Sejumlah bank besar di AS tengah menjajaki peluncuran proyek stablecoin bersama yang menandai langkah bersejarah dalam adopsi teknologi blockchain di sektor keuangan tradisional.
Berdasarkan laporan Reuters, inisiatif ini dipimpin oleh Bank of America, Citi dan Goldman Sachs, dengan partisipasi lembaga keuangan global lain seperti Deutsche Bank, UBS, Barclays, Santander, MUFG dan TD Bank.
Proyek tersebut masih berada pada tahap studi kelayakan dan bertujuan untuk mengkaji kemungkinan penerbitan stablecoin yang dipatok pada mata uang G7, seperti dolar AS, euro, yen dan pound sterling.
Stablecoin ini akan didukung oleh cadangan nyata dengan rasio 1:1 untuk menjaga kestabilan nilainya. Langkah ini menjadi kolaborasi terbesar antarbank tradisional di AS dalam pengembangan aset digital.
“Tujuan inisiatif ini adalah untuk mengeksplorasi apakah penawaran baru di seluruh industri dapat menghadirkan manfaat aset digital dan meningkatkan persaingan di pasar, sekaligus memastikan kepatuhan penuh terhadap persyaratan peraturan dan manajemen risiko praktik terbaik,” ujar bank-bank tersebut dalam pernyataan resmi bersama.
Langkah Strategis Menuju Transformasi Digital
Inisiatif ini mencerminkan pergeseran besar di sektor perbankan, di mana lembaga keuangan tradisional mulai mengintegrasikan teknologi blockchain ke dalam infrastruktur mereka.
Selama ini, pasar stablecoin global didominasi oleh pemain industri kripto seperti Tether (USDT) dan Circle (USDC). Dengan keterlibatan langsung bank-bank besar, proyek ini dinilai sebagai upaya untuk menghadirkan alternatif yang lebih aman, transparan dan sesuai regulasi bagi transaksi digital lintas negara.
Meski belum ada tanggal peluncuran resmi, para bank dilaporkan telah membentuk tim teknis untuk menilai aspek keamanan, efisiensi dan kepatuhan hukum dari proyek stablecoin tersebut.
Tujuannya adalah menciptakan sistem pembayaran digital yang dapat mempercepat transaksi antarbank dan memperluas penggunaan blockchain dalam skala institusional.
Selain itu, langkah ini juga didorong oleh perubahan regulasi di AS setelah disahkannya GENIUS Act pada Juli 2025. Regulasi tersebut memberikan kerangka hukum bagi lembaga keuangan untuk menerbitkan stablecoin berbasis cadangan yang diawasi langsung oleh otoritas keuangan federal.
Undang-undang ini dianggap sebagai pijakan penting bagi bank-bank besar untuk terlibat secara legal dalam penerbitan aset digital.
Dominasi Dolar Digital dan Bayang-Bayang Risiko Baru
Meskipun mendapat sambutan positif dari kalangan industri keuangan, proyek stablecoin bersama ini tidak lepas dari pengawasan regulator.
Otoritas moneter AS menyoroti potensi dampak terhadap stabilitas sistem keuangan, terutama jika stablecoin berskala besar dikelola secara privat. Transparansi cadangan dan audit berkala disebut menjadi syarat mutlak untuk menjaga kepercayaan publik terhadap proyek tersebut.
Selain isu kepatuhan, muncul pula kekhawatiran bahwa ekspansi stablecoin yang diterbitkan oleh bank-bank besar dapat menggeser dinamika pasar keuangan global.
Laporan Standard Chartered memperkirakan, adopsi stablecoin yang semakin meluas bisa menarik simpanan hingga US$1 triliun dari bank-bank di negara berkembang dalam tiga tahun ke depan.
Kondisi ini dikhawatirkan akan menekan likuiditas dan memperbesar risiko ketimpangan ekonomi antarnegara.
Secara global, langkah bank-bank besar AS ini juga mengikuti tren yang berkembang di Eropa dan Asia. Di kawasan Uni Eropa, sejumlah bank tengah mengembangkan stablecoin berbasis euro sesuai kebijakan MiCAR (Markets in Crypto-Assets Regulation).
Sementara itu, lembaga pembayaran internasional SWIFT juga dikabarkan sedang membangun infrastruktur blockchain sendiri untuk memfasilitasi tokenisasi aset lintas negara dan memperkuat efisiensi sistem keuangan global.
Bagi Amerika Serikat, proyek stablecoin bersama ini menjadi bagian dari strategi lebih luas untuk mempertahankan dominasi dolar digital di tengah kompetisi global yang semakin ketat.
Analis menilai, jika proyek ini berhasil, bank-bank besar dapat mengubah cara dunia bertransaksi dan membawa blockchain ke arus utama keuangan tradisional.
Namun, semua pihak sepakat bahwa keberhasilan proyek ini akan bergantung pada koordinasi erat antara bank, regulator dan lembaga pengawasan keuangan.
Dengan pengawasan yang tepat, kolaborasi ini berpotensi menjadi titik balik penting bagi sistem moneter global, di mana kecepatan, keamanan dan transparansi menjadi pilar utama dalam era baru keuangan digital. [st]
Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.