Harga Bitcoin yang kian memburuk, menumbuhkan tanda tanya besar. Itu tak hanya terjadi di komunitas kripto sendiri. Media massa arus utama, yang tidak terlampau kerap menurunkan berita terkait, juga merasakan kegemasan dan was-was itu. Para pakar dan analisi pun angkat bicara.
Kemarin Bloomberg melaporkan, berdasarkan data dari Bloomberg Galaxy Crypto Index, tercatat harga Bitcoin turun ke level US$4.000 pada Jumat pekan lalu. Situasi menurun hingga 24 persen sejak 16 November 2018.
“Itu pekan terburuk sejak demam kripto pada awal Januari 2018,” tulis Bloomberg.
Selepas rally gila-gilaan pada tahun lalu, sesuatu yang dinilai sebagai bubble, pasar kripto melemah hingga mendekati US$700 juta. Banyak pihak ada peristiwa sebaliknya terjadi pada 2018, tetapi kenyataannya tidak. Yang ditemui justru regulasi yang menyudutkan, perselisihan di antara komunitas dan peretasan di bursa.
Kendati pasar kripto kehilangan nilai hingga 70 persen, Stephen Innes dari Oanda belum melihat ada bukti kuat yang kelak menunjukkan ada lantai agar harga memantul.
“Masih banyak pemain di dunia kripto ini. Jika ada indikasi Bitcoin jatuh ke US$3.000, ini akan sangat mengerikan. Akan lebih banyak lagi yang menjual asetnya,” kata Innes kepada Bloomberg, Jumat (23/11).
Berdasarkan prakiraan Innes, harga Bitcoin bisa jadi menclok di US$2500, jikalau dalam rentang waktu pendek, perdagangan hanya berlangsung antara US$3.500 dan US$6.500 per BTC. [vins]