Binance Akan Mendirikan Bursa Kripto di Indonesia, Bermitra dengan BCA dan PT Telkom?

Binance yang dikomandoi oleh Changpeng Zhao disebut akan membentuk bursa kripto baru di Indonesia dengan bekerjasama dengan PT Bank Central Asia (BCA) dan PT Telkom Indonesia.

Hal itu diwartakan kali pertama oleh Bloomberg, Jumat (10/12/2021) berdasarkan sumber anonim.

“Binance Holdings sedang dalam pembicaraan dengan keluarga terkaya di Indonesia, Hartono dan operator telekomunikasi milik negara untuk mendirikan bursa kripto, menurut orang-orang yang mengetahui hal itu,” sebut Bloomberg.

Keluarga Hartono, yang juga pemilik perusahaan Djarum adalah penguasa saham terbesar, sekitar 51 persen di BCA sejak Desember 2010. Data di situs resmi BCA, per 31 Oktober 2021 keluarga Hartono, lewat PT Dwimuria Investama Andalan menguasai 54,94 persen saham perusahaan publik itu.

Budi Hartono dan Michael Hartono masih bergelar orang terkaya di Indonesia, versi majalah Forbes tahun 2021.

Jika kemitraan antara Binance, BCA dan PT Telkom benar terwujud, maka itu akan menjadi kemitraan terbesar di industri kripto di wilayah Asia.

Indonesia sendiri dikenal gemar “bermain kripto”, termasuk yang terbesar di Asia Tenggara.

Di Indonesia, kripto dikategorikan sebagai komoditas, bukan sebagai alat pembayaran. Jumlah pengguna berlipat ganda sejak tahun lalu, melampaui pengguna di bursa saham lokal. Oleh MUI, kripto disebut haram dalam sebuah fatwa.

Direktur Utama BCA: Blockchain Tekan Biaya Operasional Bank

Sumber anonim itu mengatakan kepada Bloomberg, bahwa Binance juga menjalin kemitraan dengan pihak lainnya.

Juru bicara Binance menolak berkomentar soal itu, namun secara umum pihaknya menyampaikan, bahwa mendukung pertumbuhan berkelanjutan dari industri kripto secara global dan terus mencari peluang bisnis.

“Kami mendukung pertumbuhan berkelanjutan dari industri blockchain secara global dan kami terus mencari peluang bisnis di setiap negara,” kata juru bicara itu.

Sementara itu, Telkom Indonesia disebut Bloomberg memang sedang sedang mempelajari peluang baru untuk bermitra dengan perusahaan berpengaruh melalui modal ventura MDI Ventures, mengingat potensi di pasar blockchain dan kripto di Indonesia, menurut Ahmad Reza, Wakil Presiden Senior Telkom Indonesia.

Namun, menurut perwakilan BCA, pihaknya belum membahas investasi strategis seperti itu pada rapat dewan. Berdasarkan penelurusan Redaksi Blockchainmedia.id, pada Oktober 2021, BCA sendiri mengakui arus transaksi terkait kripto lewat layanan digital BCA naik pesat.

“Exchanger juga luar biasa. Ini pendukung kripto. Kita lihat begitu banyak transaksi kripto in the market. Ini juga meningkat luar biasa,” ujar Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, dilansir dari TheIconomics.com.

Bank-bank di Asia Tenggara memang semakin mempertimbangkan masuk ke bisnis kripto. DBS Group Holdings misalnya punya DBS Digital Exchange.

Psst… Ada Bitcoin Cs di Bank DBS Singapura

Di Thailand ada Siam Commercial Bank, bank tertua di Thailand, yang berencana akan mengakuisisi 51 persen saham Bitkub Online senilai 17,85 miliar baht (US$530 juta) untuk memperluas bisnis aset digitalnya.

Sebelumnya, Binance punya investasi di bursa kripto Tokocrypto, salah satu crypto exchange terbesar di Indonesia.

Grup Djarum Berinvestasi di Bisnis Kripto

Grup Djarum sendiri punya perusahaan ventura, GDP Venture yang belum lama ini berinvestasi di perusahaan crypto exchange asal Selandia Baru, Easy Crypto.

Dilansir dari TechinAsia, 8 Oktober 2021 lalu, dana segar yang diperoleh Easy Crypto hendak digunakan untuk mengakselerasi perkembangan perusahaan dan melakukan ekspansi ke Indonesia dan negara lain di Asia Tenggara.

CEO Easy Crypto, Janine Grainger menilai investasi ini menjadi tonggak penting bagi perusahaannya dan masa depan teknologi blockchain.

Selain berinvestasi di GoJek, GDP Venture juga punya portfolio di sejumlah media, di antaranya adalah Kumparan, IDNTimes, Narasi, Kaskus, Opini.id dan lain sebagainya. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait