Hester Peirce yang terkenal membela keunggulan Bitcoin, berlanjut sebagai komisioner di Securities and Exchange Commission (SEC), Amerika Serikat (AS) hingga 5 tahun ke depan.
Bagi pelaku pasar aset kripto di AS, terpilihnya kembali Peirce sebagai komisioner di SEC mungkin adalah tambahan angin segar. Pasalnya Peirce terkenal sebagai pembela Bitcoin, walaupun secara kelembagaan SEC kerap bersikap keras terhadap aset kripto yang bersifat sekuritas.
Sikap Peirce memang kerap berseberangan dengan komisioner lain. Tetapi jabatannya 5 tahun ke depan bisa membawa pengaruh pada “struktur kekuasaan aset kripto” di Negeri Paman Sam itu. Senat masih meyakini “Crypto Mom” itu memperkuat SEC untuk urusan sektor aset kripto.
Bitcoin Tumbuh di AS
Maklumlah, pangsa pasar aset kripto di AS kian bertumbuh, khususnya ketika Kantor Pengawas Dolar (OCC) sudah melemparkan peluang besar bagi bank di AS untuk mengelola aset kripto milik nasabah.
Belum lagi perusahaan raksasa asal AS, yakni Visa dan Mastercard sudah mengumandangkan membuka gerbang sebesar-besarnya bagi banyak perusahaan sebagai mitranya untuk menerbitkan kartu debit aset kripto.
Peirce dicalonkan kembali bulan lalu, kemudian terpilih melalui pemungutan suara di Senat AS pada 5 Agustus 2020 lalu. Keputusan ini akan memperpanjang masa jabatannya selama kurang lebih lima tahun hingga 5 Juni 2025.
Bela Blockchain dan Aset Kripto
Sikap apik membela blockchain dan aset kripto oleh Peirce tampak kental soal kasus Telegram. SEC secara kelembagaan tegas melarang investasi aset kripto GRAM oleh besutan Telegram di AS. Aset kripto GRAM dan blockchain TON-nya pun berakhir sebelum berkembang.
Namun Peirce pasang badan di depan publik dengan mengatakan bahwa proyek oleh Telegram itu sangat bermanfaat dan berniat baik mematuhi undang-undang sekuritas di AS. Tetapi pengadilan membela SEC.
Peirce juga pernah mengkritik penolakan Exchanged-Traded Fund (ETF) Bitcoin oleh SEC pada Februari 2020 silam.
Peirce berpendapat bahwa SEC “tersesat” ke dalam wilayah regulasi prestasi yang tidak terbatas dan berbahaya. Katanya lagi, aturan SEC tertentu memiliki satu tujuan, yakni untuk mencegah Bitcoin keluar dari pasar kita (AS-Red).
Pernyataan Peirce yang terakhir itu jelas mencerminkan pemahamannya yang mendalam soal potensi pasar Bitcoin di negerinya sendiri. Setidaknya, kita bisa mengacu hash power tambang Bitcoin dari AS yang mencapai 7,24 persen. Memang masih kalah jauh dari Tiongkok yang mendominasi hingga 65 persen
(lihat data dari Cambridge Bitcoin Electricity Consumption Index).
Pada akhir 2019, Peirce menyarankan bahwa SEC harus mencari peraturan yang lebih berpikiran maju. Bahkan dia mengusulkan ada satu aturan yang mantap sebagai “tempat berlindung” yang aman untuk token utilitas.
Dia kemudian menindaklanjuti ini dengan mengusulkan kerangka kerja “safe harbour” pada Februari 2020, yang relatif lunak terhadap token berbasis teknologi blockchain yang terbatas pada aplikasi komersial, daripada aplikasi investasi.
Masalahnya adalah, Hester Peirce hanya seorang diri di SEC, walaupun dibantu publik yang membela Bitcoin. Warga AS mungkin bisa membayangkan Peirce kelak bekerjasama dengan OCC memajukan Bitcoin dari sektor perbankan. [red]