Perbincangan mengenai Bitcoin semakin hangat, terutama ketika muncul spekulasi bahwa negara-negara mungkin mulai menambahkan Bitcoin (BTC) ke neraca keuangan mereka.
Dalam sebuah wawancara menarik di sebuah video Youtube, CEO dari Professional Capital Management, Anthony Pompliano, berbicara dengan Co-Founder dari Opening Bell Daily, Phil Rosen, tentang pengaruh kenaikan harga BTC, keterlibatan Wall Street, dan kemungkinan negara-negara lain mengikuti jejak AS dalam memperhitungkan Bitcoin sebagai aset strategis.
Lonjakan Harga Bitcoin dan Sikap Pro-Kripto Pemerintahan Trump
Dalam wawancara tersebut, Rosen mencatat bahwa harga BTC saat ini telah melonjak lebih dari 100 persen dalam setahun, dan sebagian besar kenaikan tersebut terjadi setelah pemilihan Presiden AS.
Menurutnya, banyak pihak yang berharap pemerintahan Trump, yang dikenal bersikap ramah terhadap kripto, akan menciptakan kebijakan yang menguntungkan bagi Bitcoin.
“Orang-orang percaya bahwa Trump akan membuat perubahan besar dalam regulasi yang akan berdampak positif bagi Bitcoin,” ujar Phil Rosen.
Pengharapan ini diperkuat oleh data yang menunjukkan kenaikan utang nasional AS sebesar US$850 miliar dalam 90 hari terakhir, yang menjadi alasan utama mengapa banyak orang beralih ke Bitcoin sebagai lindung nilai.
Pompliano mengungkapkan bahwa investor besar mulai melihat Bitcoin sebagai aset yang semakin aman seiring kenaikannya.
“Saat Bitcoin semakin besar, semakin banyak institusi yang merasa nyaman untuk ikut berinvestasi di dalamnya, sehingga memicu siklus yang mendorong harga semakin tinggi,” ujarnya.
Keterlibatan Wall Street dan Perusahaan Terkemuka
Keterlibatan Wall Street dalam Bitcoin menjadi hal menarik lainnya dalam diskusi ini. Menurut Pompliano, semakin tingginya harga BTC menarik minat lembaga-lembaga besar untuk masuk ke pasar ini.
Bahkan, banyak perusahaan besar, termasuk Tesla, kini menempatkan sebagian kekayaan mereka dalam bentuk Bitcoin sebagai bagian dari strategi keuangan mereka.
“Perusahaan seperti MicroStrategy dan bahkan Tesla memiliki Bitcoin di neraca mereka. Hal ini membuka peluang bagi perusahaan lain untuk melakukan hal yang sama,” ujar Anthony Pompliano.
Pompliano menambahkan bahwa keterlibatan perusahaan-perusahaan besar ini akan mendorong lebih banyak dana institusional untuk masuk ke BTC.
Rosen menambahkan bahwa saham beberapa perusahaan yang terpapar pada BTC, seperti Coinbase dan MicroStrategy, mengalami kenaikan yang signifikan.
“Coinbase naik 70 persen, sementara MicroStrategy naik 60 persen sejak pemilihan [Presiden AS] berlangsung,” ungkap Rosen, menyoroti dampak positif tren kenaikan harga Bitcoin terhadap saham perusahaan-perusahaan yang memiliki keterkaitan dengan aset kripto.
Negara-Negara yang Mulai Mempertimbangkan Bitcoin
Pompliano menyebutkan bahwa AS mungkin akan mempertimbangkan untuk menambahkan BTC ke neraca nasional sebagai bentuk strategi cadangan aset. Bahkan, ada spekulasi bahwa beberapa negara lain mungkin juga mulai mengambil langkah ini.
Ia berpendapat bahwa jika AS mulai membeli BTC sebagai aset strategis, negara-negara lain kemungkinan akan mengikuti jejak tersebut.
“Jika ada negara yang memulai langkah ini, negara-negara lain akan tertarik untuk melakukan hal yang sama demi menjaga stabilitas ekonomi mereka,” jelas Pompliano.
Pompliano juga menambahkan bahwa negara-negara yang memiliki kekuasaan mencetak uang mungkin akan menggunakan BTC sebagai alternatif investasi untuk melindungi nilai kekayaan mereka dari inflasi.
Ia menjelaskan konsep serangan spekulatif, di mana negara dapat mencetak mata uang mereka sendiri untuk membeli BTC sebagai aset lindung nilai dari inflasi.
“Dengan mencetak uang mereka sendiri, negara-negara ini bisa mengonversi uang ‘buruk’ menjadi uang ‘baik’ dalam bentuk Bitcoin, yang nilainya cenderung meningkat dari waktu ke waktu,” ujarnya.
Skenario Rencana AS Timbun 1 Juta Bitcoin, Hanya Demi Dominasi Dolar?
BTC di Masa Depan: Lebih dari Sekadar Aset Investasi?
Pompliano juga membahas tentang bagaimana kripto utama tersebut berkembang dari aset yang awalnya dihindari menjadi aset yang diterima oleh berbagai kalangan, termasuk Wall Street.
Menurutnya, meskipun BTC awalnya dipandang sebagai aset anti-institusi, saat ini semakin banyak institusi yang mulai mengadopsinya. Pompliano menyebut bahwa semakin besar adopsi Bitcoin, semakin besar pengaruhnya dalam sistem keuangan global.
Ia juga memperkirakan bahwa dengan adanya ETF Bitcoin, lebih banyak investor institusional akan beralih ke Bitcoin sebagai bagian dari portofolio mereka.
“Wall Street kini mulai menerima Bitcoin karena potensi besar yang ditawarkan oleh aset ini sebagai bentuk investasi alternatif,” ujarnya. [st]