Aset Kripto di Tengah Anomali Pasca Rilis Data CPI dan Potensi The Fed Pangkas Suku Bunga di September

Menurut analis Reku Fahmi Almuttaqin aset kripto saat ini mengalami anomali pasar usai data CPI dirilis pada 11 Juli 2024 lalu. Bagaimana nasib pasar kripto berikutnya jika The Fed akan mulai memangkas suku bunga acuan pada September 2024 mendatang?

Data Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat Juni yang dirilis pada Kamis 11 Juli 2024 lalu mengalami penurunan sebesar 0,1 persen, yang merupakan pertama kalinya sejak Mei 2020. Penurunan tersebut membuat indeks CPI secara year on year (YoY) naik 3,0 persen, turun dari Mei 2024 sebesar 3,3 persen.

Perkembangan dinamika inflasi terbaru tersebut telah meningkatkan ekspektasi pasar terhadap kemungkinan penurunan suku bunga The Fed pada September 2024, yang apabila terjadi dapat berpotensi memberikan dampak positif yang signifikan bagi pasar aset kripto. Ekspektasi terhadap berlanjutnya penurunan suku bunga sebanyak dua kali atau lebih hingga pertemuan FOMC November juga turut meningkat.

Merespon kondisi tersebut, Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan perkembangan inflasi tersebut merupakan sesuatu yang cukup penting bagi outlook pasar aset kripto dalam beberapa bulan ke depan.

“Dengan tren inflasi yang membaik, potensi terjadinya peningkatan aliran dana segar ke pasar kripto imbas perubahan kebijakan ekonomi Amerika Serikat yang lebih longgar, terlihat semakin dekat. Namun, pasar kripto yang masih sedang cukup tertekan sejak awal Juni mungkin kemudian tidak merespon perkembangan tersebut secara signifikan,” ungkap Fahmi.

Pasar saham Amerika Serikat yang sejak Juni telah mengalami reli mungkin melihat perkembangan data CPI kemarin sebagai momentum profit taking sebagai upaya antisipasi menjelang musim laporan laba.

“Situasi tersebut sedikit berbeda dengan pasar aset kripto di mana Bitcoin yang pada 5 Juni berada di US$70 ribu mengalami penurunan hingga sempat menyentuh area US$54 ribu pada 5 Juli,” ujarnya.

Meningkatnya tekanan yang dihadapi pasar aset kripto dalam beberapa hari terakhir turut tercermin dalam indeks Fear & Greed yang mengukur kondisi sentimen pasar melalui beberapa sumber data termasuk media sosial.

“Indeks Fear & Greed yang dikompilasi alternative.me pada hari ini, Jumat, 12 Juli 2024, menyentuh angka terendahnya di angka 25 yang terakhir terlihat pada 9 Januari 2023 ketika Bitcoin saat itu berada di harga US$17.000, yang merupakan salah satu area harga terendahnya setelah siklus bullish aset kripto 2021,” imbuhnya.

aset kripto

Minimnya implikasi terhadap aset kripto dari perkembangan positif yang terjadi belakangan tidak hanya terkait data CPI saja, tetapi terkait erat dengan pengajuan proposal ETF Solana oleh VanEck dan 21Shares juga tidak diikuti oleh peningkatan harga token SOL yang signifikan.

“Meskipun terdapat beberapa hal yang bisa menjelaskan kondisi tersebut seperti masih relatif minimnya optimisme pelaku pasar terhadap kemungkinan disetujuinya ETF tersebut, hal itu bukan yang biasanya terjadi di pasar aset kripto,” jelas Fahmi.

Potensi Aset Kripto di Balik Anomali yang Terjadi

Anomali yang terjadi, lanjut Fahmi, dapat menjadi situasi yang menarik untuk dimanfaatkan oleh para investor.

“Kondisi di mana terjadi perkembangan positif yang nyata di berbagai aspek yang masih belum terlalu direspons oleh kenaikan harga aset-aset kripto di pasar ini dapat menjadi momentum untuk berburu aset-aset kripto potensial. Aset-aset kripto dengan nilai adopsi yang solid, namun secara performa harga masih belum begitu terapresiasi, menyimpan potensi menarik yang investor bisa gali lebih lanjut secara lebih seksama, yang biasanya sulit dilakukan ketika pasar bergerak pada ritme yang lebih cepat. Reku juga rutin menambah daftar aset kripto setiap minggunya, untuk memperluas pilihan diversifikasi investor,” tegas Fahmi.

Apa Manfaat Menabung Bitcoin?

Kendati demikian, investor tetap selalu dihimbau untuk bijak dalam mengambil keputusan berinvestasi dan memilih platform investasi aset kripto yang aman dan terdaftar agar terhindar dari risiko-risiko teknis.

“Selain itu, investor juga bisa melakukan menabung rutin atau Dollar-Cost Averaging (DCA) selagi memantau kondisi pasar secara reguler. Investor juga lebih mudah untuk melihat rangkuman investasinya melalui fitur Investment Insight yang tersedia di Reku. Sehingga performa investasi secara periodik dan koin pun dapat dipantau secara realtime tanpa harus menghitung secara manual,” ujarnya. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait