Spread adalah selisih antara harga beli (bid) dan harga jual (ask) suatu aset, yang mencerminkan biaya transaksi dan tingkat likuiditas pasar. Jika kamu ingin lebih tahu soal apa itu spread ? Yuk, simak penjelasan lengkap berikut ini!
BACA JUGA: Bikin Rugi! Ini yang Dimaksud Margin Call pada Trading Kripto
Apa Itu Spread dalam Trading?
Dalam dunia trading, khususnya pada aset kripto, istilah spread sering muncul saat kamu melihat perbedaan harga di pasar. Misalnya, saat kamu ingin membeli Bitcoin, kamu akan melihat harga beli sedikit lebih tinggi dari harga jualnya.
Nah, perbedaan itulah yang disebut spread dan memahami ini sangat penting buat kamu yang ingin mulai trading atau investasi di dunia crypto.
Secara sederhana, spread artinya selisih antara harga tertinggi yang bersedia dibayar pembeli (bid) dan harga terendah yang diminta penjual (ask).
Spread inilah yang menjadi “biaya tersembunyi” ketika kamu melakukan transaksi. Kamu akan membeli dengan harga sedikit lebih tinggi dan menjual dengan harga sedikit lebih rendah dari nilai pasar.
Contoh:

Jika harga bid Bitcoin adalah US$29.500 dan harga ask-nya US$29.520, maka spread -nya adalah US$20. Spread ini menjadi keuntungan untuk pihak seperti broker atau market maker yang memfasilitasi transaksi.
Jenis-jenis Spread
Jenis-jenis spread dalam trading mencakup berbagai bentuk selisih harga atau imbal hasil antara dua aset. Masing-masing spread digunakan untuk tujuan analisis, strategi, atau pengukuran risiko dalam pasar keuangan.
Dalam dunia trading, spread tidak hanya terbatas pada bid dan ask. Ada beberapa jenis spread lain yang penting untuk dipahami, terutama jika kamu mulai tertarik pada instrumen keuangan seperti derivatif, obligasi, hingga strategi arbitrase. Melansir laman Capital, berikut ini adalah penjelasan lengkapnya:
BACA JUGA: 15 Pola Candlestick Lengkap dan Akurat untuk Trading Kripto!
1. Bid–Ask Spread
Bid–ask spread adalah selisih antara harga tertinggi yang bersedia dibayar pembeli (bid) dan harga terendah yang diminta penjual (ask). Spread ini sangat umum ditemukan di semua jenis pasar, termasuk kripto.
Nilainya bisa dipengaruhi oleh likuiditas aset, volume trading, hingga kondisi pasar secara keseluruhan. Semakin kecil bid–ask spread , artinya pasar tersebut lebih likuid dan transaksi bisa dilakukan dengan lebih efisien.
2. Spread Trade
Melansir laman CFI, spread trade atau relative value trade adalah strategi yang melibatkan pembelian satu aset dan penjualan aset lain yang berkaitan secara bersamaan. Biasanya dilakukan pada kontrak berjangka atau opsi. Tujuannya adalah untuk memanfaatkan perbedaan nilai relatif dari dua aset yang secara historis memiliki korelasi.
Strategi ini sering digunakan trader profesional untuk mengelola risiko pasar sambil tetap mengejar peluang keuntungan.
3. Yield Spread
Yield spread mengacu pada selisih imbal hasil antara dua instrumen keuangan, seperti obligasi. Spread ini biasanya dihitung dalam persentase dan digunakan untuk membandingkan risiko dan potensi return dari dua instrumen berbeda.
Yield spread yang lebih besar bisa menandakan risiko lebih tinggi, tetapi juga peluang imbal hasil yang lebih besar. Dalam konteks kripto, konsep serupa bisa ditemukan saat kamu membandingkan hasil staking atau yield farming dari dua token atau platform yang berbeda.
BACA JUGA: Bikin Cuan! Ini Penjelasan Lengkap Soal Earn Crypto Untuk Pemula!
