini skor S2F Bitcoin adalah 48,6 Â untuk rata-rata 10 harian dan 27,5 untuk rata-rata 463 hari.
Skor itu semakin mendekati skor S2F emas dan akan semakin naik di kala terus melewati proses Halving setiap 210.000 block.
“Berdasarkan model S2F, yang memanfaatkan variabel harga historis Bitcoin setelah Halving, harga Bitcoin setidaknya bisa mencapai US$70 ribu per BTC pada pertengahan tahun 2021,” sebut kedua penulis yang mengakui popularitas model itu dan berbeda denga model yang digunakan oleh WeissCrypto. [red]