Pergerakan harga BTC belakangan ini menunjukkan pemulihan yang cukup signifikan. Setelah sempat anjlok ke kisaran US$80.000, kini Bitcoin berhasil kembali menguat ke level US$97.000 hingga US$99.000.
Tren pergerakan ini tentu menimbulkan pertanyaan di kalangan investor dan trader: ke mana arah selanjutnya? Apakah harga Bitcoin akan terus naik, atau justru kembali mengalami tekanan?
1. AS-China Kembali ke Meja Perundingan
Salah satu pendorong utama kenaikan harga BTC datang dari ranah geopolitik. Untuk pertama kalinya sejak Donald Trump memulai perang dagang dengan China, pejabat tinggi AS dan Tiongkok akan bertemu di Swiss akhir pekan ini.
Pemerintah AS, yang diwakili oleh Menteri Keuangan Scott Bessent dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer, dijadwalkan bertemu dengan mitra mereka dari China.
“Saya menantikan diskusi yang produktif demi menyeimbangkan ulang sistem ekonomi internasional agar lebih menguntungkan bagi Amerika Serikat,” kata Bessent dalam pernyataannya, Selasa (06/05/2025).
Selain itu, berdasarkan laporan The Block pada 6 Mei lalu, Jupiter Zheng, mitra di HashKey Capital, menilai pertemuan ini berpotensi mendorong reli lanjutan di pasar global, termasuk pada harga Bitcoin.
“Pertemuan ini bisa menjadi sinyal awal dari pemulihan ekonomi global pasca tekanan akibat perang tarif,” jelasnya.
Pandangan serupa juga diungkapkan oleh Peter Chung, kepala riset di Presto Research. Ia mencatat bahwa sentimen pasar langsung berubah menjadi risk-on menyusul pengumuman pertemuan tersebut.
2. Dominasi BTC yang Meningkat
Sinyal penting lain yang berpotensi mempengaruhi arah pergerakan harga Bitcoin adalah meningkatnya dominasi BTC di pasar. Berdasarkan laporan 10x Research, mayoritas aliran dana fiat saat ini langsung mengarah ke Bitcoin.
“Meski arus masuk stablecoin tetap kuat, sebagian besar dana fiat tampaknya mengalir ke Bitcoin, bukan ke altcoin,” tulis mereka di X, Rabu (07/05/2025).
Prediksi Resesi AS 2025 Bikin Keringat Dingin, Pasar Kripto Gimana?
Saat ini, dominasi Bitcoin telah mencapai 64,5 persen, mencerminkan kepercayaan investor yang semakin kuat terhadap aset ini di tengah kondisi pasar yang belum stabil, yang pada akhirnya turut mendorong kenaikan harga BTC.
3. Arus Masuk ke BTC ETF Masih Deras
Salah satu faktor yang turut memperkuat sentimen bullish dan mendorong kenaikan harga BTC berasal dari arus dana masuk ke Bitcoin ETF. Data terbaru yang dibagikan oleh firma analitik blockchain, Santiment, menunjukkan tren positif sejak pertengahan April.
“Sejak 16 April, sebanyak US$5,13 miliar telah mengalir ke Bitcoin ETF secara kolektif, mendorong minat pasar dan kenaikan harganya,” tulis analis Santiment di X, Rabu (07/05/2025).

Aliran dana ini menjadi penopang penting menjelang keputusan Federal Reserve (FOMC) yang biasanya memicu volatilitas pasar. Dengan arus masuk yang masih tinggi, analis menilai kecil kemungkinan harga Bitcoin akan mengalami koreksi tajam dalam waktu dekat.
4. Delta Ratio Isyaratkan Potensi Kenaikan Harga BTC
Sinyal terakhir yang berpotensi mempengaruhi pergerakan harga Bitcoin datang dari analisis on-chain yang disampaikan oleh AxelAdlerJr. Analis ternama ini menyoroti indikator delta ratio, yang mengukur rasio antara kapitalisasi pasar dan rata-rata harga BTC saat terakhir kali berpindah tangan.
Saat ini, delta ratio berada di level 112 persen, yang menurutnya masih cukup jauh dari titik rawan pengambilan keuntungan oleh trader dan investor. Artinya, masih ada ruang untuk kenaikan harga BTC lebih lanjut.
“Data historis selama empat tahun terakhir menunjukkan bahwa investor mulai mengambil keuntungan begitu delta mencapai sekitar 170 persen. Dengan kata lain, jika naik lagi 58 persen menjadi 170 persen, kemungkinan besar akan terjadi aksi jual,” jelasnya.

Dengan kombinasi faktor makroekonomi, geopolitik, dan indikator teknikal yang mendukung, harga Bitcoin tampaknya masih memiliki potensi untuk terus menguat dalam jangka pendek.
Namun, volatilitas tinggi tetap menjadi bagian dari pasar kripto. Oleh karena itu, investor dan trader disarankan untuk memanfaatkan momentum ini dengan tetap mengedepankan strategi manajemen risiko yang matang. [dp]