Pergerakan harga Bitcoin kembali menjadi sorotan setelah analis kripto terkemuka, Benjamin Cowen, memperingatkan kemungkinan munculnya death cross dalam satu hingga dua minggu kedepan melalui analisisnya.
Jika hal ini terjadi, harga BTC bisa mengalami tekanan jual besar-besaran yang berpotensi menyeretnya lebih dalam ke zona bearish.
Death Cross dan Ancaman Koreksi Besar
Death cross merupakan sinyal teknikal yang muncul ketika rata-rata pergerakan 50 hari (50-day moving average) melintas ke bawah rata-rata pergerakan 200 hari (200-day moving average). Secara historis, fenomena ini sering kali diikuti oleh koreksi signifikan.
Cowen menjelaskan bahwa sebelum pola trading yang menggambarkan fase bearish tersebut terjadi, biasanya muncul gelombang penjualan besar yang dapat semakin mempercepat pelemahan harga Bitcoin.
“Sering kali ada aksi jual menjelang death cross, seperti yang pernah kita lihat sebelumnya. Jika pola ini kembali terulang, kita bisa melihat momen yang cukup menegangkan,” ujar Cowen kepada pengikutnya di YouTube.
Berdasarkan data historis yang digunakan olehnya, Bitcoin sempat mengalami death cross pada 2019 dan 2021, yang masing-masing diikuti oleh koreksi besar sebelum akhirnya kembali menguat.Â

Namun, Cowen menekankan bahwa titik terendah yang terjadi saat death cross bisa menjadi indikasi potensi reli berikutnya, baik menuju level tertinggi baru atau hanya sebatas rally jangka pendek ke lower high.
Level Harga Bitcoin yang Perlu Diperhatikan
Selain memprediksi kemunculan terjadinya death cross, Cowen juga secara khusus mengidentifikasi level harga Bitcoin penting yang bisa menjadi indikator utama pergerakan pasar selanjutnya.Â
Jika harga BTC mengalami penurunan signifikan hingga berada di bawah level US$70.000, maka tren bearish kemungkinan besar akan semakin menguat dan sulit untuk dibalikkan dalam waktu dekat.
“Bitcoin mungkin bisa mencapai lower high jika naik ke kisaran US$60.000, terutama di level bawah US$60.000-an. Namun, jika mencapai sekitar US$63.000, akan sulit untuk diabaikan.” tutur Cowen.
Namun, skenario bullish BTC juga mungkin terjadi. Jika harga Bitcoin mampu bertahan di atas level US$73.000, struktur pasar akan tetap terjaga, sehingga membuka peluang breakout menuju level tertinggi baru (ATH).
Faktor Eksternal Bisa Jadi Penentu
Selain faktor teknikal yang diungkapkan Cowen, kondisi pasar saat ini juga turut menambah ketidakpastian pergerakan harga BTC. Berdasarkan laporan sebelumnya, Bitcoin saat ini berada dalam fase greed, yang sering kali berujung pada koreksi besar.Â
5 Sinyal Terbaru yang Bisa Mempengaruhi Harga BTC Berikutnya
Namun, salah satu faktor terpenting yang dapat mempengaruhi harga Bitcoin adalah kebijakan tarif AS yang akan diumumkan pada April mendatang. Keputusan ini berpotensi mengguncang pasar keuangan secara luas, termasuk kripto.Â
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor ini, para investor dan trader perlu semakin waspada dalam mengambil keputusan, terutama karena pergerakan pasar saat ini masih sangat sulit untuk diprediksi. [dp]