Istilah Lightning Network (LN) di Bitcoin mungkin masih asing di telinga Anda. Namun sejumlah artikel di terkait ada kami bahas di media ini. Sebelumnya kami sempat mengetengahkan sejumlah kelebihan dan kelemahan LN sebagai protokol lapis kedua Bitcoin agar transfer menjadi instan dan biaya kirim yang jauh lebih murah. Beberapa artikel juga mengutip pendapat sejumlah pakar soal LN. Namun, kabar terakhir beberapa waktu yang lalu, membuat artikel ini harus kami terbitkan, yakni adanya celah keamanan pada LN yang memungkinkan sistem itu diretas dan pengguna bisa kehilangan bitcoin.
Pada Jumat (30/8) lalu Rusty Russell, salah seorang anggota mailing list di Linux Foundation, yang pertama kali mengabarkan celah keamanan itu.
“Saya menemukan celah keamanan di sejumlah proyek Lightning Network yang memungkinkan hilangnya bitcoin. Sangat disarankan pengguna agar memutakhirkan (update) sejumlah patch. Informasi lebih rinci akan dikabarka pada 27 September mendatang,” kata Russel.
Soal kelemahan sistem LN sebenarnya sudah dikemukakan jauh-jauh hari sebelum proyek ambisius itu diluncurkan pada tahun 2018. Ada banyak sebab, di antaranya LN bukan bagian sentral dari sistem blockchain Bitcoin yang dibuat oleh Satoshi Nakamoto dan sejumlah developer inti lainnya.
Pandangan yang lebih menghujam dari datang Dimaz Ankaa Wijaya, peneliti blockchain di Universitas Monash, Australia. Melalui artikelnya di BlockchainMedia, dia menyimpulkan bahwa LN adalah pedang bermata dua, yang pada hulunya justru akan menghancurkan komunitas Bitcoin sendiri.
Kata Dimaz, LN akan membuat semuanya sulit. Jumlah transaksi barangkali tidak akan sebanyak yang dibayangkan. Sebuah penelitian telah memodelkan apa yang terjadi pada Bitcoin pasca 2140 (sebuah masa di mana semua sisa Bitcoin yang belum ditambang dikeluarkan), dan hasilnya cukup mengkhawatirkan.
“Tanpa adanya subsidi yang diberikan oleh sistem kepada penambang dalam bentuk koin baru, maka kegiatan penambangan akan merosot tajam, sehingga sistem Bitcoin terekspos masalah keamanan yang selama ini tidak pernah menjadi ancaman serius untuk Bitcoin, semisal 51% attack ataupun selfish mining,” katanya.
Dimaz menambahkan, setelah tiadanya subsidi, maka jumlah transaksi yang diyakini akan merosot tajam dalam blockchain utama Bitcoin akan diikuti dengan profit bitcoin yang tidak seberapa, membuat biaya operasional penambangan menjadi tidak rasional lagi. Padahal, keamanan blok dalam Bitcoin amat bergantung pada besarnya kekuatan komputasi yang ada di dalam sistem.
LN hanyalah sekadar sistem lapis kedua setelah blockchain Bitcoin untuk mempercepat proses pengiriman bitcoin dari yang biasanya mencapai 60 menit, menjadi instan alias seketika. Pada sistem LN, bitcoin yang ditransfer tidak sepenuhnya menggunakan blockchain. Itulah lazim ia disebut sebagai metode off chain, kebalikan dari on chain yang menggunakan blockchain sepenuhnya.
LN menawarkan model channel dalam proses transaksi bitcoin di LN ini. Misalnya Budi hendak mengirimkan 1 BTC kepada Wati, maka mereka berdua berinteraksi dalam satu channel khusus. Maka, Budi mengirimkan 1 BTC ke dalam channel itu dan Wati mengetahuinya. Dari 1 BTC itu mereka berdua melakukan transaksi berikutnya, misalnya Budi dari 1 BTC mengirimkan 0,1 BTC, maka transaksi direkam di dalam channel tersebut. Setelah sejumlah transaksi usai, maka channel ditutup, lalu direkam ke dalam blockchain Bitcoin.
Nah, kendati ada banyak transaksi di dalam channel itu, transaksinya hanya dianggap tunggal pada blockchain Bitcoin. Jadi, dengan kata lain LN pada prinsipnya adalah pihak ketiga sebagai perantara transaksi, sebelum transaksi bitcoin disimpan sepenuhnya ke dalam blockchain.
Untuk tujuan efisiensi LN memanglah solusi jitu, apalagi kalau ingin bitcoin dijadikan sebagai alat pembayaran “secepat kilat” dan LN memang mencoba mengatasi keterbatasan Bitcoin.
Di atas itu semua, atas nama inovasi, masalah akan selalu muncul. Namun, di saat yang bersamaan akan muncul pula solusi terhadapnya. Tak perlu khawatir berlebihan, yang penting selalu belajar dan memperbarui kabar-kabar terbaru. [red]