Negara-negara BRICS dijadwalkan akan berkumpul di Afrika Selatan pada Agustus ini, dan mendorong diskusi tentang masa depan dolar dan dominasi ekonomi AS, berikut analisis nya.
Pertemuan aliansi tersebut, seperti dilaporkan oleh Fortune, menandai titik kritis dalam diskursus ekonomi global.
Yakni, pertanyaan tentang berapa lama dolar akan bertahan sebagai mata uang default dunia bukan hanya masalah kepentingan akademik. Serta kekhawatiran yang memiliki implikasi nyata bagi perdagangan global, stabilitas ekonomi, dan dinamika kekuatan geopolitik.
Presiden Brasil sebelumnya, Luiz Inácio Lula da Silva, dengan lantang menyampaikan tentang urgensi dedolarisasi. Dia mendesak negara-negara BRICS untuk berdagang dalam mata uang mereka sendiri.
Sentimen ini dipantulkan oleh pemimpin BRICS lainnya, menunjukkan keinginan bersama untuk mengurangi ketergantungan ekonomi mereka pada dolar AS.
Sementara analisis dalam laporan WION dan Bitcoin.com, menyampaikan bahwa dorongan untuk dedolarisasi kemungkinan akan menjadi topik utama dalam pertemuan BRICS mendatang.
BRICS Akhiri Dominasi Dolar AS?
Ekspansi potensial dari BRICS, dengan lebih banyak negara yang menunjukkan minat untuk bergabung dengan kelompok ini, bisa mempercepat akhir dominasi dolar.
Seperti dilaporkan dalam analisis media seperti The Independent, Tasnim News Agency, dan The Korea Herald, ekspansi BRICS dan minat banyak negara untuk bergabung dilihat sebagai faktor yang bisa menantang dan akhirnya mempercepat akhir dominasi dolar.
Pengembangan ini bisa membuka era baru multi-polaritas dalam keuangan global, di mana tidak ada satu mata uang pun yang memiliki posisi dominan.
Negara-negara BRICS dan peran mereka dalam ekonomi global akan terus menjadi area kunci untuk diperhatikan dalam beberapa bulan dan tahun mendatang.
Pergeseran potensial dalam tatanan ekonomi global, seperti ditunjukkan oleh pengembangan terbaru seputar negara-negara BRICS, bukan hanya tentang akhir dominasi dolar.
Ini juga menandakan bangkitnya ekonomi yang muncul dan pengaruh mereka yang semakin meningkat dalam membentuk kebijakan ekonomi global.
Negara-negara BRICS, dengan populasi mereka yang besar dan ekonomi yang berkembang pesat, mewakili bagian yang signifikan dari ekonomi global.
Keputusan kolektif mereka untuk mendorong dedolarisasi dan memperluas kelompok mereka bisa memiliki implikasi jangkauan jauh untuk perdagangan global, investasi, dan tata kelola ekonomi.
Dorongan untuk dedolarisasi oleh negara-negara BRICS bukan hanya tentang mengurangi ketergantungan mereka pada dolar AS.
Ini juga mencerminkan keinginan mereka untuk memiliki kontrol yang lebih besar atas kebijakan ekonomi mereka dan melindungi ekonomi mereka dari guncangan eksternal.
Dengan berdagang dalam mata uang mereka sendiri, negara-negara BRICS berpotensi mengurangi paparan mereka terhadap fluktuasi nilai dolar dan dampak dari keputusan kebijakan moneter AS.
Guna mencapai tujuan ini akan memerlukan koordinasi yang signifikan di antara negara-negara BRICS dan pengembangan sistem keuangan yang kuat yang dapat mendukung perdagangan dan investasi dalam mata uang mereka sendiri.
Namun upaya BRICS mengakhiri dominasi dolar AS bukan hal mudah, menyusul pertanyaan tentang dinamika internal kelompok ini.
Seperti dilaporkan oleh TimesLIVE, Presiden Rusia Vladmir Putin telah menunjukkan bahwa dia mungkin tidak akan menghadiri pertemuan BRICS mendatang di Afrika Selatan.
Perkembangan situasi ini bisa menandakan ketegangan yang mendasari dalam kelompok ini, yang berpotensi mempengaruhi kemampuannya untuk menampilkan front bersatu dalam menantang dominasi dolar.
Selain itu, seperti dilaporkan oleh IOL, ekspansi BRICS mungkin akan mengarah pada penurunan pengaruh Afrika Selatan dalam kelompok ini.
Ini menimbulkan pertanyaan tentang dinamika kekuatan dalam BRICS dan apakah kelompok ini dapat mempertahankan kohesinya saat berkembang dan mengambil peran yang lebih menonjol dalam urusan ekonomi global. [ab]