4. Option-Adjusted Spread (OAS)
OAS adalah ukuran spread antara yield obligasi yang memiliki opsi (seperti callable bonds) dengan yield dari instrumen bebas risiko. Spread ini memperhitungkan risiko tambahan dari embedded options yang dimiliki suatu surat utang.
OAS membantu investor menilai seberapa besar risiko yang ditanggung akibat adanya fitur tambahan tersebut dan bisa menjadi indikator penting dalam analisis obligasi kompleks.
5. Z-Spread
Z-spread menunjukkan perbedaan antara yield obligasi dengan risiko kredit tertentu dan yield dari aset bebas risiko. Spread ini berguna untuk mengukur seberapa besar kompensasi yang diberikan pasar atas risiko kredit dari suatu obligasi.
Semakin tinggi Z-spread , semakin besar potensi risiko yang melekat pada instrumen tersebut.
Apa Manfaat Memahami Spread untuk Investor Pemula?
Memahami spread dalam trading bisa membantu investor pemula membuat keputusan yang lebih cerdas dan efisien saat membeli atau menjual aset, termasuk aset kripto. Berikut ini beberapa manfaat utamanya:
1. Tahu Seberapa Mudah Aset Dijual-Beli
Spread yang kecil biasanya menandakan pasar likuid, artinya kamu bisa beli atau jual aset dengan cepat dan harga yang masuk akal. Cocok banget buat kamu yang ingin transaksi tanpa ribet.
2. Bisa Baca Kondisi Pasar Lagi Stabil atau Nggak
Kalau spread melebar, itu bisa jadi tanda pasar sedang bergejolak. Ini membantu kamu lebih hati-hati dalam mengambil posisi, apalagi saat harga mudah berubah dalam waktu singkat.
3. Bisa Hitung Biaya Tersembunyi Saat Trading
Spread itu bagian dari biaya transaksi. Semakin besar spread-nya, semakin besar juga biaya yang harus kamu keluarkan. Dengan paham spread, kamu bisa lebih hemat dan strategis saat masuk pasar.
4. Bantu Bandingkan Aset yang Mirip
Kalau kamu lagi pilih antara dua aset sejenis, spread bisa bantu menilai mana yang lebih stabil atau diminati pasar. Spread yang lebih lebar bisa jadi sinyal bahwa aset tersebut lebih berisiko.
5. Bisa Cari Cuan dari Perbedaan Harga
Kadang ada peluang arbitrase, yaitu beli aset di satu tempat lalu jual di tempat lain yang harganya lebih tinggi. Spread yang tidak wajar bisa jadi celah buat strategi ini.
Risiko Spread
Risiko spread muncul saat selisih harga antara dua aset bergerak tidak sesuai dengan harapan investor dan menyebabkan kerugian.
Meskipun spread bisa jadi alat bantu penting dalam membaca pasar dan membuat strategi trading, kamu juga perlu memahami risikonya. Berikut ini beberapa jenis risiko spread yang perlu kamu waspadai:
1. Risiko Basis (Basis Risk)
Ini terjadi ketika dua aset yang saling berkaitan tidak bergerak searah seperti yang diperkirakan. Misalnya, kamu ambil posisi long dan short pada dua aset yang biasanya punya korelasi, tapi ternyata salah satunya bergerak tidak sesuai ekspektasi. Akibatnya, strategi spread trading kamu bisa gagal.
2. Risiko Kurva Imbal Hasil (Yield Curve Risk)
Berlaku terutama pada instrumen pendapatan tetap seperti obligasi. Saat kurva imbal hasil berubah secara tak terduga, spread antar obligasi juga bisa berubah drastis dan menimbulkan kerugian bagi investor yang memegang dua instrumen berbeda secara bersamaan.
3. Risiko Likuiditas
Jika salah satu aset dalam strategi spread susah dijual karena pasar sepi, kamu bisa kesulitan menutup posisi tepat waktu. Spread bisa melebar secara tiba-tiba, dan kamu berisiko menanggung rugi yang lebih besar dari rencana awal.
