Adopsi Crypto Signifikan di Negara Miskin di Afrika

Studi terbaru yang dilakukan oleh perusahaan riset Kenya, Kasi Insights, telah memberikan gambaran tentang adopsi crypto di Afrika.

Temuan tersebut menantang anggapan umum bahwa benua Afrika telah sepenuhnya merangkul aset digital.

Dengan hanya persentase kecil responden yang mengaku memiliki crypto, laporan ini memunculkan pertanyaan tentang keyakinan yang ada mengenai adopsi crypto dan negara-negara terkemuka di bidang ini.

Selain itu, studi ini menyoroti tingkat adopsi yang bervariasi di negara-negara Afrika yang berbeda. Untuk mencapai adopsi massal, laporan tersebut menyarankan dukungan pemerintah, peningkatan kesadaran dan regulasi yang menguntungkan.

Mengkaji Adopsi Crypto di Afrika

Bitcoin News melaporkan bahwa, menurut studi Kasi Insights, 82 persen dari responden Afrika yang disurvei belum pernah memiliki bentuk crypto apapun. Di antara sisanya, hanya 8 persen yang mengaku sebagai pemegang aset digital, terutama Bitcoin.

Menariknya, meskipun tingkat kepemilikan yang rendah, sekitar 66 persen responden melaporkan telah terpapar dengan crypto. Namun, ketika ditanya tentang tingkat paparan mereka, hanya 8 persen yang mengaku memiliki paparan yang benar-benar besar.

Temuan ini menantang asumsi tentang adopsi yang luas, mendorong penelitian lebih mendalam tentang dinamika kepemilikan crypto di Afrika.

Bertentangan dengan anggapan umum, studi ini menantang gagasan bahwa negara-negara seperti Kenya dan Afrika Selatan berada di garis depan adopsi crypto di Afrika.

Laporan tersebut menyoroti bahwa negara-negara yang lebih miskin tidak selalu menjadi yang terkemuka dalam hal adopsi, kesadaran dan penggunaan crypto.

Sebaliknya, negara-negara seperti Namibia dan Angola telah menunjukkan tingkat adopsi yang lebih tinggi, membantah prasangka tentang hubungan antara kekayaan dan keterlibatan dalam crypto.

Temuan ini juga mengundang eksplorasi lebih lanjut tentang faktor-faktor yang memengaruhi adopsi kripto di negara-negara Afrika yang berbeda.

Hasil survei menunjukkan bahwa dukungan dan pengesahan pemerintah memainkan peran penting dalam mendorong adopsi crypto.

Untuk mencapai tujuan adopsi massal, laporan tersebut mendorong peserta pasar crypto untuk menjalin hubungan dengan otoritas lokal, meningkatkan kesadaran dan mempengaruhi regulasi yang menguntungkan.

Pemerintah dapat memainkan peran krusial dalam mendidik warganya tentang manfaat dan risiko crypto sambil menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhannya.

Kolaborasi antara para pemangku kepentingan dan otoritas Pemerintah sangat penting dalam membangun kepercayaan dan mendorong adopsi yang luas.

Temuan studi ini juga mengungkapkan bahwa generasi milenial menjadi mayoritas investor crypto di Afrika, mencakup 60 persen dari responden. Sebaliknya, generasi baby boomer hanya mewakili 1 persen dari investor aset digital di benua Afrika.

Selain itu, data ini menunjukkan bahwa pria menyumbang 54 persen dari investor crypto di Afrika.

Informasi demografi tersebut memberikan wawasan berharga bagi peserta pasar dan menekankan pentingnya strategi yang ditargetkan untuk menarik berbagai kelompok usia dan jenis kelamin dengan efektif.

Motivasi untuk Investasi Aset Digital 

Ketika ditanya tentang alasan mereka untuk berinvestasi crypto, ada 33 persen responden menyatakan keinginan mereka untuk mendapatkan keuntungan cepat. Selain itu, 28 persen peserta menyebutkan diversifikasi portofolio investasi sebagai motivasi utama.

Sebanyak 17 persen responden juga mengakui bahwa mereka hanya berinvestasi dalam crypto karena tidak ingin melewatkan peluang.

Motivasi tersebut menegaskan perlunya pendidikan komprehensif dan panduan untuk memastikan praktik investasi yang bertanggung jawab sambil menyoroti potensi manfaat finansial yang ditawarkan oleh crypto. [st]

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait