4 Alasan Harga Bitcoin (BTC) Ambrol Hari Ini

Kendati telah diprediksi sebelumnya, ambrolnya harga Bitcoin (BTC) hari ini, tetap saja mengejutkan. Faktor percepatan tapering oleh The Fed adalah faktor utama, selain arus masuk Bitcoin (BTC) ke sejumlah bursa kripto yang semakin besar di awal Januari 2022.

Minggu lalu, Otoritas Sekuritas dan Pasar Eropa meminta adanya larangan penambangan untuk kripto bersistem Proof-of-Work (PoW) dan menyarankan bahwa regulator harus memilih penambangan Proof-of-Stake (PoS) yang lebih hemat listrik. Hal lainnya pekan lalu, regulator Inggris, Spanyol, dan Singapura memperketat aturan tentang promosi aset kripto di ruang publik lewat iklan.

Harga Bitcoin Merosot Cepat

Setelah sebelumnya sempat mencapai US$43 ribu per BTC, Jumat (21/1/2022), kripto nomor wahid ini ambrol pada dini hari hingga lebih dari US$38.600 sebelum tengah hari ini. Harga Bitcoin diperkirakan akan terus meluruh, setelah sebelumnya telah terbentuk death cross di time frame harian pada 9 Januari 2022.

Harga Bitcoin (BTC)
Harga Bitcoin ambrol sejadi-jadinya.

Ada sejumlah alasan mengapa kripto rancangan Satoshi Nakamoto ini terus tersungkur, bahkan termasuk kripto lainnya, lintas kategori, mulai dari DeFi, NFT hingga metaverse. Ini yang membuat pasar kripto menguap hingga menjadi US$1,6 triliun. Bandingkan dengan awal November 2021 yang mencapai US$2,8 triliun.

Kapitalisasi pasar kripto turun drastis sejak awal November 2021.

Kebijakan Tapering oleh The Fed

Faktor yang satu ini sudah kami paparkan di artikel sebelumnya pada 6 Januari 2022. Awal tahun ini dianggap rawan, karena pada November dan Desember 2021, The Fed memastikan akan mempercepat program tapering pada tahun 2022 setidaknya sebanyak 3-4 kali.

Harga Bitcoin Terus Tertekan: Pasar Kripto Kian Mencekam?

Tapering adalah cara mengurangi jumlah dolar AS di pasar, di mana The Fed mengurangi jumlah belanja surat utang (obligasi) pemerintah AS, termasuk sekuritas bernilai hipotek.

Langkah ini dianggap sangat efektif untuk menekan laju inflasi yang pada Desember mencapai 7 persen secara year-on-year. Inflasi maha dahsyat itu adalah terbesar sejak 1982, dalam rentang waktu serupa.

Kondisi ini adalah kebalikan dari kebijakan pada medio tahun 2020 silam, ketika pandemi yang meluluhlantakkan ekonomi, Bank Sentral AS itu menambah pasokan dolar agar investasi semakin meluas dan juga terdampak pada trading dan investasi di pasar berisiko tinggi, yakni kripto.

Tapering juga akan menggiring The Fed akan menaikkan suku bunga, dengan tujuan serupa, yakni mengurangi pasokan dolar di pasar.

Ini pada ujungnya akan memperkuat nilai tukar dolar di pasar forex (DXY) dan membuat nilai impor AS semakin murah.

Dengan kata lain, pelaku pasar kripto ini beralih ke dolar AS untuk sementara, karena pasar saham juga mengalami tekanan yang tak kalah hebatnya.

Inflasi di Amerika Serikat telah mencapai rekor tertinggi itu mendorong pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 25-26 Januari 2022. Hasil pertemuan The Fed itu sangat penting, yang diperkirakan akan mengumumkan suku bunga baru.

The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali tahun ini dengan kenaikan dari 0,25 persen menjadi setinggi 1 persen pada akhir tahun.

“Investor di seluruh pasar keuangan mengurangi risiko investasi mereka yang bernilai dolar AS termasuk deposito bank. Ini didorong oleh kekhawatiran kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS tahun ini serta berlanjutnya pembatasan secara global karena munculnya varian Omicron,” kata Vikram Subburaj, CEO, Giottus Crypto Exchange, dilansir dari OutlookIndia.

Korelesi Positif Pasar Saham dan Kripto

Selama beberapa bulan terakhir, pasca Reksadana Bitcoin Berjangka (Bitcoin ETF) masuk di Nasdaq dan NYSE, harga Bitcoin telah berkorelasi erat dengan indeks pasar saham, termasuk penurunan terbaru hari ini.

S&P 500 misalnya menutup sesi perdagangan kemarin turun 1,1 persen. Indeks NASDAQ turun 1,3 persen pada kerangka waktu yang sama. Dow Jones turun 0,89 persen.

Bitcoin ETF di AS Akan “Sengsarakan” Trader Retail? Ada 5 Modus Manipulasi Pasar

Pasar derivatif juga terpukul. CNBC menyebutkan bahwa indeks berjangka Nasdaq 100 jatuh, menyusul laporan pendapatan yang mengecewakan dari Netflix.

Saham raksasa layanan streaming video itu turun lebih dari 19 persen selama sesi perdagangan yang diperpanjang pada hari Kamis setelah dokumen itu keluar, menunjukkan perlambatan pertumbuhan pelanggannya.

Penutupan S&P 500 di bawah 4.500 kemarin adalah yang pertama sejak 18 Oktober 2021. Berbicara tentang masalah ini adalah Scott Redler dari T3 Live, yang mengatakan, bahwa pasar telah menunjukkan sinyal yang salah selama beberapa minggu terakhir dan sepertinya indeks yang lebih luas akhirnya mogok.

Arus Masuk BTC ke Bursa Meningkat Sebelum Ambrol

Salah satu indikator potensi tekanan jual adalah total arus masuk BTC di bursa. Semakin banyak BTC duduk di bursa, biasanya potensi tekanan jual tertinggi.

Data dari CryptoQuant mengungkapkan bahwa total arus masuk pertukaran meningkat pada hari-hari menjelang crash ini. Jumlahnya telah naik sejak 16 Januari dan meningkat seiring dengan harga, menunjukkan bahwa BTC dipindahkan ke bursa dengan maksud untuk dijual.

Options US$39 Ribu di Deribit Dengan Bunga Terbuka Tertinggi

Sebelumnya disebutkan bahwa strike price di US$39K di Deribit memiliki minat terbuka (open interest) tertinggi di antara put options, dilansir dari CryptoPotato.

Put options adalah mekanisme trading, di mana trader meraup untung ketika harga turun. Perlu dicatat bahwa ada sekitar US$538 juta kontrak options Bitcoin yang akan kedaluwarsa di Deribit pada hari ini. Dan skenario paling menyakitkan adalah harga berada di US$43K saat ini terjadi.

Rusia dan Inggris Tahan Laju Gerak Kripto

Penyebab lainnya adalah barangkali, bank sentral Rusia yang meminta larangan menyeluruh terhadap penambangan dan perdagangan kripto di dalam negeri. Bank sentral Rusia tiba-tiba membandingkan Bitcoin dengan skema Piramida dan menuntut larangan segera atas penggunaannya di dalam negeri.

Di waktu yang sama Rusia tengah mempercepat penerbitan rubel digital, sebagai respons terhadap teknologi blockchain yang lebih efisien dan sejumlah bank di negeri beruang merah itu segera mengujicobanya di skala kecil.

Bank Sentral Rusia Ingin Larang Kripto, Sejumlah Bank Segera Uji Coba Rubel Digital

Bank sentral juga memperingatkan kripto dapat menimbulkan risiko bagi kedaulatan keuangan negara. Sementara di Inggris, tekanan untuk menghentikan semua jenis iklan terkait kripto, dapat menekan laju gerak adopsi kripto di kerajaan itu.

Rusia memang salah satu pusat penambangan Bitcoin terbesar ketiga, dan banyak yang percaya permintaan bank sentral untuk larangan total itu telah memicu FUD seperti Mei 2021 yang mengarah pada aksi jual.

Bilakah Pulih?

Sulit mengatakan secara pasti kapan akan pulih dan bersiap naik kembali. Satu-satunya jawaban adalah melihat data historis sebelumnya.

Pada time frame harian, rata-rata ada sekitar 61 hari antara death cross hingga golden cross sejak tahun 2012.

Jika menggunakan patokan itu, maka golden cross berikutnya diperkirakan akan terjadi pada awal Februari 2022 atau, menggunakan rentang waktu terlama, yakni 71 hari, maka akan terjadi pada sekitar 21 Maret 2022. Patut dicatat, bahwa sebelum golden cross terjadi, maka lonjakan harga sangat siginfikan akan terjadi.

Ini Respons Bos MicroStrategy, Michael Saylor

Bagian ini diperbarui pada 22 Januari 2022, pukul 19:34 WIB, ketika harga Bitcoin (BTC) berada di kisaran US$35.600 per BTC. Titik terendah dalam 24 jam terakhir di kisaran US$34.300 per BTC, berdasarkan data Coinmarketcap.com.

Dengan harga saat ini, Bitcoin merunduk lebih dari 48,13 persen dari puncak tertinggi sepanjang masa, yakni US$68.789 pada 10 November 2021.

Dilansir dari Bloomberg, Kamis (20/1/2022), Bos MicroStrategy, Michael Saylor yang perusahaannya memiliki ribuan aset kripto itu sejak 2020 menyampaikan sejumlah hal, mengapa harga kripto nomor wahid itu terus menyusut.

“Saya pikir ada banyak dinamika di sini. Jika Anda melihat keseluruhan ekosistem kripto, Anda memiliki serangkaian ketidakpastian peraturan, terutama ketidakpastian peraturan seputar stablecoin dan token kripto dan apakah itu sekuritas atau bukan. Dan itu menciptakan sedikit kecemasan,” jawab CEO itu.

MicroStrategy Serok Bitcoin Lagi, Setara Rp3,4 Triliun

Hal lainnya adalah, ada banyak bursa kripto menawarkan leverage hingga 20 kali, termasuk sejumlah DeFi (decentralized finance). Menurut Saylor itu menciptakan semacam volatilitas tinggi.

Bagi dia, Bitcoin tetap menjadi aset layak investasi yang menarik. Dia merujuk pada keputusan pengusaha kaya seperti Bill Miller yang mengalokasikan Bitcoin sebagai bagian dari portofolio investasinya.

“Saya merasa seperti sedang berkonsolidasi pada level ini. Ini adalah titik masuk yang bagus bagi investor institusional,” pungkasnya.

SEC Tolak Laporan Keuangan MicroStrategy Soal Aset Bitcoin

Pada 21 Januari 2022, dilansir dari Bloomberg, Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Amerika Serikat, menolak laporan keuangan MicroStrategy aset Bitcoin yang menjadi bagian dari neraca keuangannya.

“Dalam sebuah surat tertanggal 3 Desember, SEC mengatakan kepada MicroStrategy bahwa pihaknya keberatan dengan penyesuaian tersebut dan mengatakan kepada perusahaan untuk menghapusnya dari pengajuan di masa mendatang. Dalam tanggapannya pada 16 Desember 2021, MicroStrategy mengatakan akan mematuhinya,” sebut Bloomberg mengutip surat SEC resmi ini.

Pembuat perangkat lunak perusahaan itu mengatakan pada tahun 2020, bahwa membeli dan menyimpan Bitcoin adalah salah satu strategi bisnis utamanya, menggunakan langkah-langkah non-GAAP dalam Formulir 10-Q untuk kuartal yang berakhir 30 September 2021 untuk menunjukkan kepada investor berapa pendapatannya.

Perusahaan mengatakan kepada SEC bahwa mereka menggunakan langkah-langkah non-GAAP untuk memberi investor gambaran yang lebih lengkap tentang keuangannya. Jika perusahaan hanya menunjukkan penurunan nilai, itu akan memberikan “penilaian yang tidak lengkap” dari kepemilikan Bitcoin-nya yang akan “kurang berarti bagi manajemen atau investor” mengingat strategi perusahaan untuk memperoleh dan menahan Bitcoin.

“Kami lebih lanjut percaya bahwa dimasukkannya kerugian penurunan nilai bitcoin non-tunai dapat mengalihkan perhatian dari analisis investor kami terhadap hasil operasi bisnis analitik perangkat lunak perusahaan kami,” tulis perusahaan itu.

Prinsip akuntansi yang diterima secara umum AS atau GAAP, tidak menawarkan aturan untuk melaporkan nilai aset digital, misalnya BTC. Panduan tidak mengikat dari American Institute of CPAs mengatakan perusahaan harus mengklasifikasikan mata uang sebagai aset tidak berwujud (tangible asset).

Ini berarti perusahaan yang tidak memenuhi syarat sebagai perusahaan investasi akan mencatat cryptocurrency dengan biaya historis dan kemudian hanya menyesuaikannya jika nilainya menurun. Setelah kepemilikan mereka dicatat, atau mengalami penurunan nilai, perusahaan tidak dapat merevisi nilai kembali jika harga pulih.

Masukan oleh SEC ini bisa jadi akan mendorong perusahaan teknologi informasi itu mendirikan perusahaan investasi terpisah dari perusahaan induknya dan bisa lebih fokus di Bitcoin.

Ketika Harga Bitcoin Mandi Darah, Apa yang Harus Anda Lakukan?

Jawaban ini sangat tergantung pada strategi trading dan investasi Anda. Jika Anda berhaluan jangka pendek alias trader harian (scalper), potensi profit pasti ada dalam mengarungi volatilitas hebat ini.

Namun bagi kalangan noobs, sebagian kecewa, karena sebelumnya sudah membeli di harga tinggi dan harus menelan pil pahit, lalu menjualnya.

Pilihan lainnya adalah sekadar hold (tahan) dan lakukan akumulasi secara terus menerus terhadap BTC, hingga ketika nanti kelak harga rebound.

Hal lainnya adalah ikut program earn untuk Bitcoin, seperti yang ditawarkan oleh PINTU ataupun staking seperti yang ditawarkan Triv ini. Cara ini akan menambah pundi-pundi kripto Anda secara pasif dalam kurun waktu tertentu.

Kemudian bagi yang gemar bertaruh dengan risiko loss lebih tinggi, bisa masuk ke pasar derivatif seperti futures market di Binance. Di sana, menggunakan leverage, Anda bertaruh memasang posisi SHORT secara berkala dan tetap mengantongi keuntungan berlipat ganda. Hanya saja, ini perlu keahlian analisis teknikal yang baik, jikalau tidak, modal Anda bisa hangus 100 persen. Cara ini terkesan mirip aksi tebak-tebak manggis di Binomo, tetapi sahabat kental untuk selamat hanya analisis teknikal.

Analisis dalam Konteks RSI, Oversold Ekstrem

Secara teknikal, koreksi Bitcoin ini cukup mengejutkan, setidaknya dalam konteks indikator RSI di time frame harian. Pasalnya, RSI harian sudah berada di indeks 20 (jauh di bawah indeks lazim, yakni 30). Ini menandakan harga sudah berada di posisi sangat oversold. Jika dibandingkan dengan situasi sebelumnya, posisi ini teramat mengejutkan, karena melampaui oversold 17 Mei 2021 yang hanya di indeks 23.

Posisi oversold teresktrim sebelum ini adalah adalah pada 12 Maret 2020 di kisaran 15,9 dan melampaui oversold 25 September 2019. Ketika itu, seperti kita ingat bersama, harga BTC ambruk dari US$9.179 menjadi US$3.949 hanya dalam waktu 6 hari saja, hingga death cross terbentuk 1 hari setelahnya pada 14 Maret 2020. Dari sana harga terus menguat hingga golden cross muncul pada 12 Mei 2020.

Menarik pula jika kita membandingkan dengan posisi oversold pada 17 November 2018 yang mencapai titik sangat esktrem, yakni 10,12. Artinya posisi oversold Maret 2020 tidak melampaui tahun 2018 lalu.

Nah, jika kita menarik garis tren posisi oversold sejak 2018 hingga 2022 ini, maka kecenderungannya adalah menaik.

Nah, jika posisi oversold saat ini akan melampaui posisi oversold Maret 2020, dan hampir menyamai posisi oversold 2018, maka harga akan tertekan lebih kuat lagi.

Skenario itu diasaskan pada situasi ekonomi yang sangat jauh berbeda, yakni saat ini antara kombinasi pandemi yang tak kunjung usai, inflasi tinggi di AS dan kebijakan tapering pada tahun ini yang akan terus menguatkan dolar.

Pun lagi tingkat korelasi positif antara pasar modal dan pasar kripto terus terjadi. Belum lagi melihat peraturan terkait kripto di banyak negara semakin ketat dan bank sentral bersiap menerbitkan uang digital yang diklaim lebih efisien daripada blockchain. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait