Gagasan mengenai kripto yang diterbitkan oleh negara boleh jadi kian dekat terwujud. Tahun lalu, pemerintah Venezuela memang meluncurkan Petro dalam upaya menghindari sanksi ekonomi dari Amerika dan sekutunya.
Sekarang, giliran Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) meluncurkan kripto sendiri, sebagai mata uang yang mereka kembangkan bersama. Negara-negara ini bahkan sudah mulai menguji kripto itu. Program percontohan ini akan membantu mereka melihat apakah teknologi blockchain yang menjadi asas kripto itu, benar-benar memungkinkan transaksi lintas batas dengan biaya pengiriman uang yang lebih rendah. Ini juga akan membantu mereka mencari tahu bagaimana kripto ini akan berdampak pada kebijakan moneter.
Arab Saudi dan UEA telah mengumumkan proyek tersebut sebagai bagian dari rencana kerjasama tujuh poin untuk memperkuat hubungan kedua negara. Kripto Saudi-Emirat secara ketat dimaksudkan untuk pembayaran lintas-batas antara bank sentral dan lokal, dan tidak jelas apakah kripto tersebut pada akhirnya akan tersedia untuk dibeli oleh publik.
“Kripto sebagai mata uang digital lintas batas akan secara ketat ditargetkan bagi bank pada tahap percobaan yang bertujuan untuk lebih memahami dampak teknologi blockchain dan memfasilitasi pembayaran. Kripto bergantung pada penggunaan pangkalan data (database) terdistribusi antara bank sentral dan bank-bank yang terlibat dari kedua belah pihak. Kripto berupaya untuk melindungi kepentingan pelanggan, menetapkan standar teknologi, dan menilai risiko keamanan siber. Proyek ini juga akan menentukan dampak mata uang pusat terhadap kebijakan moneter,” demikian pernyataan tertulis yang disampaikan dua negara melalui Thenational.ae.
Di masa depan, daftar negara-negara dengan mata uang elektronik mereka mungkin akan tumbuh lebih lama. Setelah Venezuela mengumumkan Petro pada 2017, Rusia mengungkapkan bahwa bank sentralnya berencana untuk berbicara dengan Brasil, India, Cina dan negara-negara Uni Eropa tentang kemungkinan membuat kripto. [engadget.com/jul]