Analis Reku: Ada Indikasi Strong Buy untuk Altcoin

Fahmi Almuttaqin, analis di crypto exchange Reku mengatakan bahwa saat ini terdapat indikasi “strong buy” untuk altcoin. Ia juga memaparkan sejumlah faktor lain yang memengaruhi fluktuasi hebat nilai pasar kripto akhir-akhir ini, utamanya situasi ekonomi di Amerika Serikat (AS).

Strong Buy untuk Altcoin

Indikasi “beli kuat” terhadap altcoin alias kripto selain Bitcoin itu berdasarkan data dari indikator Alts Buy Signal di Dune.

“Dari sisi aset kripto sendiri, beberapa indikator seperti Alts Buy Signal yang dikompilasi oleh Cryptokoryo di platform Dune, saat ini mengindikasikan situasi ‘strong buy‘ untuk altcoin pada strength level yang belum pernah terlihat sebelumnya. Hal ini mengindikasikan masih besarnya potensi yang ada pada aset kripto alternatif selain Bitcoin pada kondisi saat ini,” ujar Fahmi dalam keterangannya melalui surel, Rabu (3/7/2024).

strong buy altcoin

Dalam penelusuran Redaksi terhadap keterangan di laman indikator itu, diklaim sebagai cara yang sistematis dalam berinvestasi di kripto. Sistem itu dirancang untuk mengoptimalkan investasi di siklus kripto dengan rentang waktu investasi long-term, lebih dari 1 tahun. Data disajikan dalam bentuk grafik dengan variabel sinyal tertentu.

“Jika garis berada di bawah 0,4 berarti sudah masuk ke zona akumulasi dengan sinyal beli di angka 0,1. Sebaliknya jika berada di atas 0,6 di zona distribusi, di mana sinyal jual ketika ada di 0,9,” tertera di laman itu.

Dalam konteks altcoin, kini garis sudah jauh berada di bawah garis 0,1. Ini belum pernah terjadi sebelumnya sejak penurunan ekstrem di awal tahun 2021.

Namun demikian tambah Fahmi, perlu diingat bahwa altcoin cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan Bitcoin. Selain karena kapitalisasi pasar dan likuiditas Bitcoin yang lebih besar, popularitas altcoin juga tidak setinggi Bitcoin.

“Namun, saat ini tidak sedikit altcoin yang memiliki potensi teknologi menjanjikan, yang bahkan apabila kelak mencapai skala tertentu, dapat memiliki nilai manfaat yang berpotensi jauh lebih besar dibandingkan yang Bitcoin bisa tawarkan. Periode awal pertumbuhan industri kripto, selayaknya pada industri lainnya, menawarkan banyak inovasi menarik yang berpotensi membentuk cara kerja baru di masa depan,” imbuhnya.

Di tengah potensi yang ada, Reku terus menghimbau investor untuk mengambil keputusan yang cermat dan tidak tergesa-gesa.

“Investor bisa melakukan menabung rutin dan memantau kondisi pasar secara reguler. Investor juga bisa melakukan diversifikasi ke altcoin lainnya, yang mana Reku juga rutin menambah kripto di setiap minggunya. Selain itu, investor juga lebih mudah untuk melihat rangkuman investasinya melalui fitur Portfolio Analysis yang tersedia di Reku. Sehingga kinerja investasi secara periodik dan koin pun dapat dipantau secara realtime tanpa harus menghitung secara manual,” imbuhnya.

Popularitas Meme Coin Tak Terelakkan, Siklus Supernya Mungkin Belum Berhenti

Situasi Ekonomi AS

Situasi ekonomi di AS disebut masih berperan terhadap sentimen pasar kripto. Lanjut Fahmi, pemulihan harga Bitcoin dan sinyal awal pembalikan arah tren harga mulai terlihat pasca rilis data inflasi indeks Harga Belanja Personal (PCE) terbaru Amerika Serikat akhir pekan lalu.

Indeks PCE AS bulan Mei secara tahunan (YoY) turun menjadi 2,6 persen dari 2,7 persen di April, senada dengan ekspektasi para ekonom. PCE inti, yang tidak memperhitungkan kenaikan harga makanan dan energi, naik sebesar 0,1 persen secara MoM di Mei, kenaikan terkecil sejak November 2023, yang disebabkan oleh penurunan harga barang dan kenaikan minor pada harga layanan-layanan di sektor jasa.

Bitcoin terpantau menghijau hampir 6 peren pasca rilis data tersebut dari US$60.000 ke US$63.500 pada 1 dan 2 Juli usai melemah selama beberapa pekan sebelumnya.

Pemulihan pendek itu juga tergambar pada sejumlah aset kripto lainnya terlebih aset kripto dari sektor infrastruktur seperti ENS, ZRO, TAIKO, dan meme coin seperti WIF, POPCAT, WEN, dan MOG. Selain itu, aset kripto utama seperti Solana (SOL) dan Toncoin (TON), juga turut terapresiasi. Ketika berita ini ditulis, Bitcoin terkoreksi berada di US$58.590 dan sempat bertengger rendah di US$57.946 pada Kamis pagi, berada di bawah MA-200 harian.

Ia menegaskan dinamika yang terjadi akhir-akhir ini semakin menyoroti pengaruh perkembangan situasi ekonomi AS terhadap pasar kripto.

“Upaya The Fed untuk mencapai soft landing pada ekonomi pasca pelonggaran besar-besaran imbas pandemi COVID-19 terlihat telah memasuki babak akhir. Jika diibaratkan pertandingan sepak bola, saat ini seperti berada di menit ke 80 dan unggul tipis satu angka. Kemenangan sudah di depan mata namun apapun masih bisa terjadi,” kata Fahmi.

Dengan pertumbuhan GDP kuartal I AS yang mengalami kenaikan di 1,4 persen, dampak membaiknya inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan masih berada pada kadar yang normal. Hal ini dapat turut menjadi faktor fundamental untuk mendukung skenario di mana suku bunga tidak diturunkan karena adanya kontraksi ekonomi yang perlu segera diatasi, melainkan karena memang kondisi ekonomi secara umum telah membaik.

“Meskipun pasar merespon dengan cukup positif perkembangan tersebut, langkah The Fed selanjutnya kemungkinan besar masih akan bergantung pada data inflasi lebih lanjut dan laporan ketenagakerjaan bulan Juni. Sehingga koreksi harga mungkin masih akan mengiringi dinamika pasar pada setiap kenaikan yang terjadi. Namun, apabila perubahan arah tren kemudian terjadi, potensi terjadinya pemulihan yang cepat sangat terbuka. Pasar saat ini memperkirakan prospek penurunan suku bunga sebesar 68 persen pada September,” imbuh Fahmi.

Kendati masih perlu menanti perkembangan data selanjutnya, membaiknya inflasi Amerika Serikat turut menggambarkan potensi positif bagi investor untuk masuk ke instrumen aset kripto.

“Sebab, sinyal pelonggaran kebijakan ekonomi AS dapat berpotensi menarik minat investor untuk berinvestasi pada instrumen yang cenderung berisiko seperti kripto. Namun, dengan dinamika yang sangat tinggi di pasar kripto, investor perlu berhati-hati dan selalu membuat keputusan investasi dengan bijak,” jelas Fahmi. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait