IKLAN

Ada Death Cross di Shiba Inu, Penting Nggak Sih?

Pasar kripto tampak mengawali Maret dengan kesulitan, di mana terlihat ada tanda death cross di token Shiba Inu.

Sekadar informasi, death cross adalah persilangan antara dua indikator Moving Average (MA) yang menjadi sinyal arus bearish dalam jangka waktu tertentu, bergantung pada time frame tempatnya terbentuk.

Death Cross di Harga Shiba Inu (SHIB)

Berdasarkan laporan U Today, analis melihat bahwa harga token Shiba Inu tengah berada di bawah indikator MA 50-hari dan diperkirakan akan membentuk death cross.

death cross shiba inu

Pada grafik daily di atas, harga SHIB telah berada di bawah MA 50 dan 200-hari, yang diperkirakan dapat berpotensi membentuk death cross untuk sinyal bearish jangka menengah.

Selain itu, harga SHIB juga sudah cenderung mengarah ke Selatan sejak 5 Februari 2023, sehingga butuh upaya ekstra bagi investor untuk membalik penurunan harian yang dominan.

BACA JUGA  Shiba Inu Meroket, Analis Prediksi Kenaikan 498 Persen

Tetapi, beberapa analis percaya bahwa sinyal death cross atau golden cross tidak memiliki makna untuk kripto, karena tidak menyiratkan tanda teknis yang benar-benar akurat.

Di sisi lain, berdasarkan data dari Investor Observer, saat ini token SHIB memegang skor analisis teknis jangka panjang yang unggul dari 62 persen kripto yang beredar.

Karena rentang yang lebih besar, investor tipe hodler tampak masih melihat potensi  menarik dari memecoin pesaing Dogecoin tersebut, sehingga kepemilikkan untuk disimpan lebih dominan.

Namun, apa yang paling mempengaruhi pandangan investor saat ini adalah Shibarium, di mana jaringan layer-2 (L2) ini akan segera meluncurkan versi beta-nya dan berlanjut ke versi lengkapnya.

Shibarium diharapkan mampu meningkatkan ekosistem Shiba Inu, menekan biaya transaksi dan mempercepatnya. Digadang, minat investor yang tertahan karena masalah biaya dapat terlepas.

BACA JUGA  Ngeri! Harga SHIB Jadi Setara Rp100 Perlu Waktu Hingga 1 Juta Tahun

Tentunya, analis masih memiliki gambaran besar dan utama, yakni sentimen global yang mempengaruhi selera risiko utama investor, terutama institusi.

Saat ini, investor masih mengkhawatirkan terjadinya resesi di AS, bahkan global, sehingga ini kemungkinan dapat membawa dampak negatif bagi aset kripto.

Di sisi lain, Robert Kiyosaki menilai bahwa, Bitcoin akan ikut melesat bersama dengan emas dan perak jika resesi terjadi, itu karena dolar AS semakin lemah dan kehilangan pegangannya melawan aset safe haven. [st]

 

 


Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.

Terkini

Warta Korporat

Terkait