Exchange ataupun bursa kripto di Indonesia kian bertambah jumlahnya. Para pengelola tentu sudah menyiapkan jurus-jurus agar pengguna datang berbondong-bondong dan tetap betah bertransaksi. Apalah arti kripto tanpa pembeli.
Salah satu bursa perdagangan kripto yang baru diluncurkan tahun ini di Indonesia adalah Bitocto yang resmi beroperasi pada Mei 2018 lalu. Saat ini, bursa yang beroperasi di bawah PT Wahyucipta Mandirikarya ini diklaim sudah memiliki lebih dari 15.000 pengguna.
Milken Jonathan, CEO Bitocto mengungkapkan, hingga satu tahun ke depan pihaknya menargetkan jumlah pengguna bisa mencapai 200.000. Tentu perlu kerja keras untuk mencapainya. Ia mengatakan, mulai tahun depan akan melakukan strategi pemasaran secara masif, baik secara online maupun offline.
“Kami akan melakukan edukasi tentang apa ituu cryptocurrency, bagaimana cara memulai investasi, apa yang harus diketahui sebelum memulai investasi dan sebagainya. Kami akan lebih sering menyelenggarakan seminar dan trading workshop,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (4/12).
Tak hanya pemasaran, Bitocto juga akan me-listing lebih banyak lagi aset digital untuk memberikan banyak pilihan kepada pengguna. Saat ini, sudah ada tiga kripto yang diperjualbelikan di Bitocto, yaitu Bitcoin, DigiByte dan Dogecoin.
“Semua akan di-pairing dengan rupiah,” ujar Jonathan.
Rencananya akhir Desember ini, Bitocto akan menambahkan kripto baru yaitu Ether (ETH). Dan di tahun depan, tentu akan kembali menambahkan kripto lainnya. Tetapi, kata Jonathan, Bitocto fokus menjual kripto dengan kapitalisasi pasar besar saja, yaitu yang masuk dalam daftar 50 besar versi Coinmarketcap.com.
“Kami ingin menambahkan aset-aset yang belum ada di pasar Indonesia, tetapi cukup popular secara global. Salah satu contoh adalah DigiByte yang sekarang sudah ada di tempat kami. Kami mendapatkan respons yang cukup positif dari pasar Indonesia, karena kami satu-satunya yang menyediakan market untuk kripto itu di Indonesia untuk dibelikan dengan mata uang rupiah,” ujarnya.
Dari sisi tampilan, Bitocto memang dirancang sesederhana mungkin dan lebih “ramah” bagi pengguna, bahkan pengguna baru sekalipun.
“Kami memiliki user interface yang cukup sederhana untuk pemula maupun profesional,” ujarnya.
Dari sisi biaya, menurutnya biaya transaksi juga relatif murah dibandingkan lapak kripto lainnya. Untuk trading fee, misalnya, Bitocto membuatnya dalam 10 level, tergantung akumulasi nilai transaksi pengguna di Bitocto.
Saat pertama kali memulai di mana akumulasi biaya transaksi masih di bawah Rp150 juta, trading fee dikenakan sebesar 0,2 persen. Biaya ini semakin berkurang seiring dengan akumulasi jumlah transaksi pengguna. Pada level ke-10 di mana akumulasi nilai transaksi penguna sudah mencapai Rp15 miliar dan seterusnya, trading fee dikenakan sebesar 0,14% secara permanen.
Untuk biaya penarikan, Bitocto juga menggunakan sistem yang berbeda dengan lapak lainnya. Jika biasanya menggunakan persentase tertentu, di Bitocto ditetapkan secara flat. Untuk penarikan Rp5 juta ke bawah hanya dikenakan biaya sebesar Rp25.000. Dan untuk penarikan lebih dari Rp5 juta dikenakan biaya sebesar Rp50.000.
Bagaimana dengan keamanan aset nasabah? Banyak laporan menunjukkan sejumlah bursa kripto kerap dibobol oleh peretas dan sejumlah aset kripto berhasil dicuri. Nah, untuk mengatisipasi ini, Bitocto menyimpan 90 persen aset nasabah di dalam cold wallet yang tidak terkoneki dengan Internet. Sedangkan sisanya, 10 persen disimpan di hot wallet. [jul]