Ernst & Young (EY) merilis laporan mengenai kinerja ICO selama satu tahun terakhir. Sesuai dengan aset kripto yang sedang menderita bear market, kinerja tersebut memperlihatkan tren menurun, seperti dilansir CCN.
EY merilis laporan tentang ICO pada Desember tahun lalu yang meliput 372 proyek. Di antara proyek-proyek tersebut, ada 110 ICO menonjol yang menerima 87 persen semua dana yang digalang oleh keseluruhan proyek yang dianalisa. EY menyebut kelompok proyek sukses ini dengan julukan “Angkatan 2017”, dan dalam laporan terbaru yang dirilis pekan ini, EY memeriksa posisi anggota-anggota angkatan tersebut dari segi nilai dan progres.
Sayangnya, bila seorang investor membuat portofolio terdiri dari Angkatan 2017 tersebut, investor itu kini akan kehilangan dua pertiga nilai investasinya, dibandingkan terhadap nilai awal token ketika pertama kali di-listing di bursa kripto.
Laporan EY menyoroti risiko berinvestasi di token ICO, menekankan 86 persen kini “nyungsep” di bawah harga awal listing-nya di bursa. Bahkan, hanya 10 proyek yang menghasilkan 99 persen dari seluruh pendapatan profit. Selain itu, EY menemukan ada risiko yang tinggi terhadap penipuan, pencurian dan ketidakakuratan klaim yang dilakukan oleh startup yang mencari pendanaan.
Artinya, hanya ada kemungkinan satu dalam sepuluh untuk memilih proyek yang tepat dan lebih berharga dibanding harga initial coin offering-nya. Proyek-proyek ini sebagian besar fokus di bidang infrastruktur blockchain, mengindikasikan bahwa masih ada banyak pembangunan fondasi yang perlu dilakukan di sektor kripto.
Laporan itu juga menulis ICO paling sukses sekalipun hampir tidak memiliki dampak jika dibandingkan dengan Ethereum yang memiliki pengembangan, dukungan, dan kapitalisasi pasar paling banyak dengan selisih yang jauh.
Terlepas dari kinerja buruk ICO sejak akhir 2017, permintaan terhadap proyek-proyek baru sepanjang 2018 tidak berkurang. Sudah ada lebih dari US$15 milyar yang ditanam ke proyek terkait blockhain dan uang kripto dalam enam bulan pertama tahun ini, di mana sebagian besar dana digalang melalui ICO, dan sebagian lainnya melalui jalur modal ventura tradisional.
Sebagian besar pihak yang berinvestasi di kripto tahu bahwa kemungkinannya kecil memilih proyek yang sukses, dan sebagian besar proyek pasti gagal. Seperti gelembung dotcom dua puluh tahun yang lalu, ada jauh lebih banyak pecundang dibanding pemenang. Yang lebih mengkhawatirkan adalah sangat sedikit proyek yang terlihat menghasilkan produk. Adalah hal yang baik bila proyek itu mencoba kemudian gagal, tetapi adalah hal yang lain bila mereka tidak mulai mencoba sama sekali.
Harapannya beberapa proyek yang menggalang dana besar di 2017 akan tetap membangun purwarupa untuk diuji coba di pasar. Tetapi setelah setahun berlalu, banyak pertanyaan mulai muncul soal bagaimana manajemen dan alokasi sumber daya yang dilakukan oleh proyek-proyek tersebut. [ed]