Pasar derivatif kripto sempat terasa lesu di awal tahun, namun semua berubah ketika bulan Mei tiba. Berdasarkan data on-chain yang dibagikan analis Darkfost dari CryptoQuant, Binance telah mencetak rekor volume perdagangan futures atau berjangka lebih dari US$1,6 triliun.
Angka ini bukan cuma besar, tapi jadi yang tertinggi di sepanjang tahun 2025. Satu hal yang jadi sorotan, bukan cuma volumenya yang melonjak, tapi juga apa yang dibisikkan oleh angka tersebut soal kondisi pasar secara keseluruhan.
Binance Tetap di Atas Angin, Bahkan saat Regulasi Makin Ketat
Dominasi Binance di ranah bursa terpusat (CEX) bukan cerita baru. Tapi yang menarik, perusahaan ini mampu terus mempertahankan posisi puncaknya meskipun tekanan regulasi dari berbagai wilayah, terutama dari Eropa dan AS, semakin ketat.
Binance saat ini tercatat telah menyesuaikan diri dengan kerangka regulasi MiCA dari Uni Eropa, salah satu sistem pengawasan paling ketat di dunia. Langkah ini seolah jadi perisai kepercayaan, baik untuk pengguna ritel maupun institusi yang tidak mau sembarangan bermain di arena berisiko tinggi.
Di sisi lain, pesaing-pesaing Binance seperti Bitget, Coinbase, Kraken dan Bitfinex memang masih terus bertarung, namun belum mampu menandingi skala dan kecepatan adopsi yang ditunjukkan Binance. Ini membuat Binance bukan cuma sebagai pemimpin, tetapi juga sebagai tolok ukur untuk membaca arah pasar secara lebih luas.
Menurut Darkfost, lonjakan volume berjangka di Binance adalah cerminan dari kembalinya rasa percaya diri para spekulan.
“Lonjakan aktivitas ini jelas mencerminkan gelombang spekulasi dan keterlibatan pasar yang baru, yang mungkin memainkan peran penting dalam mendukung momentum bullish Bitcoin baru-baru ini,” ujarnya.
Pernyataan itu terasa pas jika melihat bagaimana pasar kripto belakangan ini terasa “hidup” lagi. Setelah beberapa bulan stagnan, investor mulai lebih berani membuka posisi di pasar derivatif, yang biasanya menjadi medan bagi mereka yang ingin untung besar dalam waktu singkat, meski dengan risiko lebih tinggi.
Di Balik Volume Besar, Ada Risiko Tersembunyi
Namun demikian, ada sisi lain dari cerita ini yang patut dicermati. Pasar berjangka memang menawarkan potensi cuan besar, tapi juga menyimpan jebakan tersembunyi.
Perdagangan leverage tinggi bisa jadi pedang bermata dua, di mana satu sisi menawarkan potensi keuntungan berlipat, sisi lainnya membuka risiko likuidasi massal yang bisa membuat pasar terpukul dalam hitungan menit.
Ketika open interest di pasar berjangka terlalu tinggi, situasi menjadi rapuh. Dalam dunia nyata, ini seperti menumpuk kartu domino, begitu satu roboh, semuanya ikut jatuh.
Dan di dunia kripto, kita tahu betul betapa cepatnya pasar bisa bereaksi. Tak jarang, pergerakan harga ekstrem justru dipicu oleh gelombang likuidasi berantai dari posisi leverage yang terlalu optimis.
Binance Jadi Barometer Arah Pasar
Lebih lanjut lagi, lonjakan volume yang terjadi di Binance juga membuat platform ini kian relevan sebagai indikator sentimen pasar. Para analis sering menjadikan data dari Binance sebagai barometer, bukan cuma karena skalanya, tetapi juga karena seberapa luas jangkauan penggunanya di seluruh dunia.
Dari investor ritel pemula hingga institusi besar, banyak yang menjadikan Binance sebagai tempat utama untuk membuka posisi berjangka.
Dengan kondisi seperti ini, tren volume berjangka bisa menjadi petunjuk penting untuk membaca arah jangka pendek pasar.
Misalnya, apakah euforia mulai berlebihan? Atau justru ada potensi konsolidasi yang akan datang? Semua itu bisa dilihat dari pergerakan di Binance, yang kini ibarat jendela untuk mengintip psikologi kolektif para pelaku pasar.
Tentu saja, pertanyaan besarnya sekarang adalah, apakah momentum ini bisa bertahan lama? Pasar kripto terkenal dengan sifatnya yang cepat berubah. Hari ini bullish, besok bisa bearish tanpa aba-aba.
Tapi satu hal yang pasti, lonjakan volume berjangka sebesar ini tidak terjadi begitu saja. Ada energi besar yang sedang menggerakkan pasar, dan untuk saat ini, Binance tampaknya berada di pusat pusaran itu. [st]