Bank Sentral Rusia belum lama ini menegaskan bahwa mata uang rubel digital bukanlah ancaman bagi bisnis perbankan Negeri Beruang Merah itu.
Pernyataan itu menanggapi pendapat sejumlah bank-bank di Rusia yang mengatakan bahwa rubel digital bisa melemahkan kinerja perbankan, karena nasabah kemungkinan besar menarik dana mereka dengan sistem baru itu.
Bank terbesar di Rusia, Sber misalnya berpendapat bahwa rubel digital kelak merugikan bisnis perbankan hingga 25 miliar ruble atau sekitar US$34 juta.
Kepala Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina, membantah kekhawatiran tersebut. Ia mengatakan, pihaknya tidak melihat peluncuran rubel digital akan menyebabkan pengeluaran atau perubahan dana besar.
Pekan lalu, Sber menghitung bank bisa merugi hingga US$54 milyar dalam tiga tahun pertama sejak peluncuran rubel digital.
Akibatnya, bank-bank akan terpaksa menaikkan suku bunga sebesar 0,5 persen dan membatasi pinjaman bagi ritel dan UKM.
Menanggapi hal tersebut, Nabiullina tidak yakin asal-usul angka-angka itu dan menjelaskan perubahan suku bunga tidak disebabkan rubel digital, melainkan tingkat inflasi dan kebijakan moneter.
Dewan Nasional Pasar Keuangan (NCFM) sepakat dengan Sber. Dalam suratnya kepada bank sentral, NCFM menulis bahwa arus keluar uang dari bank ke sistem rubel digital akan membuat bank tidak stabil dan lebih bergantung kepada pinjaman dari bank sentral.
Demi mencegah hal itu, NCFM menyarankan menggunakan sistem mirip yuan digital Tiongkok, di mana bank sentral membuka akun rubel digital bagi bank komersial, dan bank komersial mengelola rubel digital bagi pengguna ritel.
Regulator keuangan Rusia memberikan sejumlah skenario peluncuran mata uang digital bank sentral (CBDC) beberapa bulan lalu. Sebagian besar skenario yang diusulkan membuat bank komersial khawatir.
Pandemi COVID-19 Dorong Cepat Central Bank Digital Currency (CBDC)
Bank Rusia tampak menginginkan model terpusat, di mana regulator menjadi administrator sistem dan bank-bank membantu meraih pengguna.
Sejumlah lembaga keuangan khawatir bank-bank wajib menggunakan dana sendiri untuk memadukan sistem dubel digital tanpa mendapat keuntungan bisnis.
Laporan Bank Rusia tidak menjelaskan mengapa negara tersebut membutuhkan CBDC, jelas Vladislav Martynov, penasihat Asosiasi Blockchain dan Kripto Rusia (RAKIB). Ia meyakini, dalam situasi sekarang, regulator melihat peluncuran CBDC sebagai peluang menyatukan kekuatan bagi bank sentral.
“Laporan tersebut adalah tentang menciptakan monopoli yang baru, bank negara baru yang akan mendominasi pasar sementara peran bank komersial melemah,” jelas Martynov.
Kekhawatiran lain adalah adopsi rubel digital akan dipaksakan dari atas ke bawah, dan badan usaha negara akan diwajibkan memakainya.
Pemaksaan adopsi dapat menjadi bencana bagi Rusia, seperti beragam kebijakan yang sebelumnya dipaksakan di negara tersebut.
Bank Rusia belum memutuskan apakah rubel digital akan resmi atau tidak. Sejak merilis laporan, bank tersebut mengumpulkan masukan dari publik hingga 31 Desember 2020.
Nabiullina mengatakan, jika pihaknya akan lanjut dengan CBDC, proyek rintisan pertama akan terjadi akhir tahun depan. [coindesk.com/ed]