Ada Morgan Stanley di MicroStrategy, Perusahaan Pemilik Bitcoin 70.470 BTC

Morgan Stanley, bank investasi multinasional asal Amerika Serikat kini mempunyai saham sebesar 10 persen di perusahaan MicroStrategy. Perusahaan itu terkenal memiliki Bitcoin terbanyak di dunia, untuk kategori perusahaan publik, yakni 70.470 BTC.

Berdasarkan dokumen di Komisi Bursa dan Sekuritas (SEC) AS yang diterbitkan pada 8 Januari 2021, Morgan Stanley telah mengakuisisi 792.627 lembar saham di perusahaan intelijen bisnis MicroStrategy itu.

Saham sebanyak itu setara dengan 10,9 persen saham di perusahaan yang telah melakukan investasi Bitcoin berskala besar-besaran selama beberapa bulan terakhir.

Pembelian saham itu terjadi pada 31 Desember 2020. Sedangkan saham MicroStrategy sendiri mengalami kenaikan yang sangat besar, bergerak dari US$289 pada 8 Desember 2020 menjadi US$545 pada 8 Januari 2021.

Berdasarkan data terkini dari Bitcoin Treasuries, MicroStrategy saat ini menyimpan 70.470 BTC atau lebih dari Rp40,4 triliun!

Pemilik saham lain di MicroSrategy dalam perusahaan investasi raksasa, Black Rock. Perusahaan asal AS itu juga dikenal beberapa kali membela keunggulan Bitcoin sebagai instrumen melawan inflasi.

Data dari CNN diterakan, BlackRock memiliki 14,79 persen saham, setara dengan 1.072.819 lembar saham di MicroStrategy.

CEO BlackRock: Bitcoin Bisa Menjadi Aset Global

Morgan Stanley Pro Bitcoin
Morgan Stanley sendiri cukup bullish soal apresiasi publik yang tinggi terhadap Bitcoin. Pada 9 Desember 2020 lalu, Ruchir Sharma, Kepala Strategi Morgan Stanley mengatakan bahwa kehadiran Bitcoin jenis aset kripto lainnya adalah peringatan penting kepada pemerintah soal penerbitan uang fiat yang tak terbatas.

“Lonjakan harga Bitcoin mungkin masih terbukti menjadi gelembung (bubble), tetapi Bitcoin adalah peringatan pemerintah manapun, terutama di AS yang menerbitkan dalam jumlah yang tak terbatas,” kata Sharma dalam artikel “Will bitcoin end the dollar’s reign?“yang ditulisnya di Financial Times, 9 Desember 2020 lalu.

Ia juga secara tegas mengatakan, bahwa jangan menganggap bahwa mata uang tradisional Anda adalah satu-satunya penyimpan nilai, atau alat tukar, yang akan dipercaya orang.

“Orang yang paham teknologi tidak mungkin berhenti mencari alternatif, sampai mereka menemukan atau menciptakannya,” ujarnya.

Sharma mencoba meyakinkan publik bahwa uang tradisional yang diterbitkan oleh negara sudah gagal.

Morgan Stanley: Kripto adalah Kelas Aset Institusi Baru

Katanya, pejabat AS yakin bahwa, sebagai tanggapan terhadap dampak ekonomi akibat COVID-19, mereka dapat menerbitkan dolar dalam jumlah yang tidak terbatas tanpa merusak status mata uang cadangannya,

“Tetapi kelas aset baru sebagai pesaing muncul, yakni cryptocurrency/aset kripto yang beroperasi di jaringan peer-to-peer yang tidak diatur oleh negara mana pun. Aset kripto seperti Bitcoin adalah uang alternatif yang demokratis dan desentralistik,” ujarnya.

Jauh sebelum itu, pernyataan positif Morgan Stanley pernah diutarakan pada tahun 2018 silam, ketika Bitcoin masih terkoreksi sangat parah.

Katanya kala itu, Investor institusi semakin dalam terlibat di Bitcoin dan uang kripto lain, sementara jumlah investor ritel tetap stagnan. [red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait