Panigirtzoglou, Analisis JPMorgan mengatakan, Bitcoin yang terus tertekan selama sepekan terakhir dipicu oleh dibukanya perdagangan Bitcoin Berjangka Bakkt di ICE (Intercontinental Exchange). Selain itu karena adanya sejumlah aksi jual Bitcoin dari bursa lainnya.
Pelemahan Raja Kripto itu adalah yang terbesar dalam sepekan sejak November tahun lalu. Bitcoin terdesak dari US$10.000 ke US$8.061 pada Jumat lalu, kata Panigirtzoglou. Peluncuran Bitcoin Berjangka Bakkt di ICE mungkin adalah salah satu pemicu menurunnya harga Bitcoin secara global, kendati ditujukan agar pasar semakin mature terhadap kelas aset baru itu,” kata Panigirtzoglou Jumat lalu kepada Bloomberg.
Penyebab lain, menurut sejumlah pelaku pasar lainnya adalah betapa sulit sejumlah usualan produk reksadana berbasis Bitcoin (Bitcoin ETF) mendapat restu dari pihak berwenang di Amerika Serikat. ETF berbasis Bitcoin digadang-gadang mampu sebagai booster harga Bitcoin secara global, karena produknya dalam bentuk reksadana bisa diperdagangkan di bursa efek selayaknya saham.
Berdasarkan data historis, Panigirtzoglou juga melihat penurunan ini didorong oleh pembelian besar-besaran pada waktu sebelumnya. Kontrak Bitcoin Berjangka di CME misalnya mengalami penurunan, padahal pernah memuncak pada beberapa bulan lalu dan terus melemah dalam pekan ini. Di Bitmex pun terjadi hal serupa, banyak aksi jual pada pekan lalu.
Saat berita ini disusun, Bitcoin masih lemah merunduk di US$7.863, terjun bebas dari US$8.222 sejak 29 September. Pelemahan ini melengkapi pelemahan selama 3 bulan terakhir yang pernah menguat di US$12.900 pada 10 Juli 2019 lalu. [Red]