Bitcoin Jadi US$1 Juta? Begini Pendapat Ahli Soal Masa Depan

Dalam sebuah wawancara mendalam di kanal Youtube Anthony Pompliano, Pendiri dari The Kobeissi Letter, Adam Kobeissi, memberikan pandangannya tentang bagaimana Bitcoin dan emas dapat tumbuh bersama sebagai aset yang dilindungi dari inflasi, ketidakpastian global, dan ketergantungan pada satu mata uang, termasuk potensi BTC jadi US$1 juta.

Meskipun sering dianggap sebagai aset yang berbeda, Kobeissi meyakini bahwa kedua aset ini memiliki potensi untuk terus naik nilainya, bahkan di tengah ketidakpastian ekonomi.

Bitcoin Masih Kecil, Potensinya Besar

Kobeissi membuka wawancara dengan penekanan bahwa Bitcoin, meski telah mengalami kenaikan yang signifikan selama dekade terakhir, masih merupakan aset yang relatif kecil jika dibandingkan dengan emas.

Ia berpendapat bahwa BTC tetap berpotensi besar dan masih berada di awal perjalanan kenaikannya.

“Bitcoin masih kecil saat ini jika dilihat sebagai lindung nilai dari inflasi dan intervensi pemerintah,” ujar Kobeissi.

Menurutnya, inflasi yang terus meningkat akan mendorong nilai Bitcoin hingga mencapai angka US$1 juta di masa depan.

Emas Sebagai Pilihan Aman di Tengah Ketidakpastian

Di sisi lain, Kobeissi juga membahas peran emas sebagai aset safe haven global yang telah terbukti stabil selama krisis ekonomi.

Menurut Kobeissi, para investor besar dan bank sentral tengah mengalihkan fokus mereka ke emas, terutama karena ketidakpastian di pasar obligasi dan kebijakan moneter yang tidak menentu dari The Fed.

“Ketika inflasi meningkat, ketegangan geopolitik meluas dan volatilitas pasar makin tak menentu, banyak bank sentral kini membeli emas dalam jumlah besar,” ujarnya.

Kobeissi menambahkan bahwa perubahan psikologis ini membuat banyak orang mulai berpikir bahwa obligasi tidak lagi aman dan memilih emas sebagai aset lindung nilai yang lebih pasti.

Kebutuhan Akan Aset yang Terlepas dari Pemerintah

Ketika membahas hubungan antara Bitcoin dan emas, Kobeissi menegaskan bahwa kedua aset ini bukanlah untuk saling menggantikan, tetapi bisa tumbuh bersama. Menurutnya, baik BTC maupun emas memiliki karakteristik yang membuatnya menarik sebagai aset pelindung nilai.

“Keduanya tidak terikat dengan satu mata uang spesifik dan terlindung dari intervensi pemerintah. Hal ini menjadikan mereka sebagai aset yang menarik bagi investor,” ujarnya.

Selain itu, Kobeissi juga menyoroti perbedaan fundamental antara emas dan Bitcoin. Menurutnya, Bitcoin lebih berisiko namun memberikan potensi pengembalian yang jauh lebih tinggi dibandingkan emas.

Sementara emas memiliki nilai yang lebih stabil, Bitcoin terus menarik perhatian para investor karena kinerjanya yang kuat, terutama di saat ketidakpastian ekonomi global semakin meningkat.

Pandangan Masa Depan: Apakah Bitcoin Akan Mengungguli Emas?

Pompliano kemudian menanyakan pandangan Kobeissi tentang kemungkinan Bitcoin untuk menyamai kapitalisasi pasar emas di masa depan. Kobeissi meyakini bahwa kesenjangan kapitalisasi antara emas dan Bitcoin akan semakin menutup seiring waktu, meskipun mungkin masih butuh beberapa dekade sebelum terjadi.

“Meskipun emas akan terus naik, Bitcoin akan tumbuh jauh lebih cepat,” jelas Kobeissi.

Ia juga menambahkan bahwa fenomena ini didorong oleh tren demografis, di mana generasi muda lebih cenderung berinvestasi pada Bitcoin dibandingkan emas, sementara para investor senior yang mendominasi institusi keuangan tradisional masih tetap bertahan pada emas.

Kobeissi juga menambahkan bahwa, dalam jangka panjang, perubahan demografi ini akan mengubah pasar secara signifikan.

“Di masa depan, generasi muda yang sekarang berinvestasi dalam Bitcoin akan menjadi pengelola dana besar di lembaga keuangan, sehingga tren ini mungkin akan mengarah pada pergeseran lebih lanjut dari emas ke Bitcoin,” ujar Kobeissi.

Apakah Bank Sentral Akan Memegang Bitcoin?

Pertanyaan menarik lain yang dibahas adalah apakah bank sentral suatu saat akan mulai menyimpan BTC sebagai bagian dari cadangan devisa mereka. Meskipun Kobeissi mengakui bahwa hal ini mungkin terjadi, ia menilai bahwa perubahan semacam itu masih membutuhkan waktu.

“Itu mungkin adalah akhir dari perjalanan panjang Bitcoin. Namun, saat ini kita masih jauh dari titik itu,” ujarnya.

Namun, ia menambahkan bahwa permintaan Bitcoin sebagai aset cadangan kemungkinan akan meningkat seiring waktu, terutama jika inflasi global terus meningkat.

Menuju US$1 Juta: Realistis atau Berlebihan?

Dalam diskusi ini, Kobeissi menegaskan pandangan optimisnya bahwa nilai Bitcoin bisa jadi US$1 juta, terutama dengan mempertimbangkan tekanan inflasi yang terus berlangsung.

Ia menekankan bahwa, bahkan jika nilai Bitcoin terhadap dolar AS tidak berubah, depresiasi dolar AS akibat inflasi akan membuat nilai Bitcoin terlihat lebih tinggi dari waktu ke waktu.

“Hanya dengan inflasi saja, nilai Bitcoin akan terus naik karena dolar AS terus melemah. Seiring dengan meningkatnya permintaan dan orang-orang yang ingin memiliki aset ini, harga Bitcoin akan terus melonjak,” tutup Kobeissi. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait