Perusahaan masuk metaverse mungkin sekadar iseng-iseng, tetapi mungkin tidak karena semakin banyaknya arus modal masuk ke dalamnya. Apakah jajak pendapat berikut ini mengharuskan mereka berpikir ulang? Atau bersandar pada proyeksi Citi, bahwa nilai bisnis metaverse bisa menjadi US$13 triliun pada tahun 2030?
Pendiri Evernote Phil Libin, pada awal tahun 2022 mengatakan, bahwa banyak hype soal metaverse saat ini tidak lebih dari sekadar iseng-iseng. Bahkan beberapa eksekutif di perusahaan yang menggembar-gemborkan rencana metaverse mereka terdengar agak membingungkan, atau sengaja memang tidak jelas, tentang apa itu metaverse dan bagaimana bentuknya di masa depan. Hasil jajak pendapat baru ini mungkin kian menegaskan “iseng-iseng” itu.
Sebelumnya lagi, Wakil Presiden Metaverse Facebook, Vishal Shah, mengatakan kepada CNBC pada Oktober 2021, bahwa investasi perusahaan di metaverse mungkin tidak akan membuahkan hasil selama 15 tahun.
“Investasi tersebut akan membutuhkan adopsi teknologi futuristik secara luas, termasuk headset VR,” katanya.
Perusahaan Masuk Metaverse Sekadar Iseng?
Asal tahu saja, gagasan metaverse oleh Mark Zuckerberg juga belum kelihatan hingga detik ini, sejak dicanangkan pada akhir Oktober 2021 lalu.
Sementara itu, penerbit game dan dunia metaverse seperti Decentraland punya semakin banyak pengguna, utamanya dari perusahaan-perusahaan ternama, karena lebih berciri khas blockchain dan kripto dan NFT.
Nah, ada satu hasil jajak pendapat baru yang mungkin menegaskan kebingungan publik saat ini soal wujud nyata metaverse.
Soal Metaverse, Warga AS Bingung dan Apatis
Menurut survei baru -baru ini terhadap lebih dari 2.500 orang dewasa AS, orang-orang saat ini lebih cenderung “takut” terhadap metaverse daripada bersemangat dan mencari tahu. Survei, yang berlangsung 23-25 Maret 2022 oleh Axios dan Momentive itu menanyakan responden apakah gagasan metaverse membuat mereka “lebih bersemangat atau takut tentang masa depan.”
Hasilnya, Hanya 7 persen dari responden yang mengatakan gagasan tentang metaverse–dunia virtual tempat Anda dapat berinteraksi dengan teman dan rekan kerja, bermain game, dan menonton acara langsung, semuanya dengan headset VR–membuat mereka “lebih bersemangat” tentang masa depan.
Dan hampir sepertiga responden mengatakan hal itu membuat mereka “lebih takut”.
Dan sekitar 58 persen-menjawab “tidak keduanya”, menunjukkan bahwa mayoritas orang Amerika masih memperlakukan gagasan metaverse dengan ketidakpedulian relatif.
Itu sangat cocok dengan temuan jajak pendapat lainnya, di mana 60 persen respondennya tidak terbiasa dengan gagasan metaverse.
Apatisnya orang Amerika terhadap metaverse, yang dicerminkan dengan “sikap takut” itu bisa jadi mengkhawatirkan bagi perusahaan yang telah menginvestasikan miliaran dolar untuk mengembangkan dunia virtual mereka sendiri, mulai Meta dan Microsoft hingga Disney dan perusahaan game seperti Roblox dan Epic Games.
Demi Metaverse, Microsoft Beli Activision Blizzard, Setara Rp986,46 Triliun
Belum lagi investor individu yang telah mengeluarkan jutaan dolar untuk mendapatkan tanah virtual di metaverse Decentraland dan The Sandbox.
Jika jajak pendapat baru-baru ini merupakan indikasi sahih dan benar-benar mewakili, maka perusahaan yang punya duit investasi besar di metaverse, perlu berpikir ulang.
Pun mungkin lagi, metaverse itu memang sudah nyata dan benar-benar dirasakan sebagian orang, yang memang sudah dipahami sangat efektif untuk berkomunikasi dengan cara baru, kendati baru segelintir.
Metaverse Bernilai US$13 Triliun
Sebagai catatan di sini, Citi Group sudah memproyeksikan bahwa nilai bisnis metaverse bisa bernilai US$13 triliun pada tahun 2030. Artinya, perlu waktu daripada sekadar hasil jajak pendapat yang sangat terbatas saat ini. [ps]