Bitcoin Kian Berharga, 6 Faktor Utama Ini Jadi Pondasi Kuatnya

Banner IUX

Nilai Bitcoin (BTC) kian berharga dan menjadi sorotan global seiring meningkatnya adopsi dan proyeksi valuasi yang kian ambisius.

Aset digital terbesar di dunia ini dinilai memiliki fondasi nilai yang kuat karena enam faktor utama, sementara analisis teknikal terbaru memperkirakan harga Bitcoin berpotensi menembus lebih dari US$128.000 pada akhir 2025.

Enam Faktor Penentu Nilai Bitcoin

Berdasarkan laporan CoinGecko, Bitcoin dinilai berharga karena kelangkaannya. Protokol jaringan hanya memungkinkan 21 juta unit Bitcoin beredar, sehingga menciptakan pasokan terbatas yang tidak bisa ditambah.

Mekanisme halving yang terjadi setiap empat tahun sekali semakin memperkuat faktor kelangkaan ini, sebab jumlah koin baru yang masuk ke pasar terus berkurang seiring waktu.

Selain itu, Bitcoin juga bersifat desentralisasi. Tidak ada otoritas tunggal yang mengontrol jaringan, melainkan ribuan node yang tersebar di seluruh dunia.

Sistem ini bekerja tanpa perantara, sehingga transaksi dapat divalidasi secara langsung antar pengguna. Transparansi ini membuat Bitcoin tahan sensor sekaligus lebih independen dibandingkan sistem keuangan tradisional.

Faktor berikutnya adalah keamanan. Bitcoin menggunakan mekanisme Proof of Work (PoW), di mana transaksi diproses melalui daya komputasi penambang. Mekanisme ini menjadikan jaringan Bitcoin sebagai salah satu sistem komputasi paling kuat di dunia, sehingga sulit dimanipulasi atau diretas.

BACA JUGA:  YZi Labs Milik CZ Pertimbangkan Buka Akses untuk Investor Publik

Selain aspek teknis, Bitcoin juga memiliki utilitas nyata. Banyak digunakan untuk remitansi dan transfer lintas negara, Bitcoin memungkinkan biaya rendah dan kecepatan transaksi yang tinggi.

Kehadiran Lightning Network sebagai solusi layer kedua bahkan memungkinkan pembayaran hampir instan dengan biaya mendekati nol.

Nilai Bitcoin juga ditopang oleh efek jaringan (network effects). Semakin banyak pengguna, perusahaan dan institusi yang terlibat, semakin tinggi pula nilai yang tercipta. Hukum Metcalfe menjelaskan bahwa nilai sebuah jaringan bertambah seiring jumlah penggunanya, dan hal ini terlihat jelas dalam ekosistem Bitcoin.

Terakhir, Bitcoin memiliki nilai karena kepercayaan sosial. Sama seperti uang fiat yang bernilai karena dipercaya masyarakat, Bitcoin juga bergantung pada konsensus global.

Kepercayaan ini semakin kokoh setelah berbagai institusi besar, korporasi publik, hingga negara seperti El Salvador mengadopsinya sebagai alat pembayaran sah atau cadangan strategis.

Analisis Teknikal Targetkan US$128.000

Di tengah fondasi fundamental yang kuat, analisis teknikal dari Trading Heights menunjukkan bahwa Bitcoin sedang berada dalam fase reli signifikan. Struktur harga terkini mengonfirmasi pola koreksi besar atau Large Flat correction.

Gelombang A tercatat menutup dengan pola tiga kaki (3-legs), sementara Gelombang B diproyeksikan akan mendorong harga menuju zona di atas US$128.000.

BACA JUGA:  Cadangan Bitcoin Negara: Solusi Strategis atau Bom Waktu?

Lebih lanjut, grafik memperlihatkan pola Diametric atau Symmetrical structure dengan formasi a–g, yang disebut sebagai pola langka. Pola ini kerap muncul sebelum fase klimaks terminal pada Gelombang B, yang menandakan potensi pergerakan harga dramatis dalam waktu dekat.

Dari sisi matematis, indikator Fibonacci extensions mengonfirmasi potensi kenaikan minimum sebesar 61,8 persen, selaras dengan target harga US$128.000.

“Proyeksi ini memperkuat konsistensi tren naik yang sedang berlangsung, sekaligus menjadi acuan penting bagi trader dalam membaca momentum pasar,” ujar analis tersebut.

Proyeksi Waktu dan Sentimen Pasar

Berdasarkan analisis siklus, puncak terminal Gelombang B diperkirakan terjadi pada kuartal IV 2025, sebelum kemudian memasuki fase penurunan jangka panjang atau Wave-C decline pada tahun 2026. Artinya, reli besar yang terjadi kemungkinan hanya bersifat sementara sebelum koreksi multi-tahun dimulai.

Selain faktor teknikal, sentimen pasar diperkirakan memainkan peran penting. Gelombang FOMO (fear of missing out) dari investor ritel diyakini menjadi katalis terakhir yang membawa harga menuju puncak. Namun, euforia tersebut juga menimbulkan risiko volatilitas tinggi yang dapat menguji ketahanan investor.

Trading Heights menekankan bahwa kondisi pasar saat ini memberikan peluang sekaligus risiko besar. Strategi yang disarankan meliputi melakukan profit-taking bertahap pada level tertinggi, menyiapkan hedging untuk menghadapi volatilitas Gelombang C, serta memanfaatkan timing gelombang guna mendapatkan titik keluar yang lebih presisi.

BACA JUGA:  Tether Bantah Jual Bitcoin, Pilih Simpan Emas dan Beli Tanah

“Bagi investor yang disiplin, reli besar ini bisa menjadi momentum berharga sebelum fase koreksi panjang dimulai,” ujar analis tersebut.

Legitimasi Global dan Masa Depan Bitcoin

Di luar analisis teknikal, legitimasi Bitcoin terus menguat melalui adopsi institusional. Perusahaan besar seperti Strategy telah mengalihkan sebagian besar cadangan kasnya ke Bitcoin, sementara hadirnya produk investasi baru seperti Bitcoin Spot ETF memungkinkan investor ritel untuk berpartisipasi melalui pasar saham.

Bahkan, beberapa negara sudah menjadikan Bitcoin sebagai alat pembayaran sah, mempertegas posisinya sebagai aset global.

Perkembangan ini menunjukkan bahwa nilai Bitcoin bukan hanya hasil spekulasi, melainkan kombinasi dari kelangkaan, desentralisasi, keamanan, utilitas, efek jaringan, serta kepercayaan global yang terus berkembang.

Dengan enam faktor utama yang menopang nilainya dan proyeksi harga yang kian ambisius, Bitcoin dipandang tetap menjadi aset digital paling dominan.

Namun, para ahli menegaskan bahwa investor harus bersiap menghadapi dinamika pasar yang tidak lepas dari siklus naik dan turun dalam beberapa tahun mendatang. [st]


Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.

Terkini

Warta Korporat

Terkait