Perdebatan soal Bitcoin bullish atau justru memasuki fase bearish masih menjadi topik hangat di kalangan investor dan trader. Dalam seminggu terakhir, harga bergerak stagnan di kisaran US$81.000 hingga US$83.000. Lantas, ke mana arahnya? Berikut tiga indikator kunci yang bisa memberikan gambaran tentang prospek Bitcoin saat ini.
1. Indikator SRC Isyaratkan Peluang Beli
Alphractal mengungkap prediksi menarik tentang sentimen Bitcoin bullish, menyatakan bahwa aset ini bertahan di support level kunci dan berpotensi naik berdasarkan sinyal dari indikator Stablecoin Ratio Channel (SRC).
SRC adalah indikator yang membandingkan kapitalisasi pasar BTC dengan total kapitalisasi stablecoin. Rasio yang rendah biasanya mengindikasikan likuiditas siap mengalir ke pasar, berpotensi mendorong kenaikan harga.
Berdasarkan prospek Bitcoin yang mereka kemukakan, SRC kini mendekati garis hijau bawah—level yang dalam beberapa siklus sebelumnya menandai titik terendah sebelum harga kembali naik.

Dalam periode sebelumnya, seperti pertengahan 2020, pertengahan 2021, dan akhir 2022, setiap kali SRC mencapai zona hijau “oversold” sekitar level 3,5, harga Bitcoin cenderung mengalami rebound.
RSI dan EMA sebagai indikator tambahan mengisyaratkan bahwa meskipun sinyal beli belum sepenuhnya terbentuk, sentimen Bitcoin semakin mengarah ke titik masuk yang ideal.
“Meskipun sinyal beli besar belum muncul, sejarah menunjukkan bahwa ketika itu terjadi, mereka yang bertindak cepat akan mendapatkan keuntungan,” ujar Alphractal melalui platform X pada Senin (31/3/2025).
2. Siklus Bitcoin Bullish Pasca Halving
Analis kripto terkemuka, Atlas, menganalisis sentimen Bitcoin menggunakan model pertumbuhan logaritmik. Secara historis, setiap kali halving terjadi, harga BTC cenderung mencapai puncaknya dalam 12 hingga 18 bulan setelahnya.

Model pertumbuhan logaritmik menyoroti prospek Bitcoin setelah halving. Pada 2016, model ini memproyeksikan lonjakan hingga US$13.000, sejalan dengan puncak pasar saat itu. Pola serupa kembali terlihat setelah halving 2020, ketika BTC mencapai US$67.000.
Mengikuti pola yang sama, pasca-halving April 2024, banyak analis memperkirakan sentimen Bitcoin bullish akan mendorong harga ke level ATH baru. Atlas sendiri memproyeksikan harga BTC bisa mencapai US$269.000 dalam satu hingga satu setengah tahun ke depan.
3. Optimisme Miner di Tengah Tren Bearish
Salah satu indikator kunci yang memperkuat sentimen Bitcoin bullish adalah lonjakan hashrate jaringan, mencerminkan meningkatnya kekuatan komputasi dalam proses mining dan validasi blok.
Data terbaru dari Blockchain.com rata-rata estimasi 7 hari hashrate Bitcoin mencapai 856,2 juta terahashes per detik, meningkat dari 798,8 juta pada Februari dan mencetak rekor tertinggi baru.

Tren ini menunjukkan bahwa tidak ada tanda-tanda panic selling dari para miner, sebagaimana terlihat dari rendahnya aliran BTC dari dompet mining ke bursa kripto.
Data Glassnode juga mencatat pada 30 Maret, miner hanya mentransfer 125 BTC ke bursa, jauh di bawah produksi harian 450 BTC. Tren ini menguatkan sentimen Bitcoin yang positif di kalangan penambang.
Beragam indikator terus memperkuat sentimen Bitcoin bullish, dari sinyal beli SRC hingga pola historis pasca-halving dan optimisme miner. Meski prospeknya menarik, investor dan trader tetap perlu berhati-hati dan mempertimbangkan berbagai faktor sebelum berinvestasi. [dp]