Monetary Authority of Singapura (MAS) sebagai bank sentral dan otoritas keuangan di Singapura berhasil mengembangkan purwarupa (prototype) pembayaran digital berbasis teknologi blockchain. Dengan teknologi ini, pembayaran bisa dilakukan di untuk seluruh mata uang dalam jaringan yang dikembangkan MAS. Teknologi telah berhasil diujicoba beberapa kali dan dipamerkan dalam Singapore Fintech Festival and Singapore Week of Innovation and Technology (SFF x SWITCH) 2019 yang digelar Senin (11/11) hingga Kamis (15/11).
“Terdapat sejumlah bukti bahwa pembayaran berbasis teknologi blockchain dapat mengefisienkan biaya dan menciptakan kesempatan bisnis baru. Kami berharap sejumlah bank sentral negara-negara lain juga bisa menguji coba hal serupa, dan kami akan segera mempublikasikan spesifikasi teknis agar bisa digunakan oleh publik,” kata Chief Fintech Officer MAS Sopnendu Mohanty, seperti yang dilansir dari Kontan.
Didirikan pada tahun 1972, peran dan fungsi utama MAS adalah mengelola berbagai hukum yang terkait dengan uang, perbankan, asuransi penerbitan, sekuritas dan sektor keuangan pada umumnya, serta mata uang Singapura.
Mohanty menambahkan, jika dikembangkan secara masif oleh banyak negara, pembayaran berbasis blockchain bakal meningkatkan interkonektivitas dan mempercepat penerapan pembayaran lintas negara.
Pengembangan teknologi blockchain yang digagas MAS sendiri dilakukan dengan bekerja sama dengan J.P. Morgan dan Temasek dengan tajuk Project Ubin. Keberhasilan MAS meluncurkan purwarupa juga menandai telah dilaluinya fase keempat Project Ubin yang berfokus tentang integrasi jaringan MAS dengan jaringan blockchain.
Sementara memasuki fase kelima, MAS bakal menyusun sejumlah manfaat yang bakal didapat para pelaku keuangan, maupun teknologi dengan menggunakan jaringan mereka. Hingga kini, MAS mengklaim setidaknya telah ada 40 lembaga keuangan maupun non keuangan yang tertarik bergabung dalam jaringan.
“Kami sangat tertarik untuk menjadi mitra infrastruktur MAS dan Temasek dalam menggelar fase kelima Project Ubin. Dengan kemampuan kami membangun Interbank Information Network (IIN), dan JPM Coin, kami sangat mendukung pengembangan jaringan pembayaran berbasis blockchain,” kata John Hunter, Global Head of Clearing and Interbank Information Network (IIN), J.P. Morgan.
Berdasarkan penelusuran Blockchainmedia.id, ujicoba penerapan blockchain oleh MAS pertama kali diumumkan pada awal Mei 2019 lalu.
Pada saat itu, disebutkan Bank Sentral Kanada (BOC) dan Bank Sentral Singapura (MAS) mengklaim telah berhasil mengujicoba teknologi blockchain untuk pembayaran lintas negara. Ujicoba itu disebutkan menggunakan “mata uang digital” yang diterbitkan oleh bank sentral.
“Ini adalah ujicoba pertama oleh kedua bank sentral dan memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi dan menekan resiko pembayaran lintas negara,” sebut Bank Sentral Singapura melalui situs webnya, Kamis (02/05/2019).
Kedua bank sentral itu sebenarnya sudah meneliti dan mengembangkan teknologi itu sejak tahun 2016 melalui Proyek Jasper-Ubin. Proyek itu mengacu pada penerapan dua teknologi blockchain yang berbeda. Sistem yang digunakan pada BOC berjalan pada platfrom Corda. Sedangkan di MAS adalah Quorum. Proyek Jasper-Ubin juga didukung oleh Accenture dan JPMorgan, bank besar yang belum lama ini membuat token digital berbasis blockchain, JPCoin.
Sopnendu Mohanty, Chief FinTech Officer, MAS, mengatakan Proyek Jasper-Ubin dibangun berdasarkan sejumlah inovasi di sektor pembayaran yang telah ada sebelumnya. Sistem ini telah membuktikan bahwa pembayaran lintas negara dan penyelesaian (settlement) berlangsung lebih sederhana, aman dan lebih efisien dibandingkan dengan sistem konvensional. [Kontan/vins]