7 Alasan Bitcoin Bisa Meroket ke US$200.000 pada 2025!

Pasar kripto terus bergejolak, namun ada keyakinan yang kuat dari berbagai analis bahwa harga Bitcoin (BTC) bisa mencapai angka US$200.000 pada tahun 2025.

Lark Davis, seorang influencer kripto terkemuka, dalam sebuah video menyampaikan tujuh alasan mengapa tren kenaikan ini memiliki landasan yang kuat. Berikut rangkuman alasan yang dapat mendorong harga BTC ke level baru yang fenomenal.

7 Alasan Bitcoin Bisa Meroket ke US$200.000 Tahun Depan

Potensi Pembelian BTC oleh Pemerintah AS

Salah satu faktor pendorong harga BTC adalah usulan untuk AS memulai cadangan strategis Bitcoin. Cynthia Lumis, senator AS, telah mengajukan proposal untuk membeli hingga satu juta Bitcoin dalam lima tahun ke depan.

“Jika hal ini terjadi, dampaknya akan sangat besar terhadap harga pasar,” ujar Davis.

Langkah ini dapat menciptakan permintaan yang sangat besar, mengingat ketersediaan Bitcoin yang semakin terbatas.

Teori Permainan Global 

Teori permainan global menjadi alasan berikutnya mengapa BTC diprediksi akan mengalami kenaikan. Negara-negara seperti El Salvador dan Bhutan telah menjadikan Bitcoin sebagai tender resmi atau bahkan telah menambang Bitcoin dalam skala besar.

Sementara itu, Rusia baru-baru ini mengesahkan regulasi baru untuk menambang Bitcoin. Davis menyebut bahwa ini adalah persaingan antar negara untuk memperebutkan Bitcoin terakhir yang dapat ditambang, yang hanya tersisa sekitar 1,5 juta Bitcoin di pasar.

Pembelian Bitcoin oleh Perusahaan-perusahaan Besar

Perusahaan-perusahaan besar juga mulai menunjukkan minat mereka terhadap BTC. Microsoft bahkan telah mengadakan voting di antara pemegang saham untuk membeli Bitcoin.

Dengan aset kas bernilai ratusan milyar dolar AS, berinvestasi sebagian dalam Bitcoin dapat menjadi langkah strategis.

“Bayangkan jika Microsoft, Facebook, atau Apple ikut membeli Bitcoin dalam jumlah besar, ini akan memicu reli besar,” ujar Davis.

Tidak hanya itu, MicroStrategy yang dipimpin oleh Michael Saylor bahkan telah mengumumkan rencana untuk membeli BTC senilai US$42 miliar dalam beberapa tahun ke depan.

Pengaruh ETF Bitcoin di Wall Street

Masuknya dana institusi melalui ETF BTC di Wall Street menjadi salah satu pendorong utama. Minggu lalu, Wall Street membeli Bitcoin senilai sekitar US$1,4 miliar hanya dalam sehari, yang setara dengan produksi penambangan selama lebih dari satu bulan.

“Permintaan dari Wall Street ini sangat monumental dan tidak akan berhenti,” jelas Davis.

Inflow positif ini menjadikan ETF BTC sebagai salah satu peluncuran ETF paling sukses dalam sejarah, yang diharapkan akan terus memicu kenaikan harga.

Minat Ritel yang Semakin Meningkat

Di sisi lain, investor ritel juga mulai kembali tertarik ke pasar kripto. Kenaikan harga Bitcoin yang konsisten telah menarik perhatian publik yang lebih luas.

Aplikasi kripto seperti Coinbase juga mengalami lonjakan jumlah unduhan, menandakan minat yang tinggi dari pengguna baru.

“Teknologi ‘angka naik’ menarik para investor ritel seperti ngengat terhadap api,” jelas Davis, menggarisbawahi bagaimana kenaikan harga menjadi magnet yang kuat bagi para investor baru.

Suku Bunga yang Mereda

Penurunan suku bunga di berbagai negara juga berdampak positif pada pasar kripto. Dengan suku bunga yang lebih rendah, investor cenderung mengalihkan uang mereka dari pasar uang ke aset-aset berisiko seperti saham atau BTC.

Davis mencatat bahwa kebijakan pelonggaran ini akan meningkatkan likuiditas global, yang mendukung kenaikan harga koin tersebut.

“Indeks likuiditas global meningkat, dan ini berarti lebih banyak uang yang mengalir ke pasar,” ujarnya.

Siklus Empat Tahun Bitcoin

Alasan terakhir yang disoroti Davis adalah siklus empat tahun yang sering terjadi pada BTC. Berdasarkan pola ini, harganya cenderung mencapai puncak baru 12 hingga 18 bulan setelah peristiwa halving.

“Bitcoin mencapai harga tertinggi baru sekitar enam bulan pasca halving, sesuai dengan siklus pasar yang sempurna,” papar Davis.

Berdasarkan pola ini, BTC diperkirakan akan mencapai puncaknya sekitar April atau bahkan Oktober 2025. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait