Altcoin berpotensi melesat, menurut pakar dari Ajaib, setelah crypto nomor wahid Bitcoin (BTC) dibayangi aksi profit taking. Dominasi BTC yang cenderung luruh juga adalah indikator utama akan tibanya altseason.
Alternative coin (altcoin) berpotensi melesat, mengikuti penguatan harga Bitcoin yang telah menunjukkan performa tinggi sepanjang Kuartal pertama 2023 ini. Beberapa Altcoin seperti, Ethereum (ETH), Polkadot (DOT), Fantom (FTM), dan Cardano (ADA) berpotensi mengikuti pertumbuhan harga Bitcoin dan menandakan alt season market kripto akan segera dimulai.
Harga Bitcoin sempat mencapai level US$31.000 pada Jumat (14/4) yang merupakan level tertinggi sepanjang 10 bulan terakhir, sebelum kembali bertengger di kisaran US$29.370 pada Selasa pagi pukul 08.00 WIB (18/4/2023).
Penggerak utama lonjakan nilai Bitcoin adalah perilisan angka dan nilai inflasi Amerika Serikat kerap menunjukkan tren yang melambat selama enam bulan berturut-turut. Hal ini membuat kepercayaan investor dan pasar tetap tampak menguat terhadap aset kripto, salah satunya adalah Bitcoin, sebelum beralih ke altcoin, seperti ETH dan lain sebagainya.
“Setelah mengalami lonjakan yang cukup signifikan dalam dua pekan terakhir, maka Bitcoin diprediksi cenderung bergerak di range US$29.175-US$30.500 dalam pekan ini. Investor mulai melakukan aksi profit taking di Bitcoin dan melirik aset kripto di luar Bitcoin untuk menjadi alternatif investasi mereka,” kata Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha dalam keterangannya melalui e-mail, Selasa (18/4/2023), merespons situasi pasar, bahwa altcoin berpotensi melesat.
Berdasarkan acuan dari Blockchaincenter, altcoin season atau altseason berlaku ketika lebih dari 75 persen dari cryptocurrency di 50 besar melampaui kinerja Bitcoin selama 90 hari terakhir. Namun, stablecoin seperti Tether dan DAI, serta token yang didukung aset seperti WBTC, stETH, dan cLINK, tidak termasuk dalam 50 besar itu.
Menurut Panji, potensi altcoin menguat mulai terlihat dari pergerakan harga ETH yang telah menembus level psikologis US$2.000 mencapai US$2.100 setelah melakukan Shanghai Upgrade pada 05.27 WIB (14/4/2023).
Kesuksesan Shanghai Upgrade yang memungkinkan validator menarik ETH yang telah mereka kunci membuat pasar bereaksi positif dengan menguatnya harga ETH.
Peningkatan kinerja ETH juga telah mengurangi sedikit dominasi Bitcoin di pasar aset kripto. Menurut data TradingView, tingkat dominasi Bitcoin atau Bitcoin Dominance (BTC.D) naik hingga setinggi 49,06 persen pada Rabu pagi (13/4/2023) sebelum turun ke 46,90 persen hari ini, Selasa (18/4/2023). Terakhir kali metriks BTC.D berada di sekitar level 49 persen terjadi pada Juli 2021, sekitar 21 bulan lalu.
Sedangkan, Dominasi ETH atau Ethereum Dominance (ETH.D) melonjak dari 19,30 persen menjadi 19,87 persen pada Kamis (13/4/2023) setelah Shanghai Upgrade. Meningkatnya dominasi ETH sebagai salah satu altcoin terbesar dan popular, adalah salah satu indikator bahwa pasar altcoin berpotensi melesat.
Saat ini per Selasa (18/4/2023) ETH.D masih terpantau terus naik menjadi 20,45 persen, menandai level tertinggi dalam satu bulan.
Altcoin Berpotensi Melesat Karena Tingkat Dominasi Bitcoin Turun
“Bitcoin dominance dapat memberikan gambaran tentang seberapa kuat posisi Bitcoin di pasar aset kripto. Semakin tinggi persentase Bitcoin dominance, semakin besar pengaruhnya terhadap pasar secara keseluruhan. Ketika Bitcoin dominance tinggi maka altcoin cenderung mengalami penurunan harga. Sebaliknya, ketika Bitcoin dominance rendah maka altcoin cenderung mengalami pertumbuhan harga yang lebih kuat atau dikenal sebagai altseason,” kata Panji Yudha.
Namun Panji mengingatkan, Bitcoin dominance bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi harga aset kripto. Ada berbagai faktor lain yang dapat mempengaruhi pasar seperti sentimen investor, regulasi pemerintah, adopsi teknologi dan lain-lain.
“Namun, dengan memperhatikan Bitcoin dominance dapat memberikan gambaran bagi investor dan trader yang ingin memahami dinamika pasar aset kripto,” katanya, termasuk terhadap asumai bahwa altcoin berpotensi melesat.
Faktor makro seperti kenaikan suku bunga yang disebabkan oleh inflasi dan potensi perkembangan regulasi industri aset kripto Amerika Serikat akan terus membayangi kelanjutan harga aset kripto.
Dalam beberapa pekan ke depan investor akan mencermati rilis data Biro Analisis Ekonomi Amerika Serikat (BEA) pada Jumat (28/4/2023) tentang angka Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) Maret akan dirilis.
Data ini menjadi salah satu indikator utama yang digunakan oleh FOMC saat mempertimbangkan tingkat suku bunga selanjutnya dalam Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 2-3 Mei 2023 mendatang. [ps]