Penerapan teknologi blockchain di Tiongkok tak berhenti di Pidato Xi Jinping pada Oktober 2019 lalu. Asa itu berkelanjutan melalui proyek ambisius, Blockchain-based Service Network (BSN) yang didukung oleh pemerintah, bekerjasama dengan banyak perusahaan besar. 100 kota sudah terhubung sebagai node (simpul) demi efisiensi bisnis hingga 80 persen.
Konsep dasar BSN sebenarnya jauh diterbitkan sebelum pidato Xi Jinping itu. Asas BSN dibuat pada Januari 2019, yang didukung oleh State Information Center dan Industry Research Department.
Pada Maret-April 2020 ujicoba BSN digenjot dengan 100 kota terhubung sebagai simpulnya. Hingga akhir tahun 2020, direncanakan total 200 kota.
Badan Pemerintah itu menggandeng sejumlah perusahaan, di antaranya China Mobile Group Design Institute, Research Institute of Electronic Payment (China Unionpay), China Mobile Financial Technology, Beijing Red Date Technology dan China Mobile Group Zhejiang.
Menurut BSN, jika perusahaan ingin membuat blockchain sendiri, maka perusahaan bisa menghabiskan biaya hingga US$14.000 per tahun. Itu sudah termasuk biaya pengoperasian dan pemeliharaan.
Tetapi, dengan tergabung di BSN, maka perusahaan bisa menghemat banyak biaya, cukup dengan US$300 per tahun. Programer dan pengembang dipersilahkan membuat aplikasi yang terkait bisnisnya, lalu mendistribusikannya di BSN.
Harus diakui, Tiongkok memimpin soal inovasi, pengembangan dan penerapan teknologi blockchain, menurut Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia.
Tiongkok sudah hakul yakin, bahwa blockchain jauh melampaui Bitcoin sebagai penerapan pertama di sektor uang digital baru. Bagi Tiongkok blockchain dapat digunakan untuk memverifikasi semua jenis transaksi digital secara lebih efisien.
Misalnya, JD.com, salah satu toko online terbesar asal Tiongkok. Mereka menggunakan blockchain untuk memverifikasi data rantai pasokan (supply chain). Konsumen dan mitra bisnis tak perlu lagi khawatir soal keaslian data barang-barang mewah yang dijual di JD.com. Semuanya tersimpan di blockchain dan dijamin keabsahannya.
Pemerintah juga tak tertinggal. Salah satunya adalah Administrasi Umum Kepabeanan Tingkok, untuk memantau 26 titik penyeberangan perbatasan internasional.
Hong Wan, pakar blockchain dari North Carolina State University mengatakan bahwa BSN akan menjadi pusat mata uang digital dan sistem pembayaran, yang menyaingi WeChat dan Alipay sebagai alat pembayaran digital yang popular.
Tapi, bukan tidak mungkin yuan digital yang dibuat oleh Bank Sentral Tiongkok bisa dipadukan di dalam BSN.
Namun, Wan khawatir BSN akan mengalami kelambatan kinerja karena memverifikasi begitu banyak transaksi. Dia mengatakan BSN belum menerbitkan spesifikasi teknis yang terperinci. Jadi, dia tidak tahu bagaimana perancangnya akan mengatasi masalah itu.
“Saya pikir kita berhak ragu tentang apa yang terjadi di teknologi itu. Ini masih dalam tahap pengujian,” imbuh Wan.
“Penghalang terbesar teknologi blockchain adalah biaya yang besar dan rumit. Menurut saya BSN adalah solusi yang tidak bisa dihindari,” kata Yang Xiang dari Universitas Swinburne, Australia. [IEEE.org/red]