Beberapa hari yang lalu, HTC, produsen telepon selular asal Taiwan mengumumkan “CryptoPhone” terbarunya, HTC Exodus 1s. Model ini adalah model termurah dari model pertama, yakni Exodus 1. Tak tanggung-tanggung Exodus 1s diklaim sebagai “HP Bitcoin” karena mampu menangani “tugas berat”, yakni Bitcoin Full Node, yang selama ini lazim dijalankan di komputer desktop atau laptop atau perangkat khusus.
Exodus 1s pada prinsipnya sama dengan ponsel biasa, yakni bersistem operasi Android Oreo dan berkekuatan Qualcomm® Snapdragon 435. System on a chip (SOC) itu pun sebenarnya tak terlalu baru, karena diluncurkan pertama kali pada tahun 2016 silam dan kini lazim ditanam di sejumlah ponsel-ponsel kelas medium.
Mengingat ponsel ini adalah ponsel blockhain, atau yang disebut HTC adalah CryptoPhone, maka amat sangat bergantung pada mutu wallet-nya agar transaksi Bitcoin dan semua jenis aset kripto aman sentosa. Dalam hal ini HTC menyerahkan tugas itu pada Zion, yang punya Trusted Execution Environment (TEE) untuk melindungi private key dan data penting pengguna.
Nah, setiap transaksi terjadi, maka TEE ini secara otomatis aktif dan mengisolasinya untuk sementara dari sistem operasi Android. Dengan kata lain, Android yang senantiasa terhubung dengan Internet tidak bakal disusupi oleh peretas nakal, sehingga ia bisa masuk ke wallet dan menyalin private key.
Dan asal tahu saja ada dua orang cukup ternama di balik Exodus ini, yakni Elizabeth Stark (pendiri Lightning Lab)Â dan Charlie Lee (Pendiri dan Direktur Litecoin Foundation).
Bitcoin Full Node di HP?
Dalam konteks Internet (Interconnected Network), yang disebut node adalah semua perangkat elektronik yang terhubung dengan jaringan tersebut. Ponsel Anda ketika membuka situs web ini misalnya adalah node terhadap jaringan yang saling terhubung itu. Jika lemari es Anda bisa punya fitur WiFi dan bisa mengakses internet melalui browser (peramban), maka lemari es itu juga adalah sebuah node.
Dalam konteks blockchain Bitcoin, setidaknya ada 4 jenis node, yakni Full Nodes, Super Nodes, Light Nodes dan Mining Nodes. Peran dan fungsi dasar Full Nodes, Super Nodes dan Light Nodes adalah sama.
Bitcoin Full Node dan Super Node atau Simpul Penuh Bitcoin adalah salah satu bagian terpenting dari sistem uang elektronik peer-to-peer Bitcoin. Sebuah simpul yang disebut “full” adalah semua perangkat elektronik yang mampu menyimpan semua data blockchain (data transaksi), mulai dari block awal (block 0) hingga blok terakhir dan terhubung dengan jaringan Bitcoin melalui Internet. Berdasarkan data dari Blockchain.com, per 17 Oktober 2019, total ukuran blockchain Bitcoin mencapai 245.000 MB (245 GB) dan akan terus bertambah seiring waktu.
Data terakhir dari bitnodes.earn.com disebutkan, jumlah Bitcoin Full Node mencapai 9.310 node yang tersebar di 97 negara. Lebih dari seperempat berada di Amerika Serikat (AS) dan ada dua node di Indonesia. Tapi ditaksir jumlahnya lebih daripada itu, karena tidak semua address IP komputer Bitcoin Full Node itu bisa dijangkau dan terdata di sistem bitnodes.earn.com. Setidaknya kita memiliki acuan dan bukti bahwa Bitcoin Full Node itu ada dan merupakan bagian terpadu dari sistem blockchain Bitcoin.
Jikalau Anda ingin menjadi Bitcoin Full Node, maka Anda diharuskan mengunduh, menyimpan ratusan GB data blockchain tersebut di komputer Anda. Salah satu peranti lunak yang dapat digunakan adalah Bitcoin Core alias Bitcoin Qt. Dengan kecepatan unduh yang cukup cepat dan stabil, perlu lebih dari 14 hari untuk selesai mengunduhnya. Fungsi lain dari Bitcoin Core pun sebenarnya adalah dompet elektronik (wallet) Bitcoin “untuk menyimpan Bitcoin” dengan cara menghubungkan public key dan private key dan data terunduh dengan jaringan blockchain Bitcoin. Fungsi lain tentu saja Bitcoin Core digunakan untuk menambang Bitcoin. Tetapi penambang Bitcoin saat ini menggunakan software lain yang berfungsi serupa.
Sedangkan Mining Nodes berperan lebih khusus dalam fungsinya dalam proses “Penambangan Bitcoin”, yakni memvalidasi dan mengonfirmasi setiap transaksi Bitcoin dan “produksi Bitcoin” sebagai bentuk imbalan per 10 menit (per block).
Yang terakhir, Light Nodes adalah simpul yang tidak sepenuhnya mengunduh semua data blockchain ratusan GB itu. Light Nodes cukup “memanggil” data header pada block bilamana dibutuhkan. Cold wallet Ledger dan Trezor misalnya menggunakan Light Nodes. Cara ini lebih pada kepraktisan, tetapi tetap aman.
Dari sekian banyak jenis node itu, Full Nodes/Super Nodes adalah yang paling aman, karena semua data blockchain terunduh, tersimpan dan terhubungkan.
Nah, mari mengulik soal HTC Exodus 1s yang disebut bisa berperan sebagai Bitcoin Full Node itu. Secara teknis iya, semua perangkat elektronik termasuk ponsel bisa berperan sebagai Bitcoin Full Node, tetapi ada sejumlah syarat. Pertama, perangkat itu harus mampu menyimpan data blockchain Bitcoin lebih dari 200 GB. Di website, HTC menyebutkan Exodus 1s sudah dilengkapi Micro SD berkapasitas 400 GB dan di dalamnya sudah tersimpan sebagian data blockchain.
Masalahnya yang belum terungkap adalah spesifikasi Micro SD itu. Belum ada informasi soal kecepatan baca (read speed) dan kecepatan tulis (write speed) Micro SD-nya. Lazimnya, media simpan di komputer berteknologi SSD (Solid Secure Disk), read speed dan write speed sudah mencapai ribuan Byte per detik. Untuk menjadi Bitcoin Full Node biasanya minimal media simpannya harus punya read speed dan write speed lebih dari 100 MB per detik. Selain itu RAM minimal 4GB, yang mana sudah dipenuhi oleh Exodus s1
Dalam konteks Micro SD sebagai media simpan, hingga detik ini sangat jarang Micro SD berkekuatan seperti itu. Belum lagi kita belum tahu kemampuan Micro SD Reader Exodus 1s itu.
Berdasarkan penelusuran Blockchainmedia.id, salah satu Micro SD yang memenuhi syarat minimal itu adalah SanDisk 400GB Extreme microSDXC yang diklaim punya read speed mencapai 160 MB per detik dan write speed 90 MB per detik. Untuk mencapai besaran itu, maka Micro SD Reader yang digunakan di Exodus 1s pun harus sesuai.
Di awal pengiriman, Exodus 1s sudah tersedia di Eropa, Taiwan, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Untuk negara lain segera menyusul dan belum ada kepastian apakah bisa masuk ke Asia, termasuk Indonesia.
Harus diakui HTC memanglah perintis soal “HP Bitcoin” seperti ini dan barangkali hendak menjadi trend setter. Jikalau disambut pasar dengan baik, bisa jadi diikuti oleh produsen HP lainnya. Kita menanti dan bukan sekadar marketing gimmick. [Vins]