Tidak diragukan lagi, cara pembayaran digital, termasuk Bitcoin dan proyek kripto lain, mengubah cara konsumen melakukan transaksi keuangan. Kendati demikian, teknologi terbaik sekalipun akan gagal jika tidak dipercaya oleh pengguna.
Wacana itu hadir dalam diskusi pertemuan International Monetary Fund (IMF) di Washington D.C, Amerika Serikat pada Rabu (10/04) lalu. Bertajuk “Uang dan Pembayaran Di Era Digital,” salah satu panel diskusi terdiri dari perwakilan bank sentral, startup teknologi sebagai pihak disrupsi, dan dimoderasi oleh Christine Lagarde, Direktur Pelaksana IMF.
Dalam diskusi itu, para panelis mengutarakan pemikiran mereka mengenai ekonomi yang dibentuk ulang oleh kripto dan teknologi digital lain. Lagarde menyoroti penggunaan uang tunai di berbagai negara di dunia mulai menurun. Sebagai contoh, di Swedia, hanya 13 persen transaksi diselesaikan memakai uang tunai tahun lalu.
Konsumen semakin banyak menggunakan ponsel untuk melakukan pembelian dengan platform pembayaran digital, meskipun Bitcoin belum mengambil porsi besar sebagai alat pembayaran. Hal tersebut menghadirkan dilema bagi bank.
Sebelumnya, Lagarde mengungkapkan, bank sentral sebaiknya menerbitkan uang digital. Pada pertemuan Rabu lalu, ia menegaskan bank harus beradaptasi untuk bertahan, jika tidak bank akan hilang. Bank harus memutuskan untuk terus memakai uang tunai atau pindah ke uang digital.
Jeremy Allaire, co-founder dan CEO Circle, sebuah bursa kripto yang menerbitkan stablecoin USDC, menggunakan panel diskusi tersebut sebagai kesempatan untuk menjelaskan mengapa kripto seperti Bitcoin merupakan aset yang menarik.
“Kami percaya kepada kripto sama seperti berkata ‘kami percaya kepada matematika’. Sebab, kripto memang didasari secara kuat oleh ilmu matematika, kriptografi adalah cara yang aman untuk membuat sistem-sistem desentralistik. Dengan kata lain, kripto layak dipercaya,” jelas Allaire.
Allaire menambahkan, sistem pembayaran seperti WeChat dan Alipay sebatas menyediakan pengalaman pengguna yang lebih baik, sedangkan kripto mencerminkan keinginan pengguna Internet untuk saling terhubung dan berinteraksi secara langsung.
Sarah Youngwood, CFO Divisi Konsumen dan Perbankan Komunitas JP Morgan, juga menyatakan pendapatnya soal manfaat blockchain.
“Dengan blockchain, kami dapat meletakkan informasi ke dalamnya, sehingga kami tahu data tersebut berasal dari pihak yang baik dan transaksi yang baik pula, tanpa harus menunggu konfirmasi dari jalur tradisional,” kata
Tetapi pihak lain masih ragu soal kripto. Diketahui, JPMorgan sedang menggarap uang digital berbasis blockchain yang direncanakan akan digunakan oleh klien mereka dari sektor korporat. Youngwood berpendapat, ketika berbicara siapa yang dipercaya konsumen untuk mengelola uang, lembaga keuangan dan perusahaan teknologi lebih dipercaya dibanding pemerintah.
Menanggapi kripto yang mulai menyaingi fungsi bank, Youngwood menyambut persaingan itu. JPMorgan menyukai persaingan selama kegiatan pesaing sesuai peraturan dan memecahkan persoalan yang dialami pelanggan, tambahnya.
Soal Bitcoin, Youngwood mengklaim telah terjadi penipuan lebih banyak melibatkan Bitcoin dibanding pembayaran bentuk lain yang pernah ada. Allaire, sebagai pendukung kripto, tidak membantah hal tersebut. [ccn.com/coindesk.com/ed]