IKLAN

81 Bank Sentral Rangkul Uang Digital, 5 Sudah Meluncur

81 negara kini menjajaki mata uang digital bank sentral (CDBC). Jumlah ini lebih besar 46 negara dibanding bulan Mei tahun lalu. Selain itu, lima negara telah meluncurkan uang digital mereka.

Pekan lalu, Pusat Geoekonomi Dewan Atlantik meresmikan pelacak uang digital bank sentral baru yang memiliki fitur pangkalan data interaktif.

Situs resmi Pusat Geoekonomi menjelaskan mereka adalah organisasi nonpartisan yang menyatukan kepemimpinan AS dan keterlibatan dunia beserta kemitraan dengan sekutu dan rekan untuk membentuk solusi bagi tantangan global.

Organisasi itu mengklaim, versi awal pelacak CBDC yang diluncurkan pada April tahun lalu telah digunakan oleh Federal Reserve dan Bank of International Settlements (BIS).

Selain itu, pelacak versi baru melaporkan 81 negara kini menjajaki CBDC, mewakili lebih dari 90 persen PDB global. Pada laporan bulan Mei tahun 2020, hanya 35 negara yang melirik CBDC.

BACA JUGA  Iran Akan Luncurkan Proyek Uji Coba Rial Kripto

Pusat Geoekonomi menyatakan di antara empat negara dengan bank sentral terbesar, yaitu Federal Reserve AS, Bank Sentral Eropa, Bank Jepang dan Bank Inggris, AS adalah negara yang paling terbelakang soal mengembangkan uang digital negara.

Pada bulan Februari silam, Kepala Federal Reserve Jerome Powell berkomentar bahwa dolar digital merupakan prioritas tinggi bagi pihaknya.

Kendati demikian, Powell menekankan prosesnya harus benar dan tidak diburu-buru, terutama dalam kaitan persaingan dengan digital yuan Tiongkok.

Belum lama ini, Powell menambahkan bila AS memiliki mata uang digital, maka tidak akan perlu stablecoin atau aset kripto. Ia berpendapat hal ini adalah dukungan kuat terhadap CBDC.

Sementara itu, lima negara telah meluncurkan uang digital. Negara-negara tersebut adalah Kepulauan Bahama, Federasi Saint Kitts dan Nevis, Antigua dan Barbuda, Saint Lucia, dan Grenada, selain Tiongkok tentu saja.

BACA JUGA  Ini Penampakan Mata Uang Digital Renminbi Tiongkok

Pusat Geoekonomi menambahkan, 14 negara, termasuk negara ekonomi besar seperti Swedia dan Korea Selatan, kini memasuki tahap rintisan dengan CBDC dan sedang menyiapkan peluncuran resmi.

Josh Lipsky, Direktur Pusat Geoekonomi dan mantan penasihat senior di IMF, berkomentar, “Sebelum Covid, mata uang digital bank sentral sebagian besar bersifat teori.”

Kendati demikian, dengan dibutuhkannya penyebaran stimulus moneter dan fiskal di seluruh dunia, digabung dengan maraknya aset kripto, bank sentral menyadari mereka tidak bisa berdiam diri ketika terjadi evolusi mata uang, pungkas Lipsky. [news.bitcoin.com/ed]


Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.

Terkini

Warta Korporat

Terkait