Pasar Bitcoin kembali menjadi sorotan setelah muncul sinyal beli BTC di tengah pergerakan harga yang masih fluktuatif. Dalam beberapa hari terakhir, aset kripto terbesar ini bergerak di area kritis yang menentukan arah tren berikutnya.
Ketidakpastian global serta volatilitas tinggi membuat pelaku pasar waspada, namun tanda teknikal terbaru mulai menunjukkan adanya peluang bagi investor untuk mengantisipasi pembalikan arah.
Analis on-chain Ali Martinez menegaskan bahwa indikator TD Sequential pada grafik harian BTC memberikan sinyal penting.
Indikator tersebut, yang sering digunakan untuk mendeteksi titik jenuh tren, dinilai bisa menjadi pemicu awal kembalinya momentum bullish di pasar kripto.
Pergerakan Harga Bitcoin di Zona Kritis
Selain sinyal teknikal tersebut, dinamika harga Bitcoin juga menunjukkan pola yang patut dicermati. Perdagangan di sekitar zona US$109.200–US$109.400 dianggap sebagai titik kunci.
Analis R. Linda menjelaskan bahwa area tersebut berhasil dimanfaatkan untuk aksi jual dengan target di US$108.160.
“Aksi jual pada harga US$109.350, bisa mencapai target US$108.160 dan berbalik arah untuk koreksi,” jelasnya.
Ke depan, ada dua skenario utama. Jika harga bertahan di atas US$109.000 namun bergerak menuju US$107.500, peluang penurunan hingga US$105.000 semakin besar.
Sebaliknya, bila mampu menembus level US$109.000, maka area US$110.400–US$110.700 akan menjadi pengamatan utama.
Menurut Linda, konfirmasi di area tersebut juga berpotensi memunculkan sinyal beli BTC tambahan yang memperkuat tren kenaikan.
Potensi Reversal dari Tekanan Jual
Selain itu, analisis Cobra Vanguard telah menyoroti pola bearish wedge yang baru saja ditembus. Penurunan tajam setelah pola ini dinilai masih dapat berlanjut hingga menyentuh PRZ (Potential Reversal Zone) di sekitar US$104.600. Namun, dari titik itulah justru peluang pembalikan harga bisa muncul.
Jika tekanan beli menguat dari area PRZ, tren berpotensi berbalik signifikan. Skenarionya, Bitcoin bisa melanjutkan kenaikan hingga menembus level psikologis besar, bahkan diperkirakan dapat melampaui US$140.000.
Dengan demikian, meski saat ini pasar masih menghadapi tekanan jual, area PRZ bisa menjadi sumber sinyal beli BTC yang kuat untuk fase reli berikutnya.
Adopsi Kripto Global Bisa Jadi Penggerak Utama
Di luar faktor teknikal, tren adopsi kripto global juga menjadi sorotan. CEO Real Vision, Raoul Pal, memperkirakan jumlah pengguna kripto akan mencapai 4 miliar pada 2030.
Berdasarkan laporan CMC News, Pal membandingkan pola adopsi aset digital dengan pertumbuhan internet di era awal. Menurut analisisnya, adopsi kripto tumbuh rata-rata 137 persen per tahun dalam sembilan tahun terakhir, dengan jumlah pengguna diperkirakan menembus 659 juta pada akhir 2024.
Tahun depan, Pal memproyeksikan pertumbuhan lebih moderat, sekitar 43 persen, sehingga total pengguna dapat mencapai 1 miliar atau seperdelapan populasi dunia. Ia juga menyebut kapitalisasi pasar kripto berpotensi melampaui US$100 triliun pada 2032.
“Penurunan nilai menjelaskan 90 persen aksi harga, sementara adopsi mendorong kinerja yang lebih baik,” ujarnya.
Optimisme ini menambah keyakinan bahwa semakin luas adopsi kripto, semakin besar pula kemungkinan lahirnya lebih banyak sinyal beli BTC dalam jangka panjang.
Meskipun metode penghitungan jumlah pengguna melalui dompet menuai kritik, Pal menegaskan perbandingannya tetap valid, sebagaimana pengguna internet juga memiliki banyak alamat IP.
Rangkaian analisis teknikal dan fundamental memperlihatkan bahwa Bitcoin saat ini berada di persimpangan penting. Indikator teknikal menunjukkan sinyal beli BTC, pergerakan harga di zona kritis membuka peluang konfirmasi tren, sementara potensi reversal di area PRZ bisa menjadi katalis reli jangka panjang.
Di saat bersamaan, proyeksi adopsi global memberi landasan optimisme bahwa pasar kripto memiliki daya tarik yang semakin kuat. [st]
Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.