Terlepas dari pemberitaan sengkarut penegakan regulasi dan kritik politisi, Amerika Utara masih mendominasi sebagai lahan basah pasar crypto, demikian laporan terbaru dari Chainalysis.
Blockworks melansir laporan dari perusahaan analisis blockchain-aset kripto, bahwa Amerika Utara menyumbang 24,4 persen dari total nilai transaksi on-chain, setara dengan US$1,2 triliun yang luar biasa sebagai lahan basah dalam pasar crypto global.
“Dan sebagian besar aktivitas itu, lebih dari US$1 triliun, berasal dari Amerika Serikat,” imbuh Chainalysis dalam laporannya, yang mencakup periode dari Juli 2022 hingga Juni 2023.
Kendati demikian, pendapatan ini terasa sangat mencolok mengingat gejolak hukum yang telah terjadi dalam industri crypto di Amerika. Terutama, Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) mengambil tindakan hukum terhadap bursa crypto besar seperti Binance dan Coinbase pada bulan Juni.
Pada saat yang sama, pihak berwenang Amerika Serikat, khususnya jaksa di Distrik Selatan New York, tengah menggugat pendiri FTX, Sam Bankman-Fried, dan mantan CEO Celsius, Alex Mashinsky atas dugaan penipuan terhadap pelanggan mereka.
Perkembangan ini, termasuk kejatuhan dramatis FTX, tidak mengakibatkan migrasi masif ke sektor keuangan terdesentralisasi (DeFi).
Faktanya, Chainalysis melaporkan bahwa penggunaan protokol DeFi di Amerika Utara turun secara signifikan sejak Agustus 2022 dan sejak itu tetap relatif stagnan sejak November 2022. Menurut perusahaan tersebut, penyebab utamanya adalah ketidakpastian regulasi yang melingkupi produk-produk DeFi.
Ketidakpastian ini semakin ditekankan pada awal September ketika Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas Amerika Serikat (CFTC) menuduh Opyn, ZeroEx, dan Deridex beroperasi sebagai platform perdagangan tanpa izin.
Temuan yang menarik, Chainalysis mencatat bahwa kejatuhan FTX dan krisis perbankan pada Maret 2023, yang melibatkan institusi seperti Silicon Valley Bank, Silvergate, dan Signature, tidak berdampak signifikan pada aktivitas perdagangan crypto pengguna ritel secara keseluruhan.
Namun, institusi sempat mundur sementara selama peristiwa-peristiwa bergejolak ini, menjadi pendorong utama di balik penurunan aktivitas crypto secara keseluruhan selama 2022 dan 2023.
Menariknya, Juni 2023 menjadi titik balik ketika institusi kembali masuk dan mendongkrak aktivitas on-chain.
Sementara itu, optimisme terkait persetujuan Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin lebih lanjut memperkuat posisi Amerika Utara dalam pasar crypto, terutama Amerika Serikat.
“Pasar kripto Amerika Utara lebih dipacu oleh aktivitas institusi daripada wilayah lainnya, dengan 76,9 persen dari volume transaksi didorong oleh transfer sebesar US$1 juta atau lebih,” tulis Chainalysis. [ab]