Ketidakpercayaan di antara para anggota Partai Demokrat Thailand, mendorong partai tersebut mengandalkan teknologi blockchain untuk memilih pemimpin baru. Selama 1-9 November 2018, lebih dari 120 ribu suara dikumpulkan menggunakan blockchain Zcoin yang dikembangkan di Thailand. The Nation melansir, Sabtu (1/12), hal ini adalah pertama kalinya teknologi blockchain digunakan dalam politik Thailand.
Zcoin adalah sistem uang kripto desentralistik dan open-source yang menyimpan data di blockchain serta memiliki fitur anonimitas bagi penggunanya. Penemu dan developer utama Zcoin, Poramin Insom, membantu Partai Demokrat memanfaatkan teknologi baru ini yang lebih transparan serta mengandung beragam manfaat lainnya.
Menurut Poramin, para kandidat pemimpin partai serta panitia pemilihan internal cemas tentang cara menyimpan data pemilihan suara secara aman, sebab bisa terjadi pemalsuan data dan ketidakadilan lainnya dalam proses pemilihan.
Kecemasan tersebut dijawab oleh blockchain, di mana penyimpanan data mencegah perubahan tanpa izin, sebab modifikasi apapun harus atas kesepakatan mayoritas pemangku kepentingan.
Poramin berkomentar kepada The Nation Weekend, walau blockchain Zcoin menjamin anonimitas pemilih, partai tersebut memilih opsi di mana hasil voting bisa diperiksa kembali. Peristiwa tersebut adalah voting elektronik berskala besar pertama di Thailand, yang melibatkan dua set data: dokumen identitas dan hasil penghitungan suara.
Data pemilihan suara dienkripsi dan disimpan dalam IPFS (InterPlanetary File System), sebuah sistem penyimpanan data yang terdesentralisasi dan terdistribusi. Hash IPFS ini kemudian disimpan di dalam blockchain Zcoin, yang bertindak sebagai database desentralistik permanen yang bisa diaudit oleh panitia pemilihan partai dan para kandidat pemimpinnya.
Data voting hanya bisa didekripsi jika ada lima pihak yang hadir dan menyetujuinya, yaitu tiga perwakilan masing-masing kandidat, perwakilan panitia pemilihan dan Partai Demokrat.
Hasil dari pemilihan suara tersebut cukup ketat bagi kedua kandidat teratas. Mantan perdana menteri Abhisit Vejjajiva mendapatkan 67.505 suara, sedangkan pesaingnya, Warong Dechgitvigrom meraih 57.689 suara.
“Blockchain Zcoin menjadi solusi yang cocok bagi kondisi unik pemilihan suara ini untuk merekam hasil suara serta membuka pintu bagi pengembangan lanjut sistem e-voting di Thailand,” jelas Poramin.
Kendati berhasil, Poramin berkata penggunaan blockchain sebaiknya dipersiapkan jauh-jauh hari demi memastikan proses yang lancar. Sebab, kesalahan teknis dapat membuat pihak yang skeptis menduga adanya kecurangan dan mencoreng reputasi blockchain.
Menurut Poramin, Thailand memiliki potensi menggunakan blockchain bagi pemilihan umum nasional dan sangat mungkin melakukannya dalam beberapa tahun ke depan jika ada permintaan dari pemilih serta para kandidat. Ia berkatam panitia pemilu dapat membuat mesin voting elektronik dan memakai blockchain untuk menyimpan datanya.
“Saya percaya kita telah mencapai terobosan yang besar bagi sejarah politik Thailand. Saya berharap partai politik lain, atau bahkan pemerintah lain di wilayah sekitar Thailand, dapat memakai blockchain untuk melakukan e-voting skala besar,” lanjut Poramin.
Sementara itu, partai politik baru seperti Partai Moderat dan Partai Future Forward juga berencana memanfaatkan teknologi baru. Partai Future Forward mengandalkan cloud computing bagi operasionalnya sehari-hari.
Klaikong Vaidhyakarn dari Partai Future Forward berkata, urusan administrasi, komunikasi internal dan surel, serta sistem donasi semua terhubung melalui situs resmi futureforwardparty.org. Ia mengklaim sistem ini dapat dipercaya dan memiliki protokol verifikasi yang menyaingi standar aplikasi perbankan. Tetapi tampaknya partai tersebut belum menggunakan teknologi blockchain, sehingga harus dilihat apakah mereka akan memindahkan sistem daring mereka ke sebuah platform blockchain. [ed]