Binance memutuskan menutup akses produk Binance Derivatif (termasuk di dalamnya futures contract) di Hong Kong. Masyarakat di negeri segera tidak bisa mengakses lagi produk bernilai kripto unggulan bursa itu.
“Pengguna Binance dari Hong Kong tidak akan dapat membuka akun produk derivatif baru. Juga, mulai dari tanggal yang akan diumumkan dalam pemberitahuan selanjutnya, pengguna dari Hong Kong akan memiliki masa tenggang 90 hari untuk menutup posisi terbuka mereka. Selama masa tenggang, tidak ada posisi baru yang dapat dibuka,” sebut Binance dalam pengumuman resmi, Jumat (6/8/2021).
Menurut Binance, langkah ini diambil selaras dengan misi barunya, yakni mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah di setiap negara.
“Produk Derivatif itu termasuk, futures, options, margin dan token leverage,” sebut Binance.
Langkah serupa dilakukan bursa pimpinan Changpeng Zhao itu pada pekan lalu dengan meniadakan layanan kepada warga dari Eropa. Itu dimulai dari Jerman, Italia dan Belanda.
Keputusan Binance ini tergolong besar, sebagian bagian dari upaya reformasi inti di tubuh bursa raksasa yang lahir dari Tiongkok pada tahun 2017 silam itu.
Pun itu berpangkal dari sejumlah teguran dari banyak negara, bahwa Binance “beroperasi secara ilegal” dan tidak mematuhi aturan.
Malaysia misalnya melarang keras Binance melayani lagi warga mereka untuk mengakses situs Binance.com, termasuk aplikasi utamanya. Hal serupa datang dari Thailand, Italia, Inggris dan lain sebagainya.
Binance sendiri sejak awal terkesan “memperbaiki dirinya”, karena merekrut sejumlah tokoh penting dan berpengalaman di bidang keuangan dan hukum untuk segera beradaptasi dengan regulasi.
Ini tampaknya berdampak cukup baik terhadap pasar aset kripto, di mana harga Bitcoin (BTC) sendiri melonjak “girang” sejak 20 Juli 2021.
Sejumlah bank besar pun menarik diri dari Binance. Pada 4 Agustus 2021 lalu misalnya HSBC memutuskan memblokir pelanggannya di Inggris dari menggunakan kartu kredit untuk melakukan pembayaran ke bursa kripto Binance.
Di saat yang hampir bersamaan, dilansir dari Bloomberg, Jumat (30/7/2021), Badan anti-pencucian uang India tengah memeriksa apakah Binance Holdings terlibat dalam dugaan pencucian uang di bursa kripto WazirX. Binance mengakuisisi WazirX pada tahun 2019 silam. [red]