4. Risiko Pasar (Market Risk)
Perubahan kondisi ekonomi global, sentimen pasar, atau berita besar bisa membuat harga aset bergerak liar. Spread pun bisa melebar atau menyempit di luar prediksi. Risiko ini tidak bisa dihindari sepenuhnya karena dipengaruhi faktor makro yang sulit dikendalikan.
5. Risiko Suku Bunga (Interest Rate Risk)
Khususnya pada aset pendapatan tetap, perubahan suku bunga bisa memengaruhi harga instrumen secara signifikan. Spread antara dua instrumen bisa berubah drastis saat suku bunga naik atau turun.
6. Risiko Mata Uang (Currency Risk)
Jika kamu melakukan spread trading antar aset dari dua negara berbeda, fluktuasi nilai tukar bisa memengaruhi nilai akhir investasi kamu. Perbedaan ini bisa mempersempit atau melebarkan spread secara tidak terduga.
7. Risiko Politik
Kebijakan pemerintah, pergantian rezim, atau ketegangan geopolitik bisa mengubah kondisi pasar dalam waktu singkat. Spread bisa melebar tajam, terutama di pasar negara berkembang yang lebih rentan terhadap risiko ini.
Strategi Trading Populer yang Memanfaatkan Kondisi Spread
Ada beberapa strategi trading populer yang memanfaatkan spread untuk mencari peluang keuntungan dari pergerakan harga di pasar.
Bagi kamu yang sudah memahami apa itu spread, langkah selanjutnya adalah memanfaatkannya dalam strategi trading. Berikut ini adalah beberapa metodenya:
1. Momentum Trading
Strategi ini memanfaatkan aset yang sedang menunjukkan tren kuat. Kamu bisa membeli aset saat harganya naik pesat, lalu menjual saat mulai melambat. Spread jadi sinyal awal untuk melihat apakah pergerakan ini didukung volume dan likuiditas yang cukup.
2. Pair Trading

Kamu ambil posisi beli (long) pada satu aset dan posisi jual (short) pada aset lain yang berkorelasi. Jika pergerakan kedua aset mulai berbeda jauh dari biasanya, kamu bisa mendapatkan keuntungan dari selisih tersebut. Spread membantu mengukur kapan momen perbedaan itu terjadi.
3. Arbitrage Trading
Strategi ini mencari keuntungan dari perbedaan harga satu aset di dua pasar berbeda. Misalnya, beli Bitcoin di exchange crypto A dengan harga lebih murah, lalu jual di exchange B dengan harga lebih mahal. Spread antar platform bisa menjadi peluang untuk arbitrase.
4. Reversal Trading
Kamu masuk pasar dengan asumsi harga akan berbalik arah dari tren saat ini. Misalnya, beli saat harga turun tajam dan mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Spread bisa memberikan sinyal bahwa tekanan jual mulai berkurang dan momentum mulai bergeser.
5. Trend Trading
Strategi ini mengikuti arah tren pasar. Kamu beli saat harga naik dan terus naik, atau jual saat harga turun dan terus melemah. Spread yang stabil dan sempit sering kali menandakan tren yang kuat dan pasar yang sehat untuk diterjuni.
Dengan memahami dan menerapkan strategi di atas, kamu bisa lebih maksimal memanfaatkan spread sebagai alat bantu dalam trading. Tapi ingat, setiap strategi punya risiko, jadi pastikan kamu tetap punya manajemen risiko yang matang sebelum menerapkannya.
Jadi, Apa Itu Spread ?
Spread adalah bagian penting dalam dunia trading yang menentukan seberapa efisien dan menguntungkannya transaksi kamu, khususnya di pasar kripto yang bergerak cepat. Dengan memahami spread , kamu bisa mengelola risiko lebih baik, mengenali peluang, dan jadi trader yang lebih cerdas.
Ingin terus belajar cryptocurrency dan blockchain? Yuk, jelajahi lebih banyak artikel informatif lainnya di Blockchain Media Indonesia. [msn]