Akses GPU Dipermudah, Token ATH dari Aethir Mendorong Inovasi AI dan Gaming

Token ATH dari Aethir disebut ikut serta dalam mendorong inovasi AI (kecerdasan buatan) dan gaming, serta tata kelola blockchain, dengan mendesentralisasikan sumber daya komputasi GPU secara lebih mudah dan murah.

Di era digital saat ini, khususnya perkembangan masif inovasi AI, kebutuhan akan sumber daya komputasi yang cepat, efisien, dan terjangkau menjadi semakin krusial. Aethir muncul sebagai solusi untuk kebutuhan tersebut, menawarkan akses yang lebih luas dan terjangkau bagi para pengembang inovasi AI dan gamer melalui pemanfaatan sumber daya graphics processing unit (GPU) yang terdistribusi. Dalam konteks ini, token ATH tidak hanya sekadar medium transaksi, tetapi juga fondasi dari ekosistem Aethir yang bertujuan memecahkan masalah mendasar terkait sumber daya komputasi.

Aethir Mendukung Inovasi AI dan Gaming

Di situs resmi Aethir disebutkan bahwa Aethir sedang merevolusi konsep DePIN (Decentralized Physical Infrastructure Networks) dengan menghadirkan infrastruktur komputasi berbasis GPU kelas enterprise yang canggih dan terdistribusi, yang dirancang khusus untuk mendukung inovasi AI dan gaming.

Decentralized Physical Infrastructure Networks (DePIN) adalah konsep yang mengacu pada jaringan infrastruktur fisik yang dioperasikan secara desentralisasi. Dalam jaringan DePIN, aset fisik seperti pusat data, perangkat keras, server, atau sumber daya komputasi, termasuk GPU untuk inovasi AI, proses rendering dan gaming, dioperasikan oleh banyak entitas independen tanpa kendali terpusat. DePIN memungkinkan pemilik individu atau kelompok untuk berpartisipasi dalam menyediakan dan mengoperasikan infrastruktur, seringkali dengan insentif berbasis token kripto.

Dalam konteks Aethir, DePIN merujuk pada infrastruktur fisik berupa enterprise-grade GPU dengan spesifikasi sangat tinggi yang digunakan untuk mendukung komputasi AI dan gaming.

“Aethir berfokus pada penyediaan layanan komputasi untuk klien AI berskala besar yang membutuhkan AI chip paling kuat di dunia, seperti NVIDIA H100s, serta memberikan pengalaman cloud gaming terbaik bagi ratusan ribu pemain di seluruh dunia. Semua ini dicapai melalui arsitektur terdesentralisasi, yang membawa komputasi GPU ke komunitas dan membuat sumber daya komputasi dapat diakses oleh semua pihak,” tertera di situs itu.

Prinsip kerja Aethir seperti sebuah pusat energi terdistribusi yang mampu menggerakkan pabrik-pabrik besar (AI enterprise) dan sekaligus menyediakan listrik untuk ribuan rumah tangga (gamers di seluruh dunia). Biasanya, sumber daya ini hanya bisa diakses oleh perusahaan-perusahaan besar dengan biaya tinggi, namun dengan pendekatan Aethir yang desentralisasi, “energi” atau daya komputasi tersebut didistribusikan kepada masyarakat luas untuk inovasi AI. Ini seperti membangun pembangkit listrik kecil di banyak tempat secara terpisah, sehingga semua orang, baik itu perusahaan besar maupun individu, bisa mendapatkan akses yang setara terhadap sumber daya yang sebelumnya hanya dimiliki oleh segelintir pihak.

Bayangkan juga daya komputasi sebagai “bahan bakar” bagi kendaraan bernama inovasi teknologi. Saat bahan bakar itu dikuasai oleh segelintir pihak besar, maka hanya sedikit kendaraan yang dapat bergerak maju dengan kecepatan optimal. Aethir, melalui kripto ATH yang tersedia diperdagangkan di Coinstore ini, menciptakan sistem di mana bahan bakar tersebut dapat diakses oleh banyak pihak, memungkinkan lebih banyak kendaraan untuk melaju, memfasilitasi lebih banyak inovasi di berbagai sektor.

Dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Aethir memanfaatkan jaringan desentralisasi yang mengagregasi GPU chip kelas enterprise, yang mampu menyediakan sumber daya komputasi cloud secara on-demand, yang pada muaranya meningkatkan inovasi AI.

Dalam skema biasa, perusahaan-perusahaan AI dan para gamer sering kali terhalang oleh keterbatasan dan biaya tinggi dalam mendapatkan akses ke sumber daya komputasi yang memadai.

“Melalui model terdistribusi yang diusung oleh Aethir, hambatan ini dapat teratasi dengan penyediaan solusi yang lebih skalabel, terjangkau, dan berlatensi rendah. Solusi ini tidak hanya membuka peluang baru bagi perusahaan-perusahaan yang fokus pada inovasi AI untuk melatih model-model mereka, tetapi juga bagi gamer untuk mendapatkan pengalaman realtime rendering yang optimal,” sebut pengembang.

Peran Token ATH

Token ATH sendiri memiliki peran krusial dalam ekosistem Aethir. Dengan total suplai sebanyak 42 miliar, ATH berfungsi sebagai alat transaksi utama di dalam platform ini. Para operator node, yang menyediakan daya komputasi GPU, akan menerima kompensasi dalam bentuk ATH atas kontribusi mereka. Dengan analogi sederhana, ATH ini bisa disamakan dengan “mata uang” di dalam sebuah ekosistem digital, di mana setiap unit daya komputasi yang disediakan atau digunakan membutuhkan medium pertukaran yang setara dan transparan.

Fungsi ATH tidak hanya terbatas pada transaksi, tersebut dalam keterangan itu. Seiring dengan pertumbuhan ekosistem Aethir, token ini juga memiliki peran dalam mekanisme governance alias tata kelola, di mana para pemegang token dapat berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan.

“Mereka yang memiliki ATH dapat mengusulkan, membahas, dan memberikan suara terhadap perubahan-perubahan penting di platform. Hal ini menunjukkan pendekatan desentralisasi dalam tata kelola yang memungkinkan ekosistem berkembang secara organik dan demokratis, dengan keterlibatan komunitas yang kuat,” sebut mereka.

Salah satu aspek menarik dari ATH adalah penggunaannya yang terdiversifikasi seiring dengan perkembangan ekosistem. Selain sebagai alat pembayaran untuk daya komputasi, ATH juga akan digunakan dalam merge mining dan di pasar-pasar terpadu yang sedang dikembangkan oleh Aethir. Ketika semakin banyak pengguna bergabung dalam ekosistem ini, use case ATH akan terus bertambah, memperkuat posisi token kripto ini sebagai komponen vital.

Ekosistem Aethir

Ekosistem Aethir sendiri dibangun dengan struktur yang kokoh, terdiri dari lima komponen inti. Pertama, ada Resource Owners yang bertanggung jawab menyediakan daya komputasi melalui GPU chip. Mereka adalah pemain kunci yang memastikan sumber daya tetap tersedia bagi para pengguna akhir.

Kedua, ada Aethir Network, yang terdiri dari Containers, Checkers, dan Indexers, yang berfungsi mengelola sumber daya dan memastikan kualitas tetap terjaga. Containers bertindak sebagai wadah yang menampung daya komputasi, Checkers bertugas memverifikasi kinerja sumber daya, sementara Indexers memastikan data dan transaksi dapat diakses dengan mudah.

Ketiga, terdapat Compute Buyers dan para gamer yang menjadi pengguna utama dari daya komputasi tersebut. Mereka memanfaatkan jaringan Aethir untuk berbagai keperluan, baik itu pelatihan model AI maupun gaming. Dalam konteks ini, pengguna memiliki akses yang lebih fleksibel dan terjangkau dibandingkan jika mereka harus bergantung pada penyedia sumber daya komputasi tradisional yang umumnya dikuasai oleh beberapa perusahaan besar. Ini adalah ilustrasi dari bagaimana Aethir mendemokratisasi akses terhadap teknologi, memungkinkan lebih banyak pihak untuk berpartisipasi dalam kemajuan inovasi teknologi.

Keempat, Aethir memiliki Treasury yang berfungsi mengelola biaya protokol jaringan dan memastikan keberlanjutan operasional dari jaringan.

Dan terakhir, kelima, ada Settlement Layer, yang menggunakan teknologi blockchain untuk mencatat setiap transaksi dan mendukung skalabilitas, efisiensi, serta insentif bagi para peserta di dalam ekosistem. Layer ini bisa diibaratkan sebagai tulang punggung dari ekosistem Aethir, menjaga agar setiap elemen dapat berfungsi secara efisien dan transparan.

Secara keseluruhan, ATH dan ekosistem Aethir menawarkan solusi yang mendukung inovasi AI dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada di industri AI, gaming, dan komputasi virtual. Dengan token ATH sebagai alat pertukaran dan tata kelola, Aethir tidak hanya menciptakan ekosistem yang efisien, tetapi juga memberdayakan komunitas untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan platform ini di masa depan. Token ini pula menjadi representasi dari potensi teknologi terdesentralisasi yang dapat mengubah cara kita mengakses dan memanfaatkan sumber daya komputasi. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait