Bank of Singapore (BOS), yang terafiliasi dengan Bank OCBC dari ING Group mengatakan, Bitcoin (BTC) bisa menggantikan peran emas sebagai store-of-value. Sedangkan uang fiat tetap bertahan.
“Bitcoin bisa menggantikan emas sebagai store-of-value setelah rintangan utama, seperti kepercayaan, volatilitas, penerimaan peraturan dan risiko reputasi bisa diatasi,” kata BOS dalam kajian terbarunya, dilansir dari TheNationalNews, Minggu (24/1/2021).
Namun bank besar itu dengan tegas menyatakan, bahwa uang fiat yang diterbitkan oleh negara tidak bisa tergantikan oleh Bitcoin sebagai alat pembayaran.
“Setelah kerugian rintang itu bisa diatasi, maka Bitcoin juga dapat digunakan dalam portofolio investor sebagai aset safe-haven potensial dan untuk diversifikasi aset,” sebut BOS lagi.
Menurut BOS, investor memerlukan lembaga keuangan yang benar-benar terpercaya untuk dapat menyimpan Bitcoin secara aman.
“Hal lainnya, likuiditas perlu ditingkatkan secara signifikan untuk mengurangi volatilitas ke tingkat yang dapat dikelola,” kata Mansoor Mohi-uddin, Kepala Ekonom Bank of Singapore.
Terkiat volatilitas alias naik turunya harga dalam tempo yang sangat cepat, diakibatkan karena adanya konsentrasi kepemilikan Bitcoin dan volume pasar yang tipis.
Ini merupakan salah satu hambatan terbesar untuk adopsi besar Bitcoin dalam transaksi dunia nyata, menurut Swiss Lombard Odier belum lama ini.
“Bitcoin terkenal sangat tidak stabil karena reli selama setahun terakhir dari US$4.000 (Maret 2020) menjadi lebih dari US$40.000 (awal Januari 2021) dan kemudian kembali ke US$30.000,” kata Mohi-uddin.
Bagai Mohi-uddin Bitcoin juga berkorelasi dengan pasar saham dan aset berisiko lainnya. Dalam krisis keuangan, aset kripto, khususnya Bitcoin lebih mungkin dijual oleh investor selama krisis pasar, seperti yang terjadi pada awal pandemi pada Maret 2020.
Namun peningkatan partisipasi oleh investor institusional seperti manajer aset dengan cakrawala waktu jangka panjang, daripada pembeli ritel atau dana lindung nilai dapat membantu meningkatkan likuiditas, menurunkan volatilitas dan menyebabkan aksi harga lebih didorong oleh fundamental daripada spekulasi, menurut BOS.
“Daya tarik mata Bitcoin di kalangan anak muda sebagian karena adanya nuansa kenyamanan. Bitcoin dan aset kripto lainnya juga mudah disimpan di dompet digital. Ini berbeda dengan logam mulia yang seringkali perlu disimpan di lokasi fisik yang aman dan tidak dapat digunakan dengan mudah untuk transaksi sehari-hari,” tambahnya.
Sisi lain dari ini, adalah, mereka lebih mudah untuk dicuri oleh penipu. Ada juga risiko reputasi karena aset kripto telah banyak digunakan oleh penjahat, pencucian uang, dan pihak lain yang ingin memanfaatkan anonimitas mereka.
74 Persen Transaksi Bitcoin di Bursa Berisiko Pencucian Uang
Kerugian potensial lainnya adalah bahwa kendati pasokan logam mulia relatif terbatas, peluncuran aset kripto baru di masa depan berpotensi dapat mendevaluasi aset kripto lain yang ada saat ini.
Volatilitas aset kripto, katanya tidak memungkinkan aset kripto digunakan dalam transaksi sehari-hari.
Pasokan aset kripto, seperti Bitocin yang terbatas membuatnya tidak dapat memfasilitasi pertumbuhan aktivitas ekonomi. Bahkan pemerintah saat ini cenderung tidak mentolerir tantangan langsung terhadap kedaulatan moneter. Itulah sebabnya beberapa bank sentral telah mengembangkan mata uang digital mereka sendiri menggunakan teknologi blockchain.
“Pemerintah sangat waspada terhadap teknologi apa pun yang berpotensi menggantikan mata uang nasional. Ini akan mengurangi kemampuan pembuat kebijakan untuk menerbitkan uang baru selama krisis ekonomi,” pungkas Mohi-uddin. [|]