Mega skandal saldo palsu US$2,2 miliar (Rp31 triliun) yang menimpa Wirecard menyeret persepsi buruk terhadap ekosistem aset kripto. Pasalnya, Crypto.com, TenX dan CryptoPay adalah klien perusahaan ternama asal Jerman itu.
Kasus itu berpangkal Januari 2019 lalu, berdasarkan laporan investigatif media Financial Times (FT). Kala itu FT menyebutkan bahwa Wirecard diduga menggelembungkan laporan pendapatan perusahaan berkat sejumlah produk yang mereka jual. Wirecard malah menuding FT mengambil keuntungan sesaat.
Alhasil pemerintah Jerman pun jengah dan turun tangan, memerintahkan penyelidikan lebih lanjut.
Hingga 19 Juni 2020 lalu, perusahaan auditor Ernst & Young (EY) tidak menemukan cukup bukti bahwa Wirecard benar-benar memiliki uang tunai senilai US$2,2 miliar (Rp31 triliun), sebagaimana yang tertulis dalam laporan keuangan Wirecard.
Wirecard mencatat, bahwa mereka mereka memiliki uang tunai itu di dua bank di Filipina. Namun, kedua bank belakangan menolak pernyataan itu, bahkan mengatakan informasi itu ada palsu. Wirecard disebutkan tidak memiliki rekening di kedua bank itu.
Sebelumnya Wirecard mengklaim, bahwa mereka kehilangan uang tunai senilai US$2,2 milyar (Rp31 triliun) yang sebelumnya tercatat laporan keuangan versi mereka. EY bahkan mencatat, bahwa uang sebanyak itu sekitar seperempat dari total neraca Wirecard. EY, bahkan menyimpulkan adanya aksi penipuan.
Menyusul skandal saldo palsu itu, saham Wirecard anjlok hingga 60 persen dalam sehari saja. Bahkan sang CEO, Markus Braun langsung mengundurkan diri, sembari mengatakan Wirecard adalah korban.
Skandal salo palsu Wirecard sejatinya membawa kerugian terhadap ekosistem aset kripto. Pasalnya, sejumlah klien perusahaan itu adalah perusahan-perusahaan yang bergerak di sektor aset kripto.
Wirecard adalah vendor dari perusahaan Crypto.com. Dengan kata lain Crypto.com adalah klien dari Wirecarad, menyediakan kartu debit kripto kepada sejumlah pengguna Crypto.com. Kartu itu selayaknya kartu debit biasa bernilai fiat, tapi bisa ditukar menjadi aset kripto dan sebaliknya.
Jadi, ketika Anda memiliki kartu debit kripto, Anda sebenarnya tidak memuat aset kripto itu ke dalam kartu secara langsung. Anda sebenarnya menukar aset kripto Anda ke mata uang biasa, lalu dimuat ke kartu. Itulah yang memungkinkan Anda bisa menggunakan kartu itu untuk berbelanja di manapun di dunia ini, asalkan mendukung sistem pembayaran VISA itu.Â
Namun, persepsi publik sulit disangkal yang mengarah pada wacana, bahwa kasus Wirecard bisa berdampak pada ketidakberlanjutan produk kartu debit itu dan publik tidak bisa menikmatinya.
Persepsi itu langsung dibantah oleh CEO Crypto.com Kris Marszalek. Di Twitter dia menegaskan bahwa kartu debit Crypto.com sudah diisi saldo sebelumnya dan disimpan oleh perusahaan yang diregulasi oleh otoritas keuangan Inggris dengan rekening klien yang terpisah.
Marszalek juga menegaskan bahwa Wirecard tidak menyimpan aset kripto apapun yang dimiliki oleh Crypto.com.
Marszalek hendak mengamini bahwa tidak ada relasi langsung antara Wirecard dengan produk kartu debit yang dinikmati oleh pengguna Crypto.com.
Namun, tentu saja ada potensi bahwa produk itu bisa berhenti sementara, menyusul skandal itu. Toh, kartu debit itu jelas-jelas adalah produk Wirecard. [CNBC/CNN/Finder/ed]