IKLAN

Adu Cemas Saham dan Bitcoin, Pasca The Fed Pangkas Suku Bunga

Kecemasan kian tergambar antara pasar saham dan Bitcoin, pasca The Fed pangkas suku bunga menjadi nol persen, pada Minggu, 15 Maret 2020 kemarin. Bitcoin sempat naik 7,7 persen setelah pengumuman itu, lalu turun cepat dan relatif stabil. Saat ini Bitcoin diperdagangkan kisaran “stabil” di US$5.256 berdasarkan data di Coinmarketcap.  

The Fed dengan sangat terpaksa, yang sudah diduga sebelumnya. Bank Sentral Amerika Serikat itu menurunkan suku bunga antara 0-0,25 persen dari sebelumnya 1-1,25 persen. Keputusan nan mendesak itu adalah yang bersejarah sejak langkah serupa pada tahun 2008 silam ketika resesi ekonomi global menghantam dunia.

Penurunan suku bunga pun diikuti oleh langkah quantitative easing (QE) alias pelonggaran kuantitatif sebesar US$700 miliar atau sekitar Rp10.328.500.000.000.000. Bahasa sederhana QE adalah “menambah jumlah uang dolar AS yang beredar di pasar”.

Dengan demikian The Fed akan membeli obligasi (surat utang negara) senilai US$500 miliar dan US$200 miliar sekuritas saham. Ini akan membawa total aset pada saldo Cadangan Federal hingga US$5 triliun.

BACA JUGA  Profesor AS Sarankan Masyarakat Jauhi Crypto, Ini Alasannya!

Pun kita masih menanti pagi ini waktu setempat di Amerika Serikat atau malam ini waktu Indonesia Barat, ketika pasar saham dibuka.

Khusus di Indonesia, per siang ini IHSG melemah hingga 3,5 persen merespons keputusan the Fed itu. Itu pula yang memperkuat tipis nilai tukar dolar terhadap rupiah di level Rp14.850 dari sebelumnya dini hari tadi di kisaran Rp14.928 per dolar AS.

Hal serupa kita masih menanti dinamika di pasar aset kripto, ketika sebagian besar trader dari wilayah Barat bumi sudah bangun. Apakah Bitcoin melorot atau sebaliknya? Kita menanti.

Sebelumnya di media ini, analisis aset kripto Muhammad Kurnia Bijaksana memaparkan adanya potensi pelemahan Bitcoin.

“Kendati setelah ini Bitcoin naik dan merebut kembali momentum bullish di atas US$6500, masih ada ancaman untuk harga kembali ke “dasar” dari kejatuhan harga Bitcoin jumat lalu. Alasannya adalah, pertama berdasarkan teori Wick-Filling. “Wick” atau ekor ke bawah dari dari candlestick mingguan hampir selalu ditutup. Maksudnya adalah, harga tersebut cepat atau lambat selalu terisi atau ‘dikunjungi’ lagi,” kata Kurnia.

BACA JUGA  Samsung Pay Hadirkan Kripto Bagi 10 Juta Pengguna?

Sementara itu, dilansir dari Decrypt, Pendiri Morgan Creek Anthony Pompliano mengatakan ia belum bisa memprakirakan apa dampak terhadap Bitcoin dalam jangka pendek.

“Tetapi saya berpikir tindakan The Fed akan terbukti tidak efektif untuk pasar keuangan tradsional. Dan bullish untuk Bitcoin dalam jangka panjang,” katanya. [red]


Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.

Terkini

Warta Korporat

Terkait