Analisis fundamental terhadap aset kripto berkategori privacy coin amatlah penting, karena tidak semua aset kripto benar-benar “privacy” seperti yang diklaim sang pembuatnya.
OLEH: Fahmi Almuttaqin
Pegiat di Komunitas Kolektor Kripto Surabaya
Ada banyak aset kripto yang mengklaim sebagai privacy coin. Namun sebenarnya hanya segelintir saja yang secara sungguh-sungguh dapat melindungi privasi penggunanya. Ini adalah faktor-faktor utama yang harus dianalisa ketika meninjau mekanisme privasi pada sebuah aset kripto.
Ingatlah, bahwa teknologi blockchain pada dasarnya diancang untuk menciptakan sebuah sistem pencatatan data yang transparan dan aman, namun tetap dapat melindungi identitas asli para penggunanya dengan menggunakan mekanisme digital signature dan public key.
Namun seiring dengan perkembangan penggunaan aset kripto, public key menjadi sangat mudah dilacak, hingga bisa mengetahui siapa identitas asli orang dibalik transaksi.
Kelemahan fundamental itulah yang mendorong dirancangnya blockchain dan aset kripto yang lebih menghormati privasi dalam transaksi. Rancangan ini bertolak pada pemahaman bahwa privasi adalah hak paling asas milik manusia.
Akan tetapi, meningkatkan privasi di sebuah sistem blockchain yang telah didesain untuk transparan dan terbuka untuk diaudit oleh siapa saja, tidaklah mudah. Â
Berikut sejumlah aspek dalam menganalisis fundamental tingkat privasi sebuah aset kripto, berasaskan rancangan teknologi blockchain-nya.
Pertama, apakah mekanisme privacy tersebut tertanam pada blockchain-nya, atau hanya pada layer-layer di atasnya seperti integrasi wallet dengan TOR dan lain-lain.
Beberapa privacy coin mengklaim menyediakan privasi, tetapi sama sekali tidak memiliki sistem privasi apa pun di blockchain-nya.
Melindungi alamat IP atau TOR saja tanpa membangun fitur privasi pada tingkat blockchain tidaklah cukup, seperti yang dipaparkan dalam penelitian oleh Alex Biryukov, Dmitry Khovratovich dan Ivan Pustogarov dan dipublikasikan oleh University of Luxemburg ini.
Kemudian soal fakta, bahwa jaringan TOR dapat diblokir secara menyeluruh seperti yang terjadi di Inggris ini, membuat mekanisme seperti ini sangat riskan untuk digunakan.
Kedua, Apakah mekanisme privacy diciptakan oleh seorang ahli kriptografi dan telah diulas oleh para pakar lainnya? Atau hanya ide satu dua orang programmer tanpa pengalaman di bidang kriptografi dan information security yang kemudian dipromosikan tanpa divalidasi atau diaudit oleh pihak lain?
Seorang ahli kriptografi berpengalamanpun sangat mungkin melakukan kesalahan atau menemukan metode yang ternyata memiliki kelemahan yang signifikan.
Seperti RSA misalnya, yang padahal telah digunakan oleh banyak pengembang blockchain.
Ketiga, Apakah mekanisme privacy-nya original, atau hanya rebrand dari teknologi yang sudah ada sebelumnya?
Menggunakan teknologi privacy yang sudah ada bukan merupakan sebuah masalah, namun seringkali sebuah pengembang privacy coin enggan mengakuinya, karena akan menurunkan nilai jual dari aset kripto yang mereka terbitkan.
Dalam hal ini, terdapat beberapa kasus di mana sebuah privacy coin secara sengaja tidak mengatakan mereka menggunakan teknologi yang telah dipakai dan dikembangkan oleh pengembang lain.
Hal ini juga patut diperhatikan karena pengembang tersebut mungkin akan kurang memahami arah pengembangan teknik privacy yang ia salin tersebut atau tidak memiliki pemahaman sebaik tim yang sebenarnya mengembangkan teknik itu dari awal. Ini sangat mungkin terdapat error yang mereka tidak sadari. Â Â
Keempat, Apakah mekanisme privacy tersebut melibatkan suatu trusted setup, atau privacy dicapai tanpa melibatkan centralized trust? Pasalnya, trusted setup dapat menjadi sebuah celah yang signifikan untuk dapat mengungkap identitas asli dibalik transaksi yang terjadi.
Menurut penulis, jika kita kaji dengan cara di atas, dari puluhan aset kripto yang mengaku sebagai privacy coin, akan hanya tersisa beberapa gelintir saja yang dapat dikategorikan memiliki fundamental yang bagus dengan tiga teratas, yakni Firo, Monero dan ZCash.
Firo misalnya memiliki nilai yang paling tinggi, karena memiliki anonymity set yang paling tinggi yakni 2^16 yang bahkan sebuah quantum computer pun sepertinya akan kesulitan untuk membedah identitas asli setiap transaksi. [red]