Rabu lalu, perusahaan tambang Bitcoin Riot Blockchain memastikan sudah memesan 42 ribu unit alat tambang Bitcoin Antminer S19j besutan Bitmain. Ia bisa mencetak cuan hingga Rp131 juta per tahun.
“Kami sudah memesan 42 ribu unit Antminer S19j dari Bitmain senilai US$138,5 juta. Itu akan menambah hash rate tambang Bitcoin kami sekitar 3,7 Exahash per detik,” sebut Riot dalam keterangannya, Rabu (7/4/2021).
Langkah besar Riot itu teramat penting untuk disimak, setidaknya dalam beberapa aspek. Pertama, apresiasi terhadap Bitcoin terus meningkat, karena dibeli oleh perusahaan-perusahaan besar.
Harga Bitcoin pun diramalkan mencapai US$400 ribu per BTC pada tahun ini, menurut Bloomberg Intelligence.
Kedua, persaingan bisnis tambang Bitcoin semakin ketat, kendati Tiongkok mendominasi hash rate hingga 65 persen secara global. Sedangkan Amerika Serikat masih sekitar 7 persen. Hash rate Bitcoin secara global pun terus mencetak rekor baru.
Ketiga, regulasi di Amerika Serikat yang kian ramah terhadap industri aset kripto, khususnya dengan mempersilahkan sejumlah perusahaan merancang dan meluncurkan sejumlah instrumen investasi terkait aset kripto, khususnya Bitcoin. Lihatnya langkah NYDIG ini, sebagai salah satu contoh besar.
Kinerja Antminer S19j
Di atas kertas, Antminer S19j berkekuatan hingga 90 Terahash per detik dengan konsumsi listrik mencapai 3.250 Watt. Efisiensinya diklaim mencapai 0,036 joule per Gigahash.
Berdasarkan data dari AsicMinerValue, dengan harga Bitcoin saat ini US$60 ribuan per BTC, Antminer S19j bisa mencetak cuan lebih dari US$9 ribuan (Rp131 juta) per tahun. Itu dengan catatan biaya listrik sangat murah dengan konsumsi senilai US$3.300 (Rp48 juta) per tahun.
Sebagai catatan harga satu unit alat tambang itu senilai US$3.200 (Rp46juta). Ini berdasarkan nilai pesanan oleh Riot Blockchain itu. Sedangkan di situs Bitmain ia dibanderol senilai US$5 ribu (Rp73 juta) per unit. [vins]