Dalam beberapa hari terakhir, Bitcoin (BTC) dengan nilai setara Rp307 milyar telah bangun dari tidur panjangnya, menjadi sorotan para pengamat.
Pergerakan Bitcoin dalam jumlah besar selalu berhasil mencuri perhatian investor dan pengamat, terlebih jika itu BTC yang berasal dari dompet lama, sekitar 5 sampai 9 tahun lalu, dan hanya tertidur saja, tidak bergerak.
Sejak skandal FTX bergulir, kekhawatiran mulai terbentuk di antara investor, dengan sebagian dari mereka memutuskan untuk melikuidasi kepemilikan kripto mereka.
Krisis kepercayaan pun membayangi pasar kripto, sehingga beberapa upaya mulai coba dilakukan, seperti mengungkap dana cadangan yang dimiliki bursa ke publik.
Pasar kripto pun sekali lagi terperosot akibat skandal FTX, mencerminkan belum akan berakhirnya crypto winter jelang akhir tahun 2022.
Investor Lama
Dapat dikatakan, para milyarder dan triliuner yang dicetak oleh pasar kripto adalah para investor lama yang berinvestasi sejak pasar kripto masih berkapitalisasi kecil.
Investor yang membeli Bitcoin dalam jumlah banyak di harga rendah, bahkan jika di saat harganya masih US$100 per koin, maka akan mendulang kekayaan yang menyenangkan di tahun 2022 ini.
Investor yang memegang Bitcoin dalam jumlah besar pun menjadi sorotan pengamat karena mereka dapat menggerakan pasar kripto jika menjual sebagian besar kepemilikan mereka, sehingga setiap pergerakannya begitu diantisipasi.
Bitcoin (BTC) yang Tertidur Mulai BangunÂ
Berdasarkan laporan Bitcoin News, di saat harga Bitcoin masih terjebak di kisaran US$16.000 dalam beberapa hari terakhir, sebagian BTC yang tertidur telah bangun.
Dalam empat hari terakhir, ratusan BTC telah bergerak, berpindah dari dompet yang telah lama berdiam diri dalam kurun waktu antara 5 sampai 9 tahun.
Di antaranya, ada 348 BTC yang dipindahkan oleh pemiliknya pada tanggal 29 November 2022, yang dulu dibeli saat harganya masih US$1.000 per koin.
Masih belum dapat dipastikan pakah ratusan koin tersebut akan dijual atau tidak, tetapi itu berasal dari dompet lama, sekitar 6 tahun lalu.
Temuan dari btcparser menunjukkan bahwa, 299 dari 348 BTC tersebut kemungkinan dimiliki oleh orang yang sama.
Dari gambar di atas, diketahui ada satu pemilik yang mengontrol “17HxA,” yakni alamat yang dibuat pada 29 Maret 2017, dan memindahkan 48,88 BTC pada ketinggian blok 765.168.
Secara kebetulan, ada lima transaksi lagi dari alamat yang dibuat pada akhir Maret di tahun yang sama, menghabiskan 59,99 BTC di setiap transaksi pada ketinggian blok 765.169, 765.184, 765.185, 765.187 dan 765.190.
Selain itu, btcparser juga melihat ada 173,61 BTC yang dipindahkan dari alamat lama, dibuat pada 14 Juni 2017, dan 100 BTC yang berpindah dari alamat yang dibuat pada 12 April 2014.
Sebelum berpindah, kedua alamat tersebut hanya tertidur saja, tidak aktif. Masih ada beberapa transaksi besar yang terlacak oleh bitparser, seperti transaksi yang terjadi pada hari Jumat (2/12/2022), yang memindahkan 600 BTC dari alamat yang dibuat pada 26 April 2013.
Saat dibeli, 600 BTC tersebut bernilai US$84.000, dan saat ini telah bernilai US$10,14 juta.
Jika semua BTC berjumlah besar ini digabungkan, maka alamat lama telah memindahkan 1.221,45 BTC dengan nilai sekitar US$20 juta, atau setara Rp307 milyar.
Terlepas dari apakah itu akan dijual atau tidak, pergerakan besar tentu akan sangat diwaspadai oleh investor dan pengamat, karena bisa saja memicu pergerakan harga yang tak terduga dalam jangka pendek.
Prediksi Pasar Kripto
Melihat crypto winter yang sudah lebih dari satu tahun berjalan, Ekonom pemenang nobel Paul Krugman melihat bahwa ini akan menjadi musim dingin yang tidak akan pernah berakhir bagi kripto.
Krugman, yang telah lama menjadi kritikus kripto, mempertanyakan kegunaan dari blockchain, dan mengapa itu dielu-elukan, padahal tidak memberi dampak nyata bagi kehidupan.
Karena blockchain yang sebenarnya biasa-biasa saja, pasar kripto pun tak jauh berbeda, bahkan pernah ia sebut sebagai skema Ponzi jangka panjang.
Menurutnya, kisah desentralisasi di kripto dan blockchain tidak benar-benar bermanfaat, karena investor justru lebih banyak merugi di aset kripto, daripada di aset tradisional karena minimnya regulasi dan perlindungan, merujuk pada skandal FTX yang menghebohkan belakangan ini.
Di sisi lain, Robert Kiyosaki masih mendukung Bitcoin, dengan mengatakan bahwa penurunan yang terjadi bukan karena buruknya kinerja kripto, melainkan hanya karena sentimen FTX.
Sahabat Donald Trump tersebut meyakini bahwa, Bitcoin masih akan kembali melesat seperti yang selalu ia lakukan pasca bearish pasar kripto usai, sehingga menurutnya saat ini adalah masa diskon besar bagi harga BTC. [st]