Bitcoin berpotensi masih menguat, kendati gagal masuk ke level US$10.500. Pada 13 Februari 2020 pukul 14.00 WIB Bitcoin hanya mampu menclok di US$10.400 secara global berdasarkan data dari Coinmarketcap, lalu turun cukup dalam ke US$10.200.
Christopher Tahir dari Komunitas CryptoWatch menyebutkan, bahwa saat ini Bitcoin baru saja saja melakukan retest di garis trend yang terbentuk sejak Juli tahun 2019 lalu.
“Hal itu berarti sudah ada penegasan bahwa garis tersebut valid di akhir Agustus silam, ditambah lagi dengan adanya pantulan kuat di Oktober 2019 lalu. Maka, garis ini terbilang adalah garis yang signifikan,” katanya, pagi ini, Jumat (14 Februari 2020).
Tambahnya, awal minggu ini harga sempat “bergumul” di area garis selama 2 hari, sebelum akhirnya dibalas dengan kenaikan kuat, namun tidak dilanjutkan dengan kenaikan signifikan, melainkan adanya retest berikutnya, kemarin (13/2).
“Saya memprakirakan Bitcoin akan mengalami potensi penguatan lanjutan. Namun, jika Raja Aset Kripto tidak mampu bertahan paling tidak di atas level US$9.600, maka ada baiknya kita rehat sejenak,” tegasnya.
Senada dengan Tahir, Adam Vettese, Analis Pasar di eToro, pagi ini menerangkan Bitcoin masih berada di atas US$10 ribu. Sementara itu Ether (ETH) berkinerja sangat baik mencapai level tertinggi selama 8 bulan.
“Saya melihat harga sejumlah aset kripto, termasuk Bitcoin akan mengalami penurunan. Itu yang selanjutnya akan membentuk ‘tantangan’ baru, yakni kenaikan berikutnya,” katanya.
Bagus dalam Jangka Menengah
Pada 9 Februari 2020 lalu, Eric Choy, Mitra di BlockStreetJournal, menyebutkan ketika pertumbuhan Bitcoin mencapai 40 persen sejak awal tahun 2020, kian menegaskan aset kripto itu bagus untuk jangka panjang ataupun jangka menengah.
“Secara fundamental, menurut saya, dengan wabah Virus Corona yang kian mengkhawatirkan bisa jadi akan terus memengarui sentimen terhadap kenaikan harga Bitcoin,” katanya. [red]