Bitcoin di Era Trump: Peluang Emas atau Gelembung Besar?

Dalam dunia kripto, narasi memiliki peran besar dalam membentuk harga dan adopsi aset digital. Salah satu tokoh yang sering dikaitkan dengan perkembangan Bitcoin adalah Presiden AS, Donald Trump

Dalam sebuah wawancara terbaru di kanal YouTube Anthony Pompliano, CEO Galaxy Digital, Mike Novogratz, membahas bagaimana kepemimpinan Trump dapat mempengaruhi Bitcoin, baik dari sisi kebijakan maupun sentimen pasar.

Bitcoin dan Narasi yang Terbentuk

Menurut Novogratz, Bitcoin bukan sekadar teknologi, melainkan sebuah konstruksi sosial yang mendapat nilainya dari kepercayaan komunitas.

“Bitcoin itu bukan hanya tentang teknologi, tetapi tentang narasi,” ujar Novogratz.

Ia menambahkan bahwa narasi yang berkembang selama ini adalah ketidakmampuan pemerintah mengendalikan pengeluaran yang dapat menyebabkan depresiasi mata uang. Dengan begitu, Bitcoin muncul sebagai solusi modern untuk penyimpanan nilai, mirip dengan emas dalam bentuk digital.

Namun, ketika Bitcoin mengalami koreksi harga yang signifikan, banyak yang mencari penyebabnya. Salah satu teori yang muncul adalah peran Donald Trump dalam menciptakan ketidakpastian di pasar.

Trump dan Sentimen Positif bagi Bitcoin

Trump dikenal sering memberikan komentar pro-kripto, bahkan dikabarkan memiliki kabinet yang berisi para pendukung Bitcoin. Dalam berbagai kesempatan, ia menyampaikan dukungannya terhadap mata uang digital, yang menurut Novogratz dapat berdampak positif bagi Bitcoin.

“Jika Trump menjadi Presiden, dia akan menjadi presiden Bitcoin,” ujarnya.

Selain itu, ada laporan bahwa negara-negara di Timur Tengah, termasuk Arab Saudi dan Abu Dhabi, semakin aktif dalam membeli Bitcoin. Dukungan dari negara-negara ini semakin menguat setelah Trump secara terbuka menyatakan bahwa AS harus menjadi negara pro-Bitcoin.

“Jika Bitcoin penting bagi AS, maka itu juga penting bagi kami,” ujar seorang pejabat dari salah satu sovereign wealth funds di Timur Tengah.

Euforia Pasar dan Tanda-Tanda Koreksi

Namun, euforia yang berlebihan sering kali menjadi tanda koreksi pasar. Novogratz menyoroti bagaimana peluncuran TrumpCoin (TRUMP) yang langsung mencapai valuasi US$60 miliar mencerminkan tanda-tanda puncak pasar.

“Ketika sebuah aset mengalami lonjakan nilai yang tidak realistis dalam waktu singkat, itu sering kali diikuti oleh koreksi besar,” jelasnya.

Selain itu, ketidakpastian politik di AS turut mempengaruhi volatilitas Bitcoin. Kebijakan Trump yang sering berubah-ubah, termasuk dalam isu perdagangan dan tarif impor, menciptakan lingkungan yang sulit diprediksi bagi pasar aset berisiko seperti Bitcoin dan kripto lainnya.

Peran Sovereign Wealth Funds dalam Adopsi Bitcoin

Salah satu faktor penting dalam adopsi Bitcoin adalah keterlibatan sovereign wealth funds (SWF) dari berbagai negara. Menurut Novogratz, keputusan Sovereign Wealth Funds Abu Dhabi untuk membeli Bitcoin ETF menjadi langkah penting yang meningkatkan legitimasi aset ini di mata investor institusional.

Sovereign wealth fund menjadi acuan bagi investor besar lainnya. Ketika mereka mulai membeli Bitcoin, investor lain akan mengikuti,” ungkapnya.

Lebih jauh, Novogratz juga menyoroti kemungkinan AS memiliki cadangan strategis Bitcoin.

“Mungkin bukan sebagai cadangan devisa utama, tetapi ada diskusi di Washington tentang membangun stok strategis Bitcoin sebagai langkah strategis,” tambahnya.

Jika ini terjadi, maka negara-negara lain kemungkinan besar akan mengikuti langkah tersebut.

Seiring dengan semakin eratnya hubungan antara kebijakan pemerintah dan pasar kripto, masa depan Bitcoin akan terus dipengaruhi oleh perkembangan politik global.

Meskipun kepemimpinan Trump dapat memberikan dorongan positif bagi Bitcoin melalui kebijakan yang lebih terbuka terhadap kripto, volatilitas yang diakibatkan oleh perubahan kebijakan mendadak tetap menjadi risiko yang harus diperhatikan oleh investor.

Dalam kondisi seperti ini, komunitas Bitcoin tetap menjadi faktor utama yang menjaga stabilitas dan nilai aset ini.

“Bitcoin mendapatkan nilainya dari komunitasnya yang kuat, bukan hanya dari teknologi yang mendasarinya,” tutup Novogratz. